Double up. Ekekek
Oh, iyes, cuma mau bilang InsyaAllah akan tamat di Bab 40. Lalu akan ada bonus chapter yang hanya ada di Karyakarsa.
***
Tunggu!
Otak Gema mendadak tersengat sebuah ingatan tentang artikel Butterfly Effect. Dulu dia sengaja mencari karena didorong rasa haus ingin tahu setelah mendapat kata-kata itu dari menonton anime.
"Apa itu Butterfly Effect?" tanya Cyteria.
"Sebuah teori kekacauan yang bersumber dari perubahan kondisi awal. Sistem taklinier mengalami perubahan sangat kecil, tapi berdampak besar dikemudian hari. Secara sederhananya seperti badai yang tiba-tiba datang setelah adanya kepakan kupu-kupu*."
"Jadi kamu takut perubahan sifat para protagonis yang sekarang akan berdampak buruk dikemudian hari?"
"Exactly. Bisa jadi sesuatu yang lebih buruk dari pembunuhan itu sendiri."
Seseorang di samping Gema—yang tak disadari kedatangan—bersuara, "Pembunuhan siapa?"
"Akulah." Gema menoleh dan sekonyong-konyong tersekat dengan melotot.
"Siapa yang ingin membunuhmu?" Pertanyaan kedua terucap dari bibir Eknaht sesantai saat dirinya mengucapkan kalimat tanya 'makan apa'.
Masa iya Gema bilang, 'kamu'? Tidak. Bukan waktu yang tepat untuk mengatakan yang belum terjadi. Dan semoga saja memang tidak terjadi.
Gema menggeleng dan tertawa konyol. "Tidak, aku hanya berbicara game sadis yang populer di kalangan remaja. Aku jadi umpan untuk dibunuh—ah, lupakan itu. Ngomong-ngomong kenapa kamu keluar?"
Percakapan yang terasa aneh untuk mereka yang masih berstatus musuh. Tidak seperti biasanya, Eknaht pasti akan memberi tatapan benci lengkap ancaman serta tindakan. Tetapi sekarang pemuda itu memasang wajah innocent.
"Karena pelajaran sudah selesai. Kita harus pergi. Sajani sedang berbicara dengan Pak Enrda."
Setelah mengintip sedikit, Gema mengetahui situasi. Sajani sedang PDKT dengan pura-pura menanyakan sebuah soal. Bagus. Gadis itu mematuhi masukan Gema.
Lalu di saat yang sama, Gema tak sengaja melihat jam dinding.
"Loh, bukannya masih."
Telunjuk Gema yang menunjuk digenggam Eknat secara tiba-tiba.
"Kita dipulangkan lebih cepat. Ya, sudah, ayo! Kita perlu bicara."
"Ap-AAA!" Gema sudah ditarik paksa oleh Eknaht. "Tapi, tapi, tasku?"
Eknaht mengangkat tas yang dia sampirkan asal di pundak kanan. Gema memperhatikan pergerakan Eknaht yang memindahkan tali tas ke pundak Gema tanpa perlu memutuskan genggaman tangan.
"Sudah selesai, kan? Jadi diam dan cukup ikuti aku. Jangan coba kabur atau aku tidak perlu mengontrol emosi dan akan melakukan kekerasan lagi."
Memang apa yang ingin lagi dia bicarakan? Apa dia masih belum percaya kalau Cyteria bersungguh-sungguh ingin berdamai?
"Aku rasa kisah kita berdua untuk hidup damai memerlukan waktu yang panjang, Gem."
"Ya, aku rasa sepertinya begitu, Cy." Gema mendesah pasrah.
"Kenapa kamu menyemburkan napas? Tidak suka jika aku menyeretmu paksa?"
"Memang manusia mana yang suka dipaksa?" Ups! Gema lagi-lagi keceplosan bicara. Dia jadi mengeluarkan sifat asli yang harusnya tidak boleh dilihat oleh orang lain termasuk para protagonis.
Untungnya Eknaht tidak menggubris. Laki-laki itu terus mengajak Gema keluar gerbang sekolah.
"Kita pakai taksi online. Aku yang bayar," jelas Eknaht begitu sebuah mobil putih berhenti tepat di depan mereka.
Bukan masalah yang bayar siapa, tapi masalahnya Eknaht tidak berkata apa-apa soal ke mana mereka akan pergi.
Eknaht menyuruh Gema masuk lebih dulu. Meski ragu, gadis itu menurut. Mereka sama-sama duduk di bagian penumpang.
Udara di dalam mobil begitu dingin, harusnya membuat Gema menggigil, justru yang terjadi adalah tubuhnya berkeringat hebat.
Gema melirik takut-takut. "Ja-jadi kita akan ke-ke mana, Nat?"
"Mungkin ke rumah jagal?" Cyteria memang kurang ajar. Dia membisikkan kalimat itu dengan nada seram yang dibuat-buat. Sayangnya hal itu sukses memantik rasa cemas Gema sampai ubun-ubun.
"Kita akan mati lebih cepat, Cy."
🌟🌟🌟
Catatan kaki:
*Metafora. Silakan baca Teori Edward Norton Lorenz jika ingin tahu lebih jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Villain?! (TAMAT)
HumorAku, sih, yes kalau dikerubung banyak cogan, tapi BIG NO kalau dikerubung untuk dibunuh! ~Gema Nasib orang kejam pasti dapat karma. Karmanya tak main-main pula. Masuk ke novel buatan sendiri sebagai penjahat yang berakhir mati. Eh, semesta sedang b...