"Makan!" Gerta menyodorkan sepiring nasi goreng untuk adiknya yang sekarang tengah dikurung di dalam gudang oleh sang Ayah.
Genta berdecih sembari membuang wajahnya.
"Lo bisa sakit kalau nggak makan!" ujar Gerta dengan nada membentak.
"Peduli lo? Oh iya, lo peduli karena lo butuh organ-organ gue," balas Genta terkekeh. "Penyakitan!"
Gerta menghembuskan napas panjang, tak ada yang pernah gagal dari kalimat Genta untuk menyakiti hatinya. Namun dilihat dari sudut pandang lain, Genta lah yang menderita di sini.
Hampir setiap saat Genta disiksa oleh Dewangga yang begitu membencinya, dengan alasan Genta yang membuat Gerta mempunyai penyakit.
"Gue peduli karena lo adik gue, kembaran gue!" jelas Gerta tak lupa menekankan kalimat akhir.
"Kalau lo beneran Kakak gue, lo harusnya bantuin gue saat Ayah ngurung gue di sini! Gue mau pulang!"
Memang benar apa yang dikatakan Genta, cowok berumur 16 tahun itu, memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen jauh dari rumahnya agar tak pernah di datangi Dewangga.
Gerta menunduk, di saat Genta membutuhkan pertolongan, dirinya hanya bisa diam, dan bersembunyi di balik kamarnya berharap sang Ayah pergi dan berhenti untuk berbuat kasar pada adiknya. Dewangga terlalu kejam hingga membuatnya tak bisa berkutik.
"Bahkan selama empat hari gue dikurung tanpa makan, lo nggak ada keinginan buat bebasin gue kan?" lanjut Genta.
"Pergi! Nggak ada gunanya lo ke sini! Bawa makanan yang lo bawa!" Genta menarik lengan Gerta begitu kasar.
"Genta!"
Suara bariton itu berasal dari depan pintu. Rupanya Dewangga yang telah menatapnya penuh kebencian.
"Berani kamu kasar ke anak saya?!" bentak Dewangga.
Pria itu berjalan menghampirinya dan melayangkan tamparan untuk Genta.
Plakk!
Wajah cowok itu tertoleh, tangannya mengusap pipinya yang terasa panas dan perih. Gerta memilih untuk menunduk, ia tak mau menatap adiknya yang kesakitan.
"Kurang ajar lama-lama! Saya berharap dokter segera mengambil tindakan untuk mengambil jantung kamu buat Gerta!" ujarnya begitu tinggi.
Genta memejamkan matanya, kalimat yang sering ia dengar. Namun tak pernah berhasil untuk membuatnya terbiasa.
Dewangga melirik Gerta yang ada di sampingnya. "Seharusnya kamu peduliin kesehatanmu, Gerta. Anak sialan seperti dia, nggak seharusnya kamu kasihani. Dia yang udah bikin Mama kamu nggak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)
Novela JuvenilEnd✔ R 17+ "Altra kalau kita nanti terpisah, aku bakal cari cara buat kita kembali." Sesuai seperti apa yang Stella janjikan untuk Altra, ia rela mengorbankan semuanya untuk seseorang yang sangat berarti di masa lalunya. Altra kehilangan memori inga...