AREA
WAJIB VOTE 🌟
SUNNAH COMMENT💌***
Tinggal beberapa menit. Yang tidak diharapkan terjadi. Engsel pintu rusak, menyebabkan terbukanya jalan bagi makhluk-makhluk itu menyerang. Gema langsung panik dan bingung. Dia tak bisa melarikan diri.Bagai pahlawan, Nalendra menghadang di depan Gema. Beberapa bulatan ketan siap di tangan. Tinggal menunggu waktu tepat untuk di lemparkan.
Empat makhluk masuk secara bersamaan. Nalendra tak membuang waktu. Dia lemparkan empat biji secara bergantian. Meleset satu! Untung ada Gema yang ternyata juga sudah siap dengan senjata di tangannya. Satu bulatan masuk sempurna. Keempat makhluk itu kejang-kejang disertai petasan yang meletup luar biasa.
Gema bersorak dalam sunyi dan melakukan pukulan ke atas. Jingkrak-jingkrak. Merasa menang dari musuh membuatnya sangat bahagia. Tapi semua kebahagian itu tidak bertahan lama ketika matanya melihat Nalendra terkulai dengan wajah menahan sakit.
Nalendra terluka. Kapan? Gema tidak tahu. Yang jelas raut wajah Gema terbias kengerian melihat darah sebanyak itu mengucur dari lengan cowok di depannya.
"Ap-apa yang terjadi?" Kedua tangan Gema melayang di atas tubuh Nalendra. Tidak berani menyentuh, takut menambah kesakitan cowok itu.
Mengerjap, menahan air mata yang ingin tumpah, Gema gelisah. Otaknya langsung memberikan sinyal bahwa ada yang harus digunakan sebagai penyumbat aliran darah Nalendra. Dia lepas dasi abu-abu yang dikenakan, lalu dililitkan ke luka cowok itu. Sayang, usahanya tak berhasil menghentikan laju cairan merah. Semakin panik tatkala bibir Nalendra memucat, bergetar hebat, dengan rintihan di sela pedih.
Gema edarkan sekeliling. Ketemu! Ada obat P3K. Bergegas dia bangkit dan mencari obat merah.
"AAH!" Gema lemparkan kotak itu begitu saja ke lantai. "Tidak ada isinya!"
Setiap kelas memiliki kotak P3K, tapi tak semua kelas mematuhi aturan dari sekolah. Kotak P3K tidak berfungsi, hanya jadi pajangan disesuaikan kebijakan dari pengurus kelas masing-masing.
Gema beranikan diri melihat ke luar pintu. Hanya untuk mencari tahu di mana mereka berada. Kelas 10/10. Jauh dari UKS. Masih harus melewati beberapa kelas jika ingin ke sana. Dengan banyaknya belokan tentu saja. Lanjut pilih opsi lain. Menelisik ke luar jendela, tuk melihat papan penanda kelas. Sial! Ini hanya beda dua kelas. Kelas 10/8. Berada di ujung.
Namun jika terlalu banyak berpikir, Gema semakin kehabisan waktu. Cyteria dalam diri pun tidak ada tanda-tanda akan muncul untuk memberinya tanggapan.
Nekat. Gema menerobos pintu. Berlari untuk kesekian kalinya dalam satu hari ini. Keringat berjatuhan, napas terasa mau habis, tenaga semakin menipis. Ketika ada makhluk, Gema melempari mereka dengan bulatan ketan. Tak payah berpikir panjang. Ya, walau di dada ada perasaan takut kehabisan.
Meluncur melewati para makhluk seolah Gema menjadi sang pemberani. Menerobos, menghindar, sekaligus melempar dengan titik fokus mulut. Semua masuk. Luar biasa. Perlu diapresiasi.
Gema terus bergerak maju dengan latar belakang para makhluk yang mengejang dan dipenuhi petasan. Sampai tibalah di UKS, tempat tujuan.
Tak memakai pintu, Gema pecahkan kaca jendela UKS dengan melempar bangku panjang. Agak aneh, dia seakan mendadak memiliki kekuatan super.
Dalam UKS, Gema mengobrak abrik almari obat. Diingat-ingatnya apa yang mesti dibawa.
"Kenapa harus memilih jika semua bisa kubawa?!"
Gema meraup semuanya. Memasukkan ke dalam ulas bantal yang tadi sempat dia copot paksa. Jejalkan kasar, tak peduli berantakan atau mungkin bakal pecah dan isinya berceceran. Sekali lagi TIDAK ADA WAKTU! Dia harus bergegas, bergerak secepat ninja dalam bertindak.
Tak dinyana, ketika berhasil memutar tumit kaki tampak Nalendra di depan jendela. Cowok itu melewati pecahan bingkai hingga sampai ke dalam.
"Kenapa kamu tiba-tiba pergi?" tanyanya dengan ekspresi pucat yang kentara. Napasnya terengah. Beberapa bulir keringat mengalir dan menetes dari dahinya.
Tak lama kemudian, Nalendra tidak kuat menopang tubuhnya. Dia ambruk. Beruntung Gema cekatan. Gadis itu berhasil menangkap tubuh Nalendra sebelum membentur lantai yang keras, lamun ada bagian tubuh yang harus menjadi pengganti benturan.
"Kenapa kamu datang kemari?"
"Kamu belum menjawab pertanyaanku," Nalendra tertatih berbicara.
"Aku pergi untuk mencari obat. Lihat ini."
Gadis itu menumpahkan semuanya begitu saja. Mengambil obat merah serta perban. Dibubuhkan obat merah ke luka Nalendra dengan hati-hati. Tak sengaja mata melirik ke dasi miliknya yang sekarang bernoda penuh darah. Saat melepaskannya tadi, Gema tak menghiraukan sebab niat di otak adalah cepat membalurkan obat.
Nalendra meringis. Gema sadar bahwa ini bukan luka biasa. Tidak mungkin langsung membiru jika sekadar tergores benda.
"Apa ini perbuatan pengikut MaJo? ....
***
Yuhuu kamu bisa baca seluruh kisah tanpa iklan dengan membeli di Karyakarsa. Tenang saja ada PAKET HUEMAT untuk kamu yang sedang berhemat. Akses selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Villain?! (TAMAT)
HumorAku, sih, yes kalau dikerubung banyak cogan, tapi BIG NO kalau dikerubung untuk dibunuh! ~Gema Nasib orang kejam pasti dapat karma. Karmanya tak main-main pula. Masuk ke novel buatan sendiri sebagai penjahat yang berakhir mati. Eh, semesta sedang b...