"Wow! Jane, lihat sini! Rekaman yang kita sebarin udah dua belas ribu orang lebih yang denger! Dan itu sebagian besar dari murid-murid sekolah kita!" seru Nara sembari menunjukkan layar ponselnya.
Jane, gadis berambut golden brown itu lantas bertepuk tangan antusias sembari meraih ponsel Nara.
"Wah, gila! Baru juga beberapa jam udah langsung rame aja! Nggak sia-sia gue nyuap admin medsos sekolah kita!" sahut Jane dengan mata yang berbinar melihat layar ponsel di hadapannya.
Nara tergelak dan kembali menimpali. "Karena itu juga, Stella jadi benci sama Altra. Aaa ... kacian cowok aku bentar lagi jadi duda."
"Gue yakin dua-duanya bakal saling benci, Altra mana mau punya cewek yang udah disentuh musuhnya sendiri," sahut Jane tertawa puas.
Keduanya tergelak di sebuah bangku taman kota yang sepi oleh pengunjung. Bekerjasama dengan Semesta dan Naora untuk pertama kali, membuat mereka meraih keuntungan. Selain itu Nara yang sebelumnya telah jatuh hati pada Altra, bisa leluasa untuk mendekati cowok itu tanpa takut lagi dengan Stella.
Mereka terus asik membicarakan nasib Altra dan Stella, hingga tak menyadari bahwa Tika sudah berdiri di belakang mereka sejak 3 menit yang lalu.
"Wah, keren! Drama kalian bagus banget!" seru Tika yang berhasil mengejutkan mereka.
"Lo?! Ngapain lo ke sini?!" bentak Nara, ia tak suka ada orang lain yang menguping pembicaraannya.
"Ngerekam kalian dong, emang apa lagi?" jawab Tika sembari menunjukkan ponsel yang ia bawa.
"What?! Berani banget lo sama kita! Sini'in nggak hp lo?!" Jane lantas berdiri hendak merebut ponsel Tika.
"Abang gue pernah bilang kalau kita nggak boleh takut sama Setan!" Kalimat dari Tika berhasil memancing emosi keduanya.
"Brengsek ya lo! Sini'in hp lo, Bangsat!" teriak Nara sembari menjambak rambut Tika.
"Oh ... no! Singkirin tangan kotormu, Bitch! Ambil aja kalau bisa!" Tika segera melempar ponselnya ke seberang jalan. Hal itu membuat Nara melepaskan jambakannya dan mengajak Jane untuk mengambil ponsel Tika.
Gadis berambut sebahu itu hanya tergelak lalu mengeluarkan ponselnya yang asli, pandangan gadis itu jatuh pada 2 buah ponsel milik Nara dan Jane yanh tertinggal di meja. Tak mau membuang banyak waktu, Tika segera meraih benda pipih itu agar menjadi bukti.
"Tenang aja Kak Altra, meskipun kita udah jadi mantan tapi gue lebih pilih lo sama Stella dari pada upil Firaun itu tadi," gumam Tika sembari memasukkan ponsel Nara dan Jane ke dalam tas.
🐑
Sementara di tempat lain. 3 orang remaja berlari terbirit-birit menyusuri hutan yang begitu lebat. Sesekali salah satu dari mereka menoleh ke belakang dan mendapati Altra, masih berjalan mengikuti mereka sembari mematahkan ranting pohon yang menghalangi jalannya.
Semesta terus memekik saat kaki telanjangnya tertancap ranting kayu yang terjatuh dari pohonnya.
"Ampun Al! Jangan apa-apain kita lagi!" Arel berteriak ketakutan. Sekujur tubuhnya begitu sakit bahkan tulang rusuknya serasa ingin patah saat ingin menghirup udara.
"Cukup, Al! Gue minta maaf!" Frada berusaha menyeret kaki kirinya yang seperti mati rasa.
Sedangkan Altra ada di belakang seakan menulikan pendengarannya dan terus mengikuti mereka yang sengaja dilepaskan agar kebingungan mencari jalan pulang. Kini Altra bagaikan singa kelaparan yang sudah siap untuk menyantap 3 ekor mangsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)
Подростковая литератураEnd✔ R 17+ "Altra kalau kita nanti terpisah, aku bakal cari cara buat kita kembali." Sesuai seperti apa yang Stella janjikan untuk Altra, ia rela mengorbankan semuanya untuk seseorang yang sangat berarti di masa lalunya. Altra kehilangan memori inga...