🐑 79

1.5K 20 22
                                    

2183 kata, Bacanya pelan-pelan ya, selamat membaca..

Tarik napas duluuu^^

"Widiw! Motor gue jadi keren nih, tuh liat deh! Lampu belakang bisa berubah bentuk kalau lagi di-rem!"

Altra terkekeh, melihat reaksi antusias dari seorang mahasiswa yang meminta untuk memodifikasi lampu belakang motor matic-nya.

"Makasih ya, Bang! Besok kalau gue pengen ganti back light, gue bakal ke sini lagi!" ucap mahasiswa tersebut.

"Jangan pangil gue Abang!" protes Altra tak suka. Ia sangat sensitif dengan sebutan itu. "Panggil gue Altra aja."

Mahasiswa itu lantas menganggukkan kepalanya tanpa memudarkan senyumnya. "Wah ... siap Altra! Yaudah kalau gitu totalnya berapa?"

"Langsung tanya kasir aja," balas Altra sembari menunjuk Aksa yang tengah sibuk mencatat sesuatu di meja kasir.

"Oke siap!"

Altra tersenyum dan segera membereskan peralatan bengkelnya yang berceceran.

Tak lama kemudian Aksa datang menghampirinya setelah mahasiswa itu beranjak dari bengkel.

"Lo beneran mau keluar dari sini?" tanya Aksa.

Altra mengangguk dan mendongakkan kepalanya menatap Aksa yang kini duduk di kursi tunggu. "Gue sering khawatir sama Stella kalau ditinggal di rumah sendirian. Lo tau sendiri banyak orang yang pengen kurang ajar sama dia."

Aksa mengangguk mengerti. Ia tahu bagaimana rasa khawatir Altra pada Stella setelah kejadian beberapa bulan yang lalu, di mana saat Stella mengalami keguguran dan membuatnya trauma.

"Oke, kalau gitu ini gaji terakhir lo dari Pak Adit," ucap Aksa menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu.

Dengan senang hati Altra menerimanya. Uang itu akan ia gunakan untuk membeli kado ulang tahun Stella ke 17 tahun. Hari ulang tahun mereka hanya berjarak satu bulan, di mana Stella yang lebih dulu merayakannya.

"Keluar dari sini, lo nggak kangen Ridan?"

Pertanyaan dari Aksa membuat Altra seketika mengingat cowok yang kerap membuatnya naik pitam. Ia pun teringat jika boneka yang baru ia buat rupanya masih dibawa oleh Ridan.

"Kapan dia ke sini?" tanya Altra.

Aksa lantas tersenyum jahil. "Ngapain lo nanyain dia? Kangen?"

"Boneka gue buat Stella masih dibawa dia!" ujar Altra. Ada rasa menyesal setelah menitipkan boneka tersebut pada cowok itu.

"Kalau gue minta dia ke sini, apa dia mau?" tanya Altra kembali.

Aksa mengangkat kedua bahunya sebelum beranjak menuju meja kasir. "Nggak tau, coba aja lo kirim pesan ke dia."

Altra menghela napas dan merogoh ponselnya. Jemarinya dengan cepat mencari sebuah nama kontak yang baru-baru ini ia simpan untuk mengantisipasi penipuan seperti yang terjadi beberapa bulan lalu.

Putri Cantika Mungilika. Altra berdecih ketika mengingat nama tersebut.

Setelah membuka room chat-nya dengan Ridan. Beberapa kali ia menghapus-ketikkan pesan yang hendak dikirimkan.

"Salam dulu nggak sih?" gumam Altra sembari menggarukkan kepalanya. "Arrgh! Langsung tagih aja dah!"

Altra tersenyum puas, saat pesannya telah terkirimkan. Menariknya cowok di seberang sana langsung membalas pesannya tanpa membuat Altra menunggu lama.

 Menariknya cowok di seberang sana langsung membalas pesannya tanpa membuat Altra menunggu lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang