4a

703 86 0
                                    

Bab 4. Can't Breathe Cause You are Handsome

Cicak apa yang berbahaya?
Cicak napas karena ketampanan

✨✨✨

Bangku paling strategis bagi Gema adalah bangku dekat jendela. Karena dari balik lapisan kaca, dia bisa melihat pemandangan yang tersaji di luar sana. Dedaunan yang digerakkan angin, awan yang berarak di langit, anak-anak remaja yang sedang melakukan olahraga basket tuk mengisi waktu luang sebelum bel berbunyi.

Gema memperbaiki rambut palsu yang dipakainya. Agak gatal, tidak nyaman, ingin lepaskan. Namun, ini demi misi keselamatan, maka segala rintangan harus dihadapi.

Dua hal terjadi pagi ini. Gagal mendapat persetujuan Papa Wi untuk membatalkan pertunangan. Gagal juga membicarakannya hal itu pada Enrda. Malah yang terjadi di mobil ialah ....

"Aku nanti tidak bisa. Jadi besok aja, ya?" terang Enrda, yang justru menggelapkan otak Gema. Gadis itu tak tahu ke mana arah pembicaran yang mendadak ini. He?! Gema mungkin akan paham jika sedari tadi mereka melakukan percakapan. Masalahnya hanya sunyi yang melingkupi semenjak mobil keluar dari rumah Cyteria.

"Ya, mengingat aku sendiri juga kurang tahu tepatnya, mungkin besok kita akan menghabiskan waktu di perjalanan lebih lama."

Asli. Andai ada papan virtual yang menerangkan kata-kata Enrda, mungkin Gema takkan jadi orang dungu saat ini.

Dengan menggaruk kening, Gema bertanya sungkan. "M-maksudnya apa, ya, Pak?"

Hening. Hening yang lama, mencuatkan ketidaksabaran, tidak menyenangkan, menyebalkan.

Gema melirik hati-hati. Kaget saat Enrda melakukan gerakan meregangkan otot leher dan bahu.

Apa dia tidak dengar? Memangnya aku bersuara sangat kecil?

"M-maaf," Gema memberanikan diri mengulang pertanyaan, "tapi Anda tadi mem ...."

"Kamu lihat mobil di belakang?" kata Enrda memotong. Kalimat itu menginterupsi Gema menengok. "Sepertinya membututi kita, 'kan?"

"Mobil yang mana?" gumam Gema. Tak ada mobil yang tampak mencurigakan di antara mobil-mobil yang sama-sama berderum di atas aspal.

"Mungkin perasaanku saja. Ya, sudahlah abaikan." Fokus Enrda kembali ke jalan raya.

Gema memutuskan tidak jadi bertanya. Lebih baik membahas soal pertunangan.

Siku kanan Ernda berpangku pada bingkai jendela. Rambutnya acak-acak diterpa angin. Ada sehelai rambut yang terselip melewati kacamata.

Astaga kekuatan karisma Male Lead memang beda. Alam pun mendukung. Cuma kurang musik eastetic.

Bagi Cyteria, Enrda adalah Mataharinya, tapi bagi Gema, lelaki itu hanya karakter fiksi yang tak membuatnya berdebar -dalam artian cinta. Jadi kalaupun Enrda bertambah level ketampanannya, Gema tak terpancing untuk jatuh cinta, hanya kagum.

"Kita sudah sampai." Suara Enrda mencuri perhatian Gema.

Bagai gadis linglung, Gema menyebarkan pandangan, meneliti bangunan. Lantas mengerut karena tak ada bangunan sekolah. Yang ada hanya gang sempit.

"Keluarlah. Kamu tak ingin kita mendapat gosip jika aku menurunkanmu di sekolah, 'kan?"

Kepahaman menyapa. Benar, inilah gang tempat Cyteria akan diturunkan jika diantar Enrda. Alasan jelas untuk menjaga nama baik lelaki itu sebagai seorang guru di sekolah.

"Mission Failed! Tapi aku masih punya cadangan," pikir Gema dengan seringai.

Kaca bening di depan sana memang tidak terlalu memantulkan penampakan tubuh Cyteria. Namanya juga kaca bening bukan cermin.

Tiba-tiba suara ricuh terdengar. Suara para gadis berteriak kegirangan. Saat netra menangkap sesuatu yang indah, Gema beranjak dan mendekati jendela. Lebih dekat, lebih dekat, dan lebih dekat. Meninggalkan meja yang tadi sempat diduduki. Matanya membola, menatap memuja. Ujung hidung, dahi, dan dua tangan menempel pada kaca.

Tak henti-hentinya mulut bertutur, "Mereka siapa? Oh, Tuhan it's a wonderful!"

Tiga pemuda berjalan beriringan keluar dari tangga lantai tiga: pemuda berambut sedikit merah, pemuda gondrong, dan pemuda berambut hitam legam. Kesamaan ketiganya adalah TAMPAN!

Senyum menampilkan gigi-gigi disertai lidah terjulur. Gema enggan beralih pandang. Tak peduli dengan kelakuan. Baginya ini adalah cuci mata yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Apalagi untuk dia yang memang pengagum keindahan.

"Apakah surga sedang bocor? Kenapa bidadara-bidadara berkeliaran leluasa di Bumi? Aduh, asmaku kumat karena ketampanan mereka."

To be lanjut
(TBL)

Ahem. Cuma mau bilang ...ahem. 🤣

Am I a Villain?! (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang