Sofia meringkuk menutupi tubuh polosnya dengan kedua tangan. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit apalagi di bagian kelaminnya.
Bukan dua miliar yang ia dapat, melainkan beberapa lembar uang sepuluh ribu yang mereka lempar ke arahnya.
Kejadian tersebut hampir merenggut kewarasannya. Beberapa kali ia menyebut nama putrinya dan meminta tolong. Namun sia-sia, karena Stella tak akan pernah datang menemuinya. Stella sudah mendapatkan rumah terbaik dan aman.
"Stella,maafin mama, Sayang ...." Sofia meraung sembari menjambak rambutnya.
Ia benci dirinya sendiri, beberapa kali memukul kepalanya dan membenturkannya di dinding bangunan kumuh. Sofia kehilangan semua harta berharganya termasuk Stella yang tak ingin menemuinya lagi.
Puas meluapkan tangisannya. Sofia mengukuti pakaiannya yang tercecer dan robek. Ia harus pergi dari tempat ini karena takut mereka akan kembali.
***
Sepanjang perjalanan beberapa anak kecil meneriakinya dengan sebutan "Orang Gila". Itu karena pakaian yang ia kenakan tak layak pakai dan kondisinya seperti pasien rumah sakit jiwa.
"Ada orang gila!" Teriakan dari seorang anak kecil membuat Sofia berteriak tak terima.
"Kurang ajar! Aku bukan orang gila, Bodoh!" teriak Sofia untuk kesekian kali.
Meskipun begitu anak-anak itu tetap menganggapnya gila dan berbondong-bondong mengejarnya dengan melemparinya batu.
"Ada orang gila baru! Ayo kita kejar!" teriak salah satu anak laki-laki pada teman-temannya.
Sofia berlari tunggang langgang. Anak-anak nakal itu melemparinya dengan batu berukuran sedang dan tak jarang mengenai kepalanya.
"Pergi, pergi! Jangan kejar aku! Aku bukan orang gila!" teriak Sofia sembari melindungi kepala dengan kedua tangannya.
Sofia terus berlari sembari berteriak hingga tak menyadari bahwa dirinya telah berada di pinggir jalan raya. Sedangkan anak-anak itu sudah tak mengejarnya lagi.
"Jangan kejar aku! Pergi, pergi! Syuh ... syuhh!" Sofia berteriak ketakutan hingga tak menyadari sebuah mobil sedan sedang melaju cepat dan menghantam tubuhnya begitu keras.
Brakk!
Sofia terpental hingga membentur pembatas jalan begitu keras. Sebagian orang yang berada di sekitar tempat kejadian langsung berbondong-bondong menghampirinya.
Sedangkan Dewangga yang masih berada di dalam mobil justru kembali melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh. Hal itu tak luput dari pandangan orang-orang di sekitarnya.
"Jangan biarin mobil hitam itu lepas, dia harus tanggung jawab karena menabrak wanita ini sampai tewas!" ujar salah satu pria paruh baya dan mengajak rekannya untuk mengejar mobil Dewangga.
🐑
Malam telah tiba, selesai acara makan bersama kini Stella membantu Nenek Dara untuk membereskan alat makan mereka.
"Stella, malam nanti kamu tidur sama nenek mau kan?" tanya Nenek Dara.
Pandangan Stella lantas beralih menatap Altra yang tengah asik bermain game.
"Mau Nek, aku juga bosen dikacangin terus," balas Stella yang secara tidak langsung menyindir Altra.
"Nah, dua hari kedepan Altra tidur sama Kakek! Oke Altra?" sahut Kakek Sami sembari merangkul bahu Altra yang masih fokus pada ponselnya.
"Hah? Kenapa, Kek?" tanya Altra setelah mem-pause game yang sedang ia mainkan.
"Malam nanti tidur sama Kakek," ucap Kakek Sami kembali. "Makanya jangan main hp terus, jadi nggak denger kan orang lagi bicara."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)
Dla nastolatkówEnd✔ R 17+ "Altra kalau kita nanti terpisah, aku bakal cari cara buat kita kembali." Sesuai seperti apa yang Stella janjikan untuk Altra, ia rela mengorbankan semuanya untuk seseorang yang sangat berarti di masa lalunya. Altra kehilangan memori inga...