18+
Bacanya pelan-pelan biar paham🥰
Udah siap? Selamat membaca🤍
Suara decapan kedua mulut yang sedang beradu seakan mengisi keheningan gudang sekolah. Dua insan yang dikuasai nafsu itu saling merangsang satu lain.
"Lo mau buka sendiri, atau gue bukain?" tanya Semesta dengan suara yang terdengar berat.
"Bukain dong!" Naora lantas mengkalungkan tangannya di leher Semesta
"Satu syarat," ucap cowok itu sembari membelai pipi Naora. "Panggil terus nama Altra."
Naora tergelak sembari memainkan kancing seragam Semesta.
"Lo nggak nyuruh gue buat bayangin lagi main sama dia kan?" tanya Naora sembari menaikkan kedua alisnya.
Semesta tersenyum sembari melirik ponselnya yang ia letakkan di atas bangku yang tak jauh dari mereka.
"Terserah, yang penting gue punya rekaman buat bikin dia malu," ucap Semesta lalu kembali melancarkan aksinya untuk melepaskan kancing seragam Naora.
Hingga keduanya melakukan hal yang tak senonoh, dan beberapa kali mulut sial Naora terus menyebut nama Altra di sela desahannya.
Mereka tak khawatir jika ada yang mendengar, lantaran gudang itu terletak di paling ujung dan jarang dilewati oleh warga sekolah.
"I love you, Altra," ucap Naora setelah melepaskan pagutannya dari bibir Semesta.
"I love you to, Naora," bisik Semesta di tengah napasnya yang memburu.
🐑
Jam telah menunjukkan pukul 3 sore, terlihat Arshan baru saja tiba di rumahnya dan mendapati sang ibu tengah ketiduran di depan TV.
Sembari menenteng kantong plastik berisi buah, cowok itu mendekati Kamala sembari tersenyum tipis.
"Mama kenapa tidur di depan TV?" gumam Arshan sembari mengusap lengan Kamala.
Cowok itu lantas memeluk Kamala setelah sekian lama, rasanya sangat nyaman bahkan semua beban yang ada di pikiran dan hatinya seakan sirna setelah memeluk ibunya yang masih tertidur.
"Mama pasti capek ya? Maafin Arshan udah sering bentak-bentak, jarang pulang ke rumah, bahkan nggak pernah lagi peluk Mama kayak dulu," ucap Arshan sembari mengusap pipi Kamala.
Kamala yang sudah terjaga sejak Arshan memeluknya hanya diam dan masih menutup matanya. Wanita itu masih ingin mendengar putranya bercerita.
"Mama jangan percaya, kalau Arshan bilang benci ke Mama sama Ayah, ya? Itu aku bohong kok."
Bibir wanita itu bergetar, beruntung Arshan tak menyadarinya lantaran cowok itu tengah memejamkan matanya.
"Arshan bawa buah-buahan nanti kita bikin salad kayak dulu lagi ya?"
Arshan memajukan wajahnya lalu mencium pipi dan kening wanita yang sangat ia sayangi itu.
"Mama istirahat, Arshan mau keluar dulu beli sesuatu tadi kelupaan," ucap Arshan lalu kembali mencium pipi Kamala sebelum beranjak.
Drrtt ....
Getaran telepon di ponselnya membuat Arshan menyudahi untuk menatatap wajah cantik Kamala, cowok itu bergegas keluar sembari menempelkan benda pipih itu pada telinga.
Kedua mata Kamala terbuka dan menoleh ke arah pintu yang baru saja ditutup dari luar. Kamala tersenyum sembari menyeka air matanya, sebelumnya ia ingin membalas pelukan Arshan, tapi ia takut Arshan justru menyudahi pelukannya dan pergi dari hadapannya.
"Mama juga sayang banget sama Arshan," gumamnya sembari tersenyum menatap bingkai foto seorang anak laki-laki kecil tengah membawa bola voli. "Aku harus bikin makanan kesukaannya dulu!" Wanita itu bergegas menuju dapur dan membongkar resep-resep makanan kesukaan Arshan dari kecil.
Sedangkan di luar sana, Arshan masih menjawab panggilan dari temannya dengan suara yang dibuat sepelan mungkin karena takut Kamala mendengarnya.
"Jadi lo sampai sini, pagi jam enam kan?"
"Iya, kalau nggak bisa jemput gue bisa naik taksi," balas Arshan.
"Bisa dong! Gue tunggu di bandara, oke?"
Arshan mengangguk, sepertinya ia lupa jika sedang bertelponan pada orang di seberang sana.
"Shan?"
Arshan yang tersadar pun lantas tergelak sembari menepuk dahinya, "Oke, sampai bertemu besok."
Setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku, Arshan pun segera menjalankan motornya untuk menuju ke supermarket karena lupa membeli keju kesukaan Kamala.
Hari ini ia ingin menghabiskan waktu bersama sang ibu sebelum dirinya pergi malam nanti. Semenjak Arshan memutuskan untuk pindah ke luar kota, beban pikirannya terasa berkurang, ia sudah pastikan jika Altra akan lebih sering bertemu Vano jika dirinya tak ada di antara mereka.
"Perusak keluarga emang harus menyingkir."
Kalimat Altra pagi tadi yang tak sengaja ia dengar terus terngiang. Arshan tersenyum tipis dan berharap Altra akan memaafkannya ketika ia sudah pulang nanti.
Sesaat kemudian bola matanya melebar saat tak sengaja mendapati anak kecil duduk sembari memeluk anak kucing di jalur cepat.
Arshan semakin tercekat ketika sebuah bus melaju dengan kecepatan sedang tanpa disadari oleh anak itu. Cowok itu segera mengehentikan motornya secara mendadak, membuat beberapa pengguna kendaraan memakinya lantaran terkejut. Arshan tak peduli, ia justru berlari menghampiri anak itu.
"Dek awas ada bus!" teriak Arshan, sayangnya anak itu tak bisa mendengarnya dan justru asik menimang-nimang anak kucing.
Klakson bus berbunyi cukup nyaring, sang sopir yang ada di sana kesulitan untuk mengerem bus secara mendadak.
Jarak mereka tinggal 8 meter lagi, Arshan dengan cepat mendorong anak itu hingga terjatuh terbentur trotoar. Arshan tersenyum lega karena berhasil menyelamatkan anak itu.
Detik itu juga, suara klakson bus kembali berbunyi di depannya. Hal itu membuat Arshan linglung dan tak terpikirkan untuk menggerakkan kakinya.
Hingga hantaman keras pada tubuhnya terjadi dan disaksikan oleh beberapa orang yang sedari tadi meneriakinya.
Mereka memejamkan matanya saat tubuh Arshan terpental lalu terseret body bus untuk beberapa meter.
Di saat kendaraan besar itu berhenti, Arshan merasakan tubuhnya mati rasa bahkan untuk bernapas rasanya sangat sulit, ia hanya bisa mendengar teriakan panik dari orang-orang yang berusaha menolongnya.
Bayangan senyuman dari kedua orang tuanya kembali berputar di ingatannya, membuatnya ingin menatapnya lagi.
Detik itu, mulut Arshan nampak menggumam sebelum matanya tertutup rapat.
"Ayah ...."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)
Fiksi RemajaEnd✔ R 17+ "Altra kalau kita nanti terpisah, aku bakal cari cara buat kita kembali." Sesuai seperti apa yang Stella janjikan untuk Altra, ia rela mengorbankan semuanya untuk seseorang yang sangat berarti di masa lalunya. Altra kehilangan memori inga...