11C

308 43 1
                                    

Ahem. Di Karyakarsa sudah ada 30 Bab. 😆 Kuy ke sana aja daripada nunggu lamoy-lamoy di mari. Hitung-hitung sedekah juga. Ahaha

🥺🥺 Agar Shima semangat menulis dan enggak mendadak hilang. Hiks

***

Sebentar," cegah Gema. "Ada hal lain yang ingin aku bicarakan."

"Apa itu?"

Sebelum ide gila itu terucap, Gema harus berdiskusi singkat dengan Cyteria, meski mungkin gadis itu sudah tahu.

"Bagaimana, Cy?" tanya Gema dalam benak.

Aku tidak ikut-ikutan."

"Bagaimana dengan perasaanmu. Apakah baik-baik saja?"

"Tentu. Lanjutkan saja idemu."

Telah didapatkan mufakat, maka Gema semakin bertekad. Dia menatap langsung ke mata Sajani.

“Aku ingin menyerahkan Enrda padamu."

Sajani membelalak dan semakin melebar ketika Gema menambahkan dengan efek penekanan per kata, “Se-u-tuh-nya."

"Apa maksudmu?"

"Kebencianku maupun kebencianmu asal muasalnya karena kita saling merebutkan hati Enrda. Jangan mencoba menyangkal. Aku sudah tahu."

Vitrase bergerak di samping Gema, mengundang untuk dilihat dan diamati. Ternyata angin yang berasal dari lubang jendelalah pelakunya. Di atas langit, berbingkai dedaunan dan kabel-kabel listrik, awan akan segera berubah warna menjadi hitam. Sekarang masih jingga keemasan.

"Sorot matamu saat memandang Enrda, tidak sama dengan caramu melihat Nale atau Ishan, bahkan juga Eknaht." Ada jeda yang digunakan untuk menghela dan mendesah, sebagai upaya menenangkan jiwa yang sepertinya mendadak gundah. Atau mungkin juga disebabkan perasaan Cyteria yang sesungguhnya.

"Tapi ...."

Gema mengalihkan pandang, menatap lagi pada sepasang bola mata teduh milik Sajani. “Aku lelah. Mengejar cinta yang salah.”

Merana sekali mulutmu," cibir Cyteria. Ujug-ujug datang dan kembali menghilang. Dasar jiwa transparan.

Ada keengganan, tapi juga keinginan yang tercipta dalam mimik wajah Sajani. Kemungkinan besar dia sangat senang dan sedih sekaligus.

“Tenang saja. Aku akan membantumu dan membuat kalian dekat. Sementara aku akan menjauh secara perlahan. Bagaimana?"

"Justru aku yang harus bertanya. Bagaimana perasaanmu? Aku sudah tahu, kamu mencintai Pak Enrda jauh sebelum masuk SMA kan?"

"Wuih, canggih! Dia seperti punya mata-mata banyak. Atau jangan-jangan ahli menguntit?"

Cyteria, jangan bicara. Sabar dan diam adalah kunci kesuksesan."

Cyteria berseru kesal.

"Bohong kalau aku tidak menyimpan sama sekali perasaan." Gema menunduk. Berpura-pura memainkan jemari. Seingatnya jika Cyteria gelisah, Gema sering menulis narasi ini untuk menunjukkan apa yang dirasa. Tambahan sebuah desah frustrasi. Baiklah, cukup. "Rasa cinta itu alami tumbuh. Itulah kenapa sulit sekali melepas pergi. Tapi bukan berarti tidak bisa sama sekali. Aku ...," Gema menatap lagi Sajani, "meminta bantuanmu agar bisa lepas dari kukungan cinta yang menyakitkan ini. Aku sudah lelah dan ingin bebas. Bisakah kamu membantuku, Sajani?"

"Kumohon percayalah bualan Gema tadi, Sajani." Cyteria memperolok. Keterlaluan. "Setidaknya bodohi dirimu sendiri. Kasihan au-ko-thor kita."

Gema mesti sabar mendengar cacian Cyteria. Jangan sampai terpengaruh hingga Sajani melihat wajah kesal di wajah ini dan menganggap semua hal yang dikatakan tadi memang bualan. Bahaya.

"Kalau begitu kita sama-sama, Cyteria. Aku akan membantumu melepaskan Pak Enrda, dan kamu membantuku mendapatkan cintaku."

Gema merasakan rahangnya mengeras. Buru-buru dia berbicara dalam benak. "Cyteria, kumohon jangan marah."

"Siapa yang marah?" Cyteria menampik.

"Kita berada dalam tubuh yang sama. Jadi aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan."

"Sok tahu. Aku hanya mengecek apakah rahang ini masih kuat mengingat kita semakin tua."

Alasan yang sungguh tidak bisa dipercaya.

Efek kemarahan Cyteria merenggang. Gema bisa tersenyum sekarang.

"Kalau begitu ayo kita pergi. Mereka pasti sudah menunggu," ajak Gema seraya menarik Sajani berjalan bersama.

Mereka bergandengan tangan menuju tempat pertemuan. Tempat di mana para protagonis sedang menunggu dengan tidak tenang. Kemungkinan besar takut kalau Cyteria akan membuat masalah dengan merundung Sajani di rumah ini. Namun, begitu melihat dua gadis itu datang tanpa luka, mereka semua legah.

🥰🥰🥰

Terima kasih sudah mau membaca.
Sekarang yuk vote 🌟
Terima kasih

Am I a Villain?! (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang