"Pelan-pelan jalannya!" Stella meringis ketika Kaki Altra yang masih di balut perban terlihat pincang waktu memijak lantai mansion mereka.
"Aku ambilin perban dulu ya? Takut nanti infeksi kalau lama yang ganti," ucap Stella setelah membantu suaminya berjalan menuju sofa. Namun Altra justru menyuruhnya untuk ikutan duduk di sampingnya.
"Lo nggak capek apa, habis pulang sekolah?" ujar Altra sembari mengikat rambut Stella yang membuatnya risih sendiri lantaran terus menutupi wajah cantiknya. "Istirahat dulu, inget lo lagi bawa anak gue."
Stella lantas tersenyum, ia menuntun Altra untuk tidur di pangkuannya sembari mengusap rambutnya. Semenjak Altra pulang dari rumah sakit, cowok itu punya kebiasaan baru yaitu tidur atas paha Stella dan menyuruh perempuan itu untuk mengusap rambutnya hingga terlelap.
"Lo beneran belum mau tidur sekamar sama gue?" tanya Altra. Sebab jika Altra terbangun tengah malam, ia tak mendapati Stella yang tidur di sampingnya. Stella hanya menemani Altra hingga terlelap kemudian pindah ke kamarnya sendiri.
"Belum waktunya," balas Stella. Ia belum siap satu kamar dengan Altra, janin yang ada di dalam perutnya membuat Stella terus terbayang rasa bersalah hingga tak berani untuk tidur bersama suaminya.
Stella tak bisa membayangkan bagaimana kebohongan yang selama ini ia simpan mulai terbongkar. Ia tak akan pernah siap jika Altra kembali melepaskannya.
"Kan udah nikah," balas Altra enteng, sembari mengusap perut Stella yang terlihat buncit ketika dilihat dari jarak dekat.
Stella mengigit bibir bawahnya, ia bingung mencari alasan apa, agar Altra tak mencurigainya.
"Ng-Nggak tau kenapa, ternyata aku lebih suka tidur sendiri. Ah, mungkin karena mood orang hamil sering naik-turun," ucap Stella.
Altra mengangguk percaya, tanpa melayangkan beberapa pertanyaan yang Stella yakin tak dapat ia jawab. Cowok itu kembali mengelus perut istrinya.
"Gue penasaran anak gue cewek atau cowok?" tanya Altra.
"Belum tau, Sayang. Kandunganku aja baru berjalan dua bulan," sahut Stella sembari terkekeh, "Kalau misal cowok, mau kamu kasih nama siapa?" tanya Stella.
Raut wajah Altra nampak berpikir sembari menatap plafon ruangan.
"Ah, gue tau!"
"Apa itu?" tanya Stella begitu penasaran.
"Samudera Atlanta Deveran!"
Dahi Stella berkerut disertai senyum tertahan.
"Kenapa kamu pilih nama itu?" tanya Stella.
"Karena gue mau anak gue nanti punya kesabaran sedalam samudra, biar jauh-jauh sama sikap gue yang bar-bar dan nggak sabaran. Cukup gue aja yang punya sifat kayak gitu," sahut Altra tersenyum lebar.
Kepala Stella mengangguk kecil, lalu tergelak kala mendengar kalimat Altra.
"Terus, kalau cewek?" tanya Stella lagi.
"Belum tau, tapi gue mau nama dia mengandung bunga. Biar pas! Emaknya pewangi, anaknya jadi aromanya hahahaha ...."
"Oh ... kamu ngatain aku?!" protesnya sembari berkacak pinggang.
"Bercanda sayangku," sahut Altra di tengah tawanya sembari mencubit pipi Stella.
Perempuan itu merotasikan bola matanya. Memang harus ekstra sabar jika menghadapi cowok tengil seperti Altra. Dalam hatinya ia berharap semoga anaknya dijauhkan dari sifat menyebalkan dari Altra.
"Yaudah deh, dari pada pewangi aroma kambing ya kan!" timpal Stella.
"Nyindir ceritanya?"
Stella tergelak saat menatap raut wajah Altra yang begitu datar. Ada rasa lega ketika suaminya mulai bisa diajak bercanda, kemarahan Altra beberapa jam yang lalu membuatnya begitu takut hingga tak berani untuk memberinya nasihat.
"Sayang," panggil Stella.
"Pa'an?"
Stella tersenyum gemas ketika mendengar sahutan Altra. Jika rasa kesalnya lebih banyak dari pada cintanya, sudah dipastikan jitakan mautnya mendarat di kepala Altra sekarang juga.
Namun kini Stella lebih memilih mengecup bibir Altra sekilas sebelum mengutarakan keinginannya.
"Aku boleh minta sesuatu?" tanya Stella.
"Apa?" sahut Altra sembari melirik tangan Stella yang tengah mengusap perutnya.
"Janji jangan marah?" Stella lantas mengangkat kelingkingnya kepada Altra.
"Kalau ngerepotin ya jelas marah sih," sahut Altra begitu enteng sembari meraih toples di atas meja.
Mendengar itu membuat Stella seketika murung, sedangkan Altra tergelak ketika menatap wajah menggemaskan istrinya.
"Bercanda, lo mau apa hm?" tanya Altra sembari menautkan jari kelingking mereka.
Senyum manis kembali terbit di sudut bibir Stella.
"Aku mau peluk terus shopping berdua sama Alatas."
Altra yang tengah mengunyah biskuit lantas menyemburkan remahannya lantaran kaget oleh penuturan istrinya, beruntung wajah Stella tak menjadi korban.
"Hah?!" Altra langsung membangunkan tubuhnya dan menatap Stella begitu tajam. "Alatas?!"
Stella mengangguk, ia tahu pasti Altra terkejut oleh keinginannya. Namun yang namanya ngidam tentu harus diturutin selagi tak membahayakan janinnya.
"Baby kita yang pengen."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)
Novela JuvenilEnd✔ R 17+ "Altra kalau kita nanti terpisah, aku bakal cari cara buat kita kembali." Sesuai seperti apa yang Stella janjikan untuk Altra, ia rela mengorbankan semuanya untuk seseorang yang sangat berarti di masa lalunya. Altra kehilangan memori inga...