"Gimana keadaanya Altra? Udah sadar kan?" tanya Aksa saat Arshan, Alatas dan Tika telah memposisikan dirinya di bangku kantin rumah sakit.
"Udah, tapi belum bisa diajak ngobrol, dia teriak-teriak terus sambil megangin kepala, kayak keinget sesuatu gitu," jelas Alatas menceritakan kejadian beberapa menit lalu di ruang rawat Altra.
Hal itu membuat Genta yang tengah meminum kopi seketika tersedak setelah mendengar penjelasan Alatas.
"Buset lo Gen, nyiprat nih! Jorok banget!" dumel Aksa lalu buru-buru mengambil tissue yang ada di samping adiknya.
"Nggak kena kan?" tanya Aksa pada Tika, dan hanya dibalas gelengan dari gadis itu.
Genta tak peduli, pandangannya hanya tertuju pada Alatas. "Keinget sesuatu?"
Alatas mengangguk, lalu sejenak melirik Arshan yang hanya diam sembari memainkan ponselnya.
"Dia terus manggil Stella, dia takut kalau Stella pergi," jelas Alatas.
Genta mengatupkan bibirnya, ia kembali menyandarkan punggungnya dengan perasaan resah, berbeda dengan Tika dan Arshan yang nampak anteng sembari meminum teh yang sudah dipesankan oleh Aksa.
Sementara dari ambang pintu masuk kantin, terlihat Stella tengah menatap Genta dengan perasaan gelisah. Sejujurnya Stella tak mau berurusan dengan cowok itu, tapi hari ini ia harus mengutarakan semua isi pikirannya agar tak pernah dilanda ketakutan lagi.
Perempuan itu kembali melangkahkan kakinya untu menghampiri Genta. Sesaat kemudian, Aksa mendongakkan kepalanya saat Stella telah berada di samping Genta.
"Gen, ada yang harus gue omongin sama lo," kata Stella dengan gugup, bahkan ia menunduk saat Genta menoleh menatapnya.
Semua temannya saling melempar pandangan dengan tatapan penuh tanya, sedangkan Genta masih diam sembari menatap Stella dengan datar.
"Nggak di sini, gue tunggu di taman," ucap Stella lalu bergegas pergi dari kantin untuk menuju tempat yang dimaksud.
Genta kembali mengalihkan pandangannya sembari membuang napas berat, sesaat kemudian ia meraih kunci motornya yang diletakkan di atas meja.
"Gue mau nemuin Stella dulu, terus langsung pulang," pamit Genta pada teman-temannya. "Kalau ada kabar soal Altra, kabarin gue."
Tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya, ia langsung beranjak dari bangku dan menyusul Stella yang kini telah menunggunya.
🐑
Sesampainya di taman, Genta mendapati Stella yang telah duduk di sebuah bangku. Ia kembali melangkahkan kakinya menghampiri perempuan itu sembari tersenyum miring.
"Lo mau ketemu gue, buat nyerahin diri?"
Pertanyaan Genta dari belakang praktis membuat Stella menoleh.
Perempuan itu bangkit dari duduknya, dan berjalan menghampiri Genta.
"Gen, gue tau lo benci banget sama gue," ucap Stella lirih, membuat cowok itu mengangkat kedua alisnya.
"Tapi gue mohon sama lo, jangan lagi bikin Altra jauh dari gue!" Stella memberanikan diri untuk menatap Genta dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Lo pasti pernah ngerasain gimana rasanya ditinggal orang yang paling lo sayang kan?"
Pertanyaan dari Stella membuat Genta membuang wajahnya.
"Gen, cuma Altra alasan gue buat tetap bertahan, tolong jangan bikin dia makin benci sama gue!" Tanpa sadar Stella menggengam erat tangan Genta.
"Tapi dia bukan ayah dari bayi yang lo kandung!" timpal Genta. "Gue tau pekerjaan lo."
Stella lantas melepaskan genggamannya, air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya lolos membasahi pipinya.
"Lo manfaatin keadaan supaya Altra mau nikahin lo, dan lo nggak pernah mikir nasib dia selanjutnya cuma gara-gara ke-egoisan lo sendiri!" ujar Genta dengan pandangan nyalang.
"Altra juga punya masa depan! Lo nggak puas liat dia dipukul bokap lo yang semestinya pukulan itu bukan buat dia?"
Genta membuang napas berat, ia menatap Stella yang masih terisak di depannya. Genta tahu semua penyebab pernikahan Altra dan Stella, bahkan kejadian di mana Arga memukul Altra di ruang kepala sekolah masih teringat di benaknya.
"Gue tau ini salah, tapi gue nggak bisa kalau tanpa Altra, dia orang yang udah bikin gue tetap bertahan sampai sekarang. Gue emang cewek murahan, dan lo tau itu, tapi hati gue cuma ada Altra," ungkap Stella kembali menatap Genta. "Apapun caranya bakal gue lakuin buat dapetin dia lagi, meskipun itu bikin harga diri gue jatuh."
Seketika Genta kembali teringat saat ia mendapati Altra tengah bercumbu dengan Stella di tengah keramaian dalam keadaan mabuk, bahkan ia juga kembali teringat saat hendak menghampiri Altra, dirinya langsung tak sadarkan diri setelah menerima air minum pemberian Semesta.
"Lo bisa kasih tau gue, siapa cowok yang nyentuh lo terakhir kali selain Altra?" tanya Genta memandang serius. Sebenarnya Genta sudah tau, tapi ia ingin memastikannya sekali lagi.
Stella menggeleng, bahkan dirinya lupa siapa yang sudah menyentuhnya terakhir kali. Namun sesaat kemudian Stella kembali bersuara.
"Altra nggak pernah nyentuh gue ... di–dia pingsan, dan gue minta seseorang buat bawa dia ke rumah gue," aku Stella, dan lagi-lagi membuat Genta tercengang.
"Siapa orang itu?" tanya Genta dengan raut penasaran.
"Alatas, karena kebetulan dia ada di club juga."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)
Teen FictionEnd✔ R 17+ "Altra kalau kita nanti terpisah, aku bakal cari cara buat kita kembali." Sesuai seperti apa yang Stella janjikan untuk Altra, ia rela mengorbankan semuanya untuk seseorang yang sangat berarti di masa lalunya. Altra kehilangan memori inga...