🍂 Flashback 3

1K 20 12
                                    

Di depan sebuah rumah yang begitu mewah, tak henti-hentinya cowok bernama Altra itu dibuat kagum. Bahkan ia terkejut saat gerbang besar itu tiba-tiba terbuka sendiri setelah Stella berdiri di depannya.

"Pulang sana!" usir Stella pada Altra yang masih berdecak kagum.

Fyi, Altra sengaja mengikuti Stella pulang hanya untuk memastikan gadis yang ia temui itu aman di perjalanan. Ia tak memikirkan jarak rumahnya untuk pulang yang begitu jauh jika hanya dengan berjalan kaki.

"Wait, lo di sini jadi dayang ya?" tuduh Altra, mengabaikan kalimat Stella tadi. "Anak majikan lo pasti ada yang cantik nih, sabi kali kalau gue di jadiin menantu di sini! Gue bantu habisin uang buat beli gedung DPR!"

Hal itu lantas membuat Stella berkacak pinggang seakan tak terima perkataan dari Altra. "Nggak usah sok tau! Ini rumah gue!"

Altra lantas menyipitkan matanya, seakan tak percaya akan kalimat dari Stella.

"Dosa lo, ngaku-ngaku rumah orang!" Altra mengibaskan tangannya. "Eh gue boleh masuk nggak?"

"Nggak!" tolak Stella dengan nada tegas. "Udah sana pulang!"

"Pelit banget! Eh lo belum kasih tau nama lo siapa!" tagih Altra, lantaran saat ditanya gadis yang ia jumpai itu hanya diam saja.

"Kepo banget! Nggak bakalan ketemu lagi juga!" Lagi-lagi Stella enggan memberi tahu namanya.

Altra mengusap dagunya, seakan mencari cara agar gadis di depannya mau memberi tahu namanya, karena bukan Altra jika langsung menyerah.

"Yaudah gue tiap hari ke sini deh biar ketemu terus sama lo!" sahut Altra sembari tersenyum manis.

"Nggak mau!" ujar Stella masih dengan nada tinggi, tapi ada rasa takut di dalam hatinya. "Gu-gue nggak mau ketemu orang aneh kayak lo! Dasar nggak tau malu!"

Stella segera masuk ke dalam dan seketika gerbang kembali tertutup rapat menyisakan Altra yang masih mematung di sana.

"Woi! Berani banget lo ngatain gue aneh! Lo pikir lo siapa hah?! Awas ya lo! Gue sumpahin jadi istri ke dua gue abis nikah sama Ning Ning!" Altra bersungut-sungut, lalu membalikkan tubuhnya dan beranjak dari halaman rumah Stella.

Tanpa cowok itu sadari, Stella masih mengintipnya dari balik gerbang. Stella memastikan agar cowok itu benar-benar pergi, sebelum ibunya tahu.

Namun sepertinya keberuntungan Stella belum berpihak kepadanya, terbukti di saat suara Sofia dari belakang membuatnya tercekat.

"Cowok tadi siapa kamu?" tanya Sofia terdengar mengintrupsi. "Mama liat dari CCTV!"

Mulut Stella mendadak kelu, ia bahkan tak berani menatap wanita yang kini telah berada di hadapannya.

"Jangan-jangan itu cowok kamu?! Golongan apa dia?" Sofia semakin gencar memojokkan Stella.

"Bu-Bukan siapa-siapa. Tadi dia cuma nganterin aku aja," ucap Stella menundukkan kepalanya.

"Bukan siapa-siapa, tapi mau nganterin kamu pulang? Kamu pikir mama bodoh kayak kamu?!" ujar Sofia.

Stella mendongakkan wajahnya menatap Sofia yang menatapnya begitu datar. "Dia emang bukan siapa-siapaku, Ma! Aku-"

Plakk

Wajah Stella seketika tertoleh ke kanan saat tamparan keras dari Sofia mendarat di pipi kirinya.

"Berani kamu meninggikan suara ke mama?!" Sofia menjewer telinga Stella dan menariknya untuk masuk ke dalam rumah. "Mulai sekarang kamu nggak boleh deketin cowok manapun kecuali pilihan mama! Harus nurut! Mama nggak suka dibantah sama anak nggak tau diri kayak kamu!"

🍂

2 jam berlalu.

