Pagi telah tiba, di sebuah taman yang dipenuhi bunga warna-warni terlihat Ayyara tengah duduk sembari menatap danau buatan yang ada di hadapannya.
Gadis itu mendongakkan kepalanya agar air matanya tak kembali turun, ia pikir hidupnya penuh kebahagiaan dengan orang tuanya. Namun hatinya justru terasa dihantam batu besar kala teringat kalimat Vano yang memintanya untuk memilih ikut dengannya atau tetap bersama Lusiana.
Flashback on.
Sepulang Ayyara dari acara camping, tak sengaja ia mendapati mobil Vano terparkir di depan minimarket. Ayyara pun segera memutar gas motornya dan terlihat Vano yang baru saja keluar dari mobilnya.
"Ayah!" panggil Ayyara.
Pria itu lantas menoleh, dan mendapati putrinya telah berada di belakangnya sembari melambaikan tangannya.
"Eh ... Kakak!" Sahut Vano sembari berlari kecil menghampiri Ayyara, "Wah, gimana camping-nya? Pasti seru ya?" tanya pria itu sembari mengusap kepala Ayyara.
Gadis itu mengangguk sembari tersenyum, "Tapi capek banget, Ayyara nggak bisa tidur abis temen-temen pada bercanda terus. Eh ... oh iya, Mama mana, Yah? Biasanya di mana ada Ayah di situ pasti ada Mama, hahaha ...."
Senyuman Vano perlahan memudar, ia menarik kembali tangannya yang tengah mengusap kepala putrinya.
"Kakak capek kan? Duduk dulu yuk, Ayah pesankan minuman," ucap Vano.
Gadis itu menggeleng, ia justru mengajak Ayahnya untuk pulang. "Aku udah minum kok tadi waktu sampai di sekolah, kita pulang aja yuk, Yah!"
Mulut Vano terkatup, ia menatap lekat netra putrinya dengan tatapan sendu.
"Kakak, ayah mau ngomong sesuatu sama kamu boleh?"
Kalimat Vano membuat gadis itu lantas mengkerutkan dahinya, dan menatap heran sang Ayah.
"Boleh dong, Yah ... emang Ayah mau ngomong apa?" tanya Ayyara sembari memiringkan kepalanya.
"Kalau semisal ayah punya rumah sendiri dan Mama juga punya rumah sendiri, Ayyara lebih pilih tinggal bersama siapa?" tanya Vano menatap lekat wajah Ayyara.
Senyum gadis itu perlahan memudar, ia bukan anak kecil lagi. Ayyara tahu apa yang dimaksud Vano, dengan perasaan ditenang-tenangkan gadis itu tertawa pelan.
"Ayah ngomong apa sih? Ya jelas pilih dua-duanya dong!" balas Ayyara di tengah tawanya.
Vano tahu putrinya tengah berusaha menepis pikiran buruknya, hal itu membuat hatinya terasa begitu sesak.
"Sayang, ayah nggak lagi bercanda. Kamu mau pilih siapa, hm?" tanya Vano sekali lagi.
Ayyara menghentikan tawanya, lalu kembali menatap Vano.
"Kenapa Ayah tanya kayak gitu?" tanya Ayyara.
Vano membuang napas berat dan memeluk putrinya begitu erat.
"Ayah punya salah satu keluarga kecil sejak lama."
Jantung Ayyara terasa berhenti berdetak setelah mendengar penuturan Vano, ia tetap diam seakan mencoba mencerna kalimat dari Ayahnya.
"Kamu punya adik selain Altra," lanjut Vano. "Arshan."
Saat itu lah mata Ayyara berkaca-kaca, gadis itu lantas melepaskan pelukan dari Vano dan menatap tak percaya.
"Bercanda kan? Ayah nggak mungkin mengkhianati Mama!" ujar Ayyara penuh penekanan.
Vano menggeleng sembari menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)
Roman pour AdolescentsEnd✔ R 17+ "Altra kalau kita nanti terpisah, aku bakal cari cara buat kita kembali." Sesuai seperti apa yang Stella janjikan untuk Altra, ia rela mengorbankan semuanya untuk seseorang yang sangat berarti di masa lalunya. Altra kehilangan memori inga...