Peristiwa menegangkan yang terjadi di SMA Merpati, membuat seluruh warga sekolah panik, tak terkecuali gadis berambut cokelat yang sedari tadi uring-uringan di dalam kelas yang terkunci dari luar. Gadis yang tak lain adalah Stella.
"Stella, lo yang tenang ya ... nggak akan terjadi apa-apa sama Altra," ucap Nara melangkah menghampiri Stella.
"Nggak! Pokoknya gue harus nyusulin Altra!" tekan Stella sembari menendang keras pintu kelasnya.
"Nak, udah ya? Kamu di sini aja jangan kemana-mana, ibu yakin Altra dan teman-temannya nggak akan kenapa-napa," ucap Bu Inka yang tengah bangkit dari bangkunya.
"Terus kalau mereka beneran kenapa-napa Ibu mau tanggung jawab?!" bentak Stella.
Semua murid yang ada di dalam kelas hanya membuang napas jengah, mereka tak heran lagi dengan sikap Stella yang selalu semaunya.
"Pintu kelas kekunci dari luar, gimana caranya lo bisa keluar?" tanya Jane, teman dekat Stella.
Stella melirik ke arah sekitar, dan matanya terpaku pada jendela yang terbuka sedikit berdekatan dengan bangku belakang, sebuah ide akhirnya terlintas di otaknya.
Semua atensi tertuju pada Stella yang kini melangkah cepat menghampiri bangku belakang.
"Minggir, buruan!" sentak Stella sembari menendang meja siswi itu. Akhirnya mau tak mau siswi bernama Siska, segera berdiri dari bangkunya, dengan kepala tertunduk.
"La, jangan aneh-aneh please!" ucap Jane terlihat panik.
"Stella, kalau kamu nggak nurut sama saya, kamu bakal kena hukuman!" peringat Bu Inka, agar gadis itu menurut.
Stella menarik sudut bibirnya ke arah Bu Inka yang tengah menatapnya. "Nggak peduli." Gadis itu kemudian naik ke atas meja, dan melompat keluar.
"STELLAA!" teriak mereka dari dalam. Kepanikan mereka kini bertambah, karena Stella nekat menemui Altra yang berada dalam bahaya.
🐑
Seorang cowok berjaket hitam terkapar di atas tanah setelah mendapatkan tendangan keras dari Altra. Pistol yang hendak ditembakkan ke arah ketua "STREAGLE" itu, akhirnya meleset, dan mengenai kaca jendela satpam, beruntung tak ada orang di dalamnya.
Altra menyugarkan rambutnya, sembari berjongkok agar lebih dekat menatap Frada, ketua dari geng "ARCHERNAR".
"Cowok, lo?" tanya Altra menatap datar. "Kalau cowok nggak perlu teriak-teriak. Berisik tau nggak?"
Arshan, dan ketiga temannya baru saja tiba di halaman sekolah, dengan wajah panik.
"Al, lo nggak apa-apa kan?" tanya Genta.
Altra yang mendengar suara temannya sekilas menoleh ke belakang, dan kembali menatap Frada yang mengerang kesakitan. "Gue oke, nggak usah panik."
Aksa membuang napas lega, dan menatap seluruh anak buah Frada, yang mengepung wilayah sekolah.
"Kalian semua pegangin mereka!" ujar Frada pada anak buahnya.
"Siap Bos!" Anak buah Frada, segera menghampiri teman-teman Altra, dan menahan lengan mereka.
"Anjay! Nurut banget lo, sama Tai Setan!" ujar Aksa yang tangannya sudah ditahan.
"Anjing, nggak usah pegang-pegang! Gue udah skincare'an!" bentak Genta.
"Eh, pegang gue, bayar lima puluh ribu!" ujar Alatas sembari mengangkat tangannya ke atas.
"Mau mati?" tanya Arshan, pada anak buah Frada yang akan menahan lengannya.
"Nggak takut!" balas cowok itu.
"Oke." Arshan langsung mengangkat kaki kananya, dan menendang kuat aset berharga milik cowok itu hingga jatuh, sembari menyentuh bagian bawahnya.
"Aarghh!" teriak cowok itu, saat merasakan sensasi panas, dan perih menjadi satu di bagian bawahnya.
"Mantep Shan! Gue join deh!" sahut Aksa, lalu menatap Zero, si anak buah Frada.
"Nggak usah macem-macem lo!" ujar Zero terlihat was-was.
Aksa tergelak, lalu dengan cepat ia mengangkat kaki kirinya, dan menedang kuat milik Zero hingga cowok itu terkapar di atas tanah.
"Bangsat!" umpat Zero sembari meringis, terlihat matanya sudah berkaca-kaca.
Sementara Genta, dan Alatas juga tak mau kalah, mereka menghajar habis anak buah Frada, hingga luka lebam menghiasi wajah mereka.
"Lo liat deh! Anak buah lo aja lemah banget, mau lo jadiin anak begal, yang ada malu-malu'in geng lo," ucap Altra terkekeh sinis.
"Mending lo tobat, tindakan lo udah termasuk kriminal!" lanjutnya.
"Nggak usah sok ngajarin gue, Anjing!" bentak Frada sembari mencekal lengan Altra. "Lo emang harus gue habisin, biar nggak cari muka sama polisi."
Frada mulai mengarahkan pistolnya ke arah kepala Altra, yang tengah menatapnya dengan tenang. Ia bahkan tersenyum miring.
"Kenapa lo senyum-senyum? Nggak sabar mau pindah alam?" tanya Frada heran.
Altra tergelak berbanding terbalik dengan teman-temannya yang seketika panik melihatnya.
"Lo liat semua! Ketua kebanggan kalian bakal mati di depan kita semua!" ujar Frada dengan keras, hingga terdengar sampai beberapa ruang kelas. Murid-murid yang tengah bersembunyi semakin kawatir.
"Al!" Alatas hendak melangkah menghampiri Altra. Namun langkahnya terhenti saat Altra menggelengkan kepalanya, meyuruhnya untuk tetap tenang saat Frada mengarahkan pistol ke arah pelipisnya.
"ALTRAAA!" teriak semua teman-temannya.
"Awass!"
Bughh!
Altra terjatuh bersama seorang gadis yang mendorongnya, untuk menghindari tembakan. Hal yang tak terduga pun terjadi di saat kedua bibir mereka saling bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)
Ficção AdolescenteEnd✔ R 17+ "Altra kalau kita nanti terpisah, aku bakal cari cara buat kita kembali." Sesuai seperti apa yang Stella janjikan untuk Altra, ia rela mengorbankan semuanya untuk seseorang yang sangat berarti di masa lalunya. Altra kehilangan memori inga...