Tiga hari setelah kepergian mereka.
Genta telah menginjakkan kakinya di tempat peristirahatan Altra setelah mengunjungi Alatas. Senyum tipis yang tersungging di bibirnya, seakan menutupi keterpurukannya setelah dua sahabatnya pergi untuk selamanya.
"Al, maaf gue baru bisa datang hari ini," ucap Genta setelah meletakkan buket bunga di depan nisan salib tersebut. "Lo bertiga curang, kenapa nggak ngajak gue sekalian? Arshan, Alatas, sekarang lo."
Genta terkekeh sembari mengusap matanya yang mulai berkaca-kaca. "Al, di surga sana titip salam buat Mama gue ya? Bilang kalau Genta kangen banget sama Mama, pengen ketemu Mama meskipun bentar doang."
Cowok itu kembali tersenyum. Ia yakin pada mereka yang meninggalkannya, bukan berarti pergi sepenuhnya. Mereka akan selalu ada di hatinya.
Kenangan ketiga sahabatnya kembali terputar ketika Genta menaburkan kelopak bunga segar di atas makam Altra. Tanpa ia sadari buliran bening itu kembali membasahi pipinya.
"Gue pulang dulu ya? Gue janji bakal sering ngunjungin kalian bertiga. Baik-baik di sana, gue sama Aksa selalu menganggap kalian masih ada."
Genta beranjak berdiri dan berjalan menjauh dari tempat peristirahatan Altra dengan langkah berat. Mengikhlaskan mereka yang telah pergi adalah hal yang paling menyakitkan seperti hancurnya persahabatan.
Setelah motor Genta beranjak dari area pemakaman, terlihat seorang gadis baru saja tiba di depan gerbang bersama sepeda mininya. Gadis itu adalah Nurani.
Sembari membawa sebuket bunga anggrek, gadis itu berjalan menghampiri makam Altra.
"Hai Altra, aku datang lagi," ucap Nurani tersenyum tipis. "Kemarin waktu teman-teman sekelas ke sini, aku nggak bisa ngobrol berdua sama kamu."
Gadis menatap makam Altra dengan pandangan menerawang. Suara berisik Altra yang selalu membuatnya malu sekaligus kesal, masih terngiang di otaknya. Bahkan Nurani ingin mendengarnya lagi meskipun itu akan sangat mustahil. Gadis itu hanya bisa mengulang kembali memorinya tentang kelakuan Altra dulu.
"Nuranii! My sunny, my honey, i love you-ku!"
"Duduk sini sama, mas!"
"Semangat belajar, Nurani!"
Gadis itu kembali tersenyum mengingat hal konyol yang selalu Altra tunjukkan untuknya, meskipun ia tahu jika Altra telah memiliki Stella.
"Maaf sering nyuekin kamu, karena aku tau kamu punya Stella. Aku nggak mau Stella makin sedih dan nyerah buat dapetin kamu lagi," kata Nurani sembari mengusap nisan salib tersebut. "Kalian serasi, semoga kalian kembali dipertemukan."
Gadis itu mendongakkan wajahnya, menatap awan yang mulai mendung, pertanda hujan akan tiba.
"Altra ... Rani pulang dulu ya, Altra baik-baik di sana. Kita semua sayang sama kamu," kata Nurani sebelum dirinya kembali beranjak pergi membawa sebongkah rindu yang teramat untuk Altra.
🐑
Di tengah hujan yang begitu deras, motor Ridan baru saja tiba di bengkel. Sesuai janji, cowok itu akan mengembalikan boneka milik Altra yang telah diminta sejak tiga hari yang lalu.
Akan tetapi dahi Ridan berkerut saat mendapati rolling door bengkel, yang hanya terbuka sedikit dan terlihat Aksa baru saja keluar dari dalam.
"Sa, bengkel tutup?" tanya Ridan sembari melepas jas hujannya.
Yang ditanya hanya tersenyum tipis sembari menganggukkan kepalanya.
"Sableng mana? Gue mau balikin bonekanya, atau gue titip ke lo aja deh. Gue lagi males bacotan sama dia," ucap Ridan kembali.
Aksa menghela napas dan menggeleng. "Simpan aja, Bang."
Mendegar kalimat Aksa membuat dahi Ridan berkerut.
"Maksud lo?" tanya Ridan tak mengerti. "Sableng kemarin minta bonekanya, yaudah gue balikin sekarang mumpung tepat waktu."
Aksa terdiam beberapa saat, hingga Ridan kembali bersuara.
"Altra kema-"
"Altra udah nggak ada, Bang ... simpan aja bonekanya," potong Aksa lalu mendongakkan wajahnya untuk menahan buliran bening dari matanya yang ingin keluar.
Dahi Ridan kembali berkerut, ia tak percaya apa yang dikatakan oleh Aksa.
"Nggak usah bercanda! Sableng kemana? Gue buru-buru nih!" ujar Ridan dengan meninggikan suaranya.
"Altra udah nggak ada tiga hari yang lalu, Bang!" jelas Aksa yang ikut meninggikan suaranya. "Altra jadi korban penyerangan di jalan."
Detik itu jantung Ridan terasa berpacu begitu cepat. Ia berharap ini hanya sebuah lelucon yang sedang Altra dan Aksa mainkan untuk mengerjainya.
"Lo pasti diajak dia buat ngerjain gue kan?! Gue tanya sekali lagi! Altra kemana?!" bentak Ridan sembari mencengkram kerah baju Aksa yang hanya diam tanpa memberikan perlawanan.
Ridan sangat tak percaya. Namun dari wajah Aksa, tak mungkin dirinya sedang dibohongi. Maka tanpa ijin dari Aksa. Ridan langsung masuk ke dalam bengkel untuk mencari keberadaan Altra.
"Altra! Lo kemana?! Bonekanya gue injak-injak ya! Keluar lo!" ancam Ridan berteriak di dalam sana.
"Heh! Motor gue kehabisan oli! Buruan gantiin!"
"Sableng! Oii!"
"Stella buat gue ya!?"
Ridan terus melayangkan kalimat pancingan untuk Altra agar keluar. Namun hal itu seperti sia-sia karena Altra tak ada di dalam sana. Altra tak akan pernah kembali lagi untuk memperbaiki motor milik Ridan seperti sebelumnya.
"Altra ...." Suara Ridan terdengar putus asa. "Ayo berantem lagi!"
Tbc.
Btw, buat kalian yang pengen kenal sama Ridan lebih dekat, bisa baca My True Me karya deesar ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)
Teen FictionEnd✔ R 17+ "Altra kalau kita nanti terpisah, aku bakal cari cara buat kita kembali." Sesuai seperti apa yang Stella janjikan untuk Altra, ia rela mengorbankan semuanya untuk seseorang yang sangat berarti di masa lalunya. Altra kehilangan memori inga...