Setelah perjalanan panjang menuju rumah, kini Altra membaringkan tubuhnya di teras karena rasa lelah sekaligus pegal di area kaki. Bukan pertama kali cowok itu berjalan kaki hingga menghabiskan waktu beberapa jam, ini sudah menjadi kebiasaannya ketika ingin kabur dari sekolah. Karena pada saat itu, Altra masih belum bisa menaiki motor, atau bahkan sepeda.

"Loh? A'al kok udah pulang?"

Suara dari Lusiana membuat cowok itu seketika mendongakkan kepala menatap sang ibu yang sudah berdiri di belakangnya.

"Kenapa nggak ngabarin mama kalau pulang cepat? Dari pada jalan kaki kan capek," lanjut Lusiana lalu duduk di samping Altra dan memijat kaki putranya.

Wanita itu sedikit menoleh ke arah pintu untuk memanggil seseorang yang ada di dalam.

"Naora, tolong ambilin minum buat Altra ya, Nak!"

Hal itu membuat Naora yang tengah sibuk memakai perhiasan Lusiana di dalam kamar seketika tersentak, dan buru-buru melepaskan semuanya.

"I-iya bu!" sahut Naora sedikit berteriak. Gadis itu mencibir kesal karena wanita itu lagi-lagi menyuruhnya.

Sementara di luar sana, Lusiana masih memijat kedua kaki Altra yang sedikit membengkak.

"A'al mau nggak belajar naik sepeda? Biar nanti kaki A'al nggak sakit kayak gini," tutur Lusiana.

Cowok berumur 13 tahun itu menggeleng cepat. "Enggak mau Mama, maunya naik motor!"

Wanita itu seketika menghentikan pijatannya, dan menatap putranya begitu lembut. "Belum boleh, Sayang. Kalau A'al udah SMA baru boleh naik motor, nanti biar Ayah yang ngajarin."

Bibir Altra lantas berkerut, ia sangat iri kepada teman sebayanya yang telah pandai menaiki motor.

"Ini minumnya, Bu," ucap Naora yang baru saja tiba dengan segelas air putih di atas nampan.

"Ah, iya ... makasih, Sayang!" Lusiana lantas meraih gelas itu dan memberikannya pada Altra.

"Makasih Naora cantik," ucap Altra tersenyum genit, membuat Lusiana menggelengkan kepalanya.

Pandangan wanita itu beralih menatap Naora yang tengah tersenyum menanggapi kalimat dari Altra. "Kalau udah selesai beberes, kamu istirahat dulu aja. Nanti bantuin ibu masakin makanan buat nanti malam."

Senyum di bibir gadis itu seketika pudar, bahkan ia belum sempat membereskan dapur karena terlalu asik menikmati barang hasil curiannya. Hal itu membuat Naora buru-buru meminta ijin untuk kembali masuk ke dalam untuk melanjutkan membereskan dapur yang masih banyak cucian piring kotor.

Mata Altra menatap punggung Naora yang semakin menjauh hingga menghilang di balik dinding, saat itu juga Altra langsung mengalihkan pandangannya pada Lusiana.

"Mama, boleh nggak kalau SMA nanti Naora satu sekolah sama aku?" tanya Altra.

Wanita itu lantas tersenyum, "Ya boleh dong, Sayang. Naora udah mama anggap kayak anak sendiri, jadi kalau A'al sekolah di sana, Naora juga pasti mama daftarin di sekolah yang sama kayak kamu. Mama harap kalian nanti bakal sukses bareng!"

Mendengar penuturan dari Lusiana membuat hati Altra terasa hangat, ia sangat bersyukur dilahirkan wanita berhati lembut seperti Lusiana. Maka wajar saja jika Altra mempunyai sikap manja apalagi ketika bersama ibunya seperti saat ini.

"Makasih Mama cantik! Altra sayang banget sama Mama!" Cowok itu lantas memeluk Lusiana dan mencium kedua pipinya berulang kali.

Naora yang ada di dalam sana terus mencibir, menirukan suara Altra dengan memenye-menyekan bibirnya. Tak jauh dari lubuk hatinya, ada rasa iri yang begitu dalam pada diri Naora.

Gadis itu tak pernah bersyukur bisa mendapatkan seorang majikan sebaik Lusiana, jika bukan karena ekonomi Naora tak akan pernah sudi menjadi seorang ART.

"Ma?" panggil Altra yang masih setia memeluk Lusiana.

"Kenapa, Sayang?"

"Mama marah nggak kalau tadi aku bolos?"

"Ya jelas eng--eh? A'al bolos lagi?!"

Tbc.

 𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang