🐑 2

5.8K 140 222
                                    

"Nurani, kamu kerjakan tugas matematika di sini, boleh open book, tapi dilarang buka internet. Paham?" ucap Bu Inka sembari memberikan buku paket matematika di ambang pintu perpustakaan.

Gadis berambut sepunggung itu hanya mengangguk pasrah, ia cukup beruntung karena tak dihukum sebab lupa mengerjakan tugas yang diberikan tiga hari yang lalu.

"Yaudah sana masuk, kalau udah selesai langsung kumpulin di meja Ibu." Bu Inka menggeser tubuhnya mempersilahkan Nurani untuk masuk.

Gadis itu melangkah masuk dengan kepalanya yang masih menunduk.

Cklek

Pintu terdengar ditutup dari luar, menyisakan dirinya dan ... suara yang tak asing di pendengarannya.

Neng ayo Neng kita main pacar-pacaran.

Hal itu membuat Nurani tercekat dan timbulah perasaan tak enak di benaknya. Ia pun perlahan menoleh ke sumber suara.

"Lo?"

Duga'annya memang tak salah lagi, ia mendapati Altra yang tengah tersenyum ke arahnya, sembari meminum air mineral di bangku pojok.

Altra tersenyum hingga matanya membentuk garis lurus, ia menggeser tubuhnya agar Nurani duduk di sebelahnya, tak lupa tangannya menyapu bangku untuk Nurani agar terlihat bersih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Altra tersenyum hingga matanya membentuk garis lurus, ia menggeser tubuhnya agar Nurani duduk di sebelahnya, tak lupa tangannya menyapu bangku untuk Nurani agar terlihat bersih.

"Duduk sini, sama Abang," ucap Altra kegirangan.

Ia tak menyangka hukuman dari Pak Sakijan untuk membersihkan perpustakaan, akan membawa berkah untuknya. Seperti saat ini, Nurani datang kemari untuk mengerjakan tugas.

"Kok diem aja? Ayo sini! Nggak gigit kok, paling cuma sun doang awokawokawok." Altra tertawa keras karena begitu senang.

Nurani yang mendengar itu, seketika bergidik ngeri.

"Ngomong sekali lagi, gue amplas mulut lo!" ancam Nurani dengan sinis.

Altra lantas menutup mulutnya. "Galak banget, untung sayang."

"Heh!" Nurani tak segan memasang wajah garang sembari berkacak pinggang.

Bukannya takut, Altra justru merasa gemas.

"Nggak, maksud gue sayang sama mulutnya kalo diamplas, entar nggak bisa cipika-cipiki, ehehe ...."

Nurani hanya memutar bola matanya, lalu berjalan menghampiri bangku yang ada di sebelah Altra, karena hanya tersisa satu, dan yang lain digunakan untuk meletakkan tumpukan buku yang baru saja dikembalikan. Jadi mau tak mau, Nurani harus duduk di sebelah cowok somplak itu.

"Penjaganya kok nggak ada?" tanya Nurani sembari menoleh ke arah meja penjaga perpustakaan, karena gadis itu memang tak pernah nyaman jika hanya berdua dengan lawan jenis, apalagi suasana ruangan di sini cukup sepi.

 𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang