“Tidak ada!“ Gema melancarkan serangan terakhir. Seluruh peluru ketan yang tersisa, dia lemparkan ke arah MaJo. Namun hasilnya tak sesuai keinginan. Tidak terjadi apa pun pada makhluk itu. Apa yang salah? Seharusnya berhasil, tapi kenapa?
MaJo menutupi mulut dengan ujung salah satu tentakel, menahan tawa geli. “Apa kamu pikir cara itu berhasil untukku juga, Cyteria? Astaga. Ini sangat lucu. Betapa sederhananya pikiranmu.“
Gema pikir ....
“Kamu pikir bahwa meski berefek kecil, setidaknya peluru ketan itu mampu membuatku terkecoh? Jadi kamu bisa kabur, begitu? Sayangnya prediksimu salah. Tidak ada yang terjadi, tuh. Aku sangat baik-baik saja.“
“Bagaima ...?“ Sial! Gema baru menyadari bahwa suara hatinya bisa didengar MaJo.
“Kamu sangat lucu, Cyteria. Oh, aku salah. Maksudku ... Gema Gemintang Putri.“ MaJo menyebut nama lengkap Gema dengan pelan dan penuh penekanan. “Sosok yang mengaku berasal dari dunia luar, dan juga penulis cerita ini. Kamu sangat lucu karena bodoh.“ Lagi, MaJo tertawa menjengkelkan.
Kengerian melingkupi perasaan Gema. Tidak ada rencana yang bisa dia pikirkan. Matanya bergetar karena rasa takut yang semakin memuncak. Awalnya dia pikir mati sekali lagi tidak masalah, tapi siapa yang mau mati? Gema tentu tidak mau merasakan untuk kedua kali.
Tangan Gema mengepal, menolak menyerah. Dia terus mencoba mencari cara atau alternatif lain untuk setidaknya bisa kabur. Dengan begini masih ada kesempatan untuk menemui para protagonis. Barangkali jika bisa bertemu mereka, akan ada peluang melenyapkan MaJo.
“Sudah cukup!“ Ekspresi MaJo langsung berubah serius dalam satu detik. “Berhenti berpikir seperti itu. Menyerahlah. Aku sudah sangat sabar dan memberimu waktu. Tapi apa yang baru saja kamu pikirkan? Melenyapkanku dengan bantuan para protagonis? Yang benar saja. Itu MUSTAHIL!!“
Mata jelaga MaJo melotot diiringi darah yang bercucuran di sekeliling kelopak matanya. Makhluk itu kelihatan sekali sangat marah. “SELAMAT TINGGAL, GEMA!“ pekiknya dengan gerakan menyerang cepat.
Gema tidak bisa bergerak. Kakinya seakan kehilangan fungsi melarikan diri dari keadaan yang membahayakan diri. Dia terdiam bagai hewan buruan yang pasrah diterkam pemangsa.
Di saat yang bersamaan, tiba-tiba ada kursi yang melayang, menghantam kepala MaJo. Mata Gema melebar. Gadis itu langsung menoleh ke sumber lemparan.
“Eknaht? Ishan?“ Gema berbisik ketika menyebut dua nama itu. Ekspresinya memiliki perpaduan kaget, terharu, bahagia, dan tidak percaya telah melihat kedua lelaki itu ada di sini. Dan yang lebih penting, mereka datang di waktu yang tepat untuk menolong.
Eknaht berlari ke arah Gema, dan tanpa permisi, lelaki itu menyambar pergelangan gadis itu dan menariknya kabur. Sementara Ishan melempar apa pun yang bisa dilempar di tempat yang sebagian bendanya telah terbakar.
Kaki mereka bertiga berdebum-debum di atas abu dan beberapa bara api, memberi efek polusi.
Mereka bertiga terus berlari di tengah raungan MaJo yang marah besar.
“Jangan menoleh dan terus berlari!“ perintah Ishan seolah tahu kalau Gema hendak melakukan itu.
Ishan berlari mendahului, membuka pintu kelas terdekat dan masuk. Gema dan Eknaht mengikuti. Begitu Ishan menutup pintu, Eknaht memecahkan jendela. Sekali lagi mereka melanjutkan pelarian. Masuk ke kelas lain dan memecahkan jendela. Mereka mengulanginya sampai empat kali. Pintar, pikir Gema. Kedua tokohnya memanfaatkan kekacauan dimensi ruang untuk bisa kabur lebih cepat. Tapi meski begitu mereka juga harus memiliki keberuntungan yang tepat agar tidak masuk ke kelas yang justru membahayakan diri sendiri.
“Kita istirahat sebentar di sini,” kata Ishan saat dirasa situasi aman dan MaJo tidak berhasil menyusul mereka.
Suasana relatif sunyi. Bunyi hanya terdengar dari deru napas ketiganya.
Gema memandang Eknaht dan Ishan bergantian. “Bagaimana kalian bisa menemukanku?“
“Hanya kebetulan.“
“Tidak sengaja.“
Jawab keduanya nyaris bersamaan. Gema mengangguk paham, walau sedikit kikuk. Dia selonjorkan kaki dan langsung meringis saat mata melihat banyaknya bekas luka yang masih basah dan perih.
“Berarti kalian belum bertemu Sajani?“
***
Holla. Sudah masuk Bab 37 nih. Udah hampir ending. Semoga tetep stay di cerita Shima, ya.
Terima kasih pembaca ❤️😆🙏
Terima kasih untuk selalu memberi vote dan komentar positif. Terima kasih. Itu adalah apresiasi luar biasa yang dibutuhkan seorang penulis seperti Shima. Sekali lagi terima kasih. 😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Villain?! (TAMAT)
HumorAku, sih, yes kalau dikerubung banyak cogan, tapi BIG NO kalau dikerubung untuk dibunuh! ~Gema Nasib orang kejam pasti dapat karma. Karmanya tak main-main pula. Masuk ke novel buatan sendiri sebagai penjahat yang berakhir mati. Eh, semesta sedang b...