Pagi telah tiba, suara alarm membangunkan Altra yang baru saja tertidur sejak 2 jam yang lalu. Cowok itu segera menapaki lantainya yang terasa dingin menuju kamar mandi.
Usai membersihkan tubuhnya, ia beranjak turun dari lantai atas sembari menenteng ranselnya dan sepatu putih yang ada di tangan kirinya. Pandangannya mencari seseorang yang biasanya tengah sibuk menyiapkan sarapan.
"La, ayo berangkat! Gue udah si–" Seketika ia mengurungkan kalimatnya, ia baru sadar bahwa Stella tak ada di sini.
Altra membuang napas berat dan berjalan gontai menuju meja makan. Kali ini hanya ada sebungkus roti tawar dan selai rasa cokelat yang ada di atas meja.
Biasanya Stella akan membuatkan berbagai varian menu sarapan yang menggugah selera. Namun sayangnya Altra tak pernah meliriknya sama sekali, cowok itu lebih memilih makan di kantin. Dan kini Altra tak lagi mendapati makanan yang dibuat oleh Stella dengan sepenuh hati.
Cowok itu meraih bungkus roti tawar dan membuka selainya. Dalam diam, ia kembali teringat di saat dirinya terpaksa makan bersama Stella untuk pertama kalinya, tepatnya di hari pertama mereka resmi menjadi sepasang suami-istri.
"Enak?"
"Biasa aja! Kalau nggak bisa masak nggak usah masak!"
Altra terkekeh pelan ketika teringat saat itu. Gengsinya terlalu besar hingga membuatnya sulit berkata jujur, dan meninggalkan makanan yang sebenarnya ingin ia habiskan hingga tak tersisa.
Stella, gue kangen.
🐑
Tak terasa 1 jam berlalu, kini Altra telah tiba di sekolahnya. Sudut bibirnya membentuk senyuman tipis saat mendapati Stella berjalan di depannya menyusuri koridor, hal itu membuat Altra semakin mempercepat langkahnya hingga keduanya tiba di kelas secara bersama.
Stