20 C

207 33 6
                                    

Selamat membaca. 😚 Semoga bahagia.

🌟🌟🌟

Saking senangnya, Cyteria bersenandung bahagia. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi dia akan melakukan akting luar biasa.

Gema yang menonton, mendesah dengan rahang jatuh. Karena hal ini dia ingat keseluruhan kejadian. Saat menulis adegan ini, dia menghalu luar biasa. Terinspirasi oleh sinetron yang memiliki alur lebay tak tertolong.

"Aku baru sadar, ternyata adegan ini begitu norak," komentar Gema. Cyteria mengangguk setuju.

"Aku jadi malu pernah melakukan itu."

"Tapi jika kamu tidak melakukannya, mungkin saat ini Tante Aruna tidak akan membanggakanmu, Cy."

"Apa enaknya memiliki julukan 'penyelamat dompetku'? Itu terdengar memualkan."

Adegan berikutnya memang sesuai yang dikatakan Cyteria. Orang suruhan yang disewanya menjambret dompet Tante Aruna. Cyteria berlagak pahlawan. Mengejar pejambret tanpa pikir panjang. Beberapa menit kemudian, gadis itu kembali dan langsung menyerahkan dompetnya. Meminta maaf karena pelaku gagal ditangkap, lolos begitu saja.

Gema berpura-pura muntah. "Kelicikanmu membuatku mual, Cy."

"Menurutmu siapa pengarangnya?"

Balasan telak. Gema kalah dari pertarungan saling menghina.

"Terima kasih ...," Tante Aruna menggantungkan kalimat.

Tahu kalau belum memperkenalkan diri, Cyteria buru-buru melengkapi kalimat beliau. "Cyteria Laura, Tante. Biasa dipanggil Cyteria."

Senyuman Cyteria begitu manis menghangatkan. Dan senyum itu menular begitu saja pada wanita di hadapannya. Mereka berakhir dengan obrolan panjang yang entahlah tadi dimulai dari topik apa. Sejak saat itu keduanya semakin dekat.

Tak perlu waktu lama, Cyteria memanfaatkan situasi. Meminta kepada Tante Aruna agar mau menerima Cyteria sebagai menantu.

"Aku kasihan dengan wanita ini," kata Cyteria yang bersama Gema, bukan Cyteria dari kilas balik. "Aku benar-benar memanfaatkannya dengan maksimal. Apalagi setelah mengetahui penyakit yang diderita beliau."

Gema bersedekap, mendengarkan lanjutan cerita. Begini-begini otaknya agak lupa dengan detail cerita.

"Seolah jalanku sangat terbuka untuk memiliki Enrda." Cyteria tergelak frustrasi. "Kusampingkan perasaan kasihan pada Tante Aruna. Tidak peduli dia mau mati kapan saja, kecuali jangan sebelum pernikahan antara aku dan Enrda."

Lidah Gema keluh. Tidak bisa mengeluh atau mencela pemikiran Cyteria. Cyteria tidak bersalah karena dia hanya melaksanakan karakter yang ditetapkan yaitu menjadi antagonis sekaligus penjahatnya.

Lamunan itu pecah tatkala suara Enrda terdengar. "Kita sudah sampai. Turunlah."

Gema pikir, dia akan langsung diantar pulang, ternyata Enrda membawanya kembali ke butik untuk mencoba gaun pesanan. Astaga, apa tidak bisa ditunda besok?

Sudahlah. Gema tidak bisa mengeluh, wajib menurut pada maniak memerintah.

Lelaki itu menunggu di balik tirai, duduk tenang di salah satu sofa sambil membaca majalah yang ada.

Gema melotot horor ketika gaunnya dipamerkan di depannya.

"Apa-apaan, ini?"

Asisten desainer yang kala itu melayani mendadak bingung. "Pesanan atas nama Nona Cyteria Laura. Ini benar milik Anda, Nona."

Ampun! Gaunnya memang indah, tapi Gema tidak suka modelnya.

"Ini seleramu, Cy?" gumam Gema.

Cyteria bersiul. "Sesuai ekspektasi. You can see everything."

Tawa ejek keluar. Gema menolak memakai itu. "Kamu masih remaja, tapi model bajumu terbuka. Potongan dada rendah, rok mini dengan paduan kain satin tembus pandang menjuntai dari pinggang ke bawah, menjadi ekor yang bisa untuk menyapu halaman rumah? Memang kamu mau jadi wanita malam, huh?!"

"Ya?" Asisten desainer memiringkan kepala. "Tapi memang gaun ini yang Nona inginkan. Sebelum diproses, desainer kami memberikan Nona beberapa gambar, bukan? Saat itu Anda langsung memilih model ini dengan semangat."

Menjijikkan. Memang Gema pernah menuliskan gaun  yang dikenakan Cyteria saat pesta seperti ini? Oh, astaga itu benar. Waktu itu dia terinspirasi oleh gaun yang dikenakan oleh salah satu selebritis dunia. Yang berujung insiden memalukan.

"Acaranya kurang beberapa hari lagi. Kalau aku minta desain baru, itu jelas tidak mungkin jadi di hari H."

"Benar, Nona. Ini saja kami mengebut karena acaranya dimajukan secara mendadak."

Benar. Semua serba dadakan. Tidak ada waktu untuk memperbaikinya. Gema pusing.

Jemari mengetuk lipatan lengan, mata mengedar tanpa tujuan. Tapi ... matanya menangkap sesuatu yang dia harapkan.

"Itu gaun siapa?" Telunjuk Gema menunjuk ke salah satu gaun yang menggantung, bercampur dengan gaun-gaun yang lain. "Batik, warna hitam, dengan lengan bentuk terompet. Ya, itu!"

🌟🌟🌟

Mau lebih banyak episodenya?
Yuk, baca di Karyakarsa

Tinggal KLIK LINK di Bio Shima

😚😚😚

Mau donasi aja juga boleh. Shima menerima dengan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya.

JANGAN JADI SILENT READERS. MINIMAL VOTE YUK.

🌟🌟🌟

Am I a Villain?! (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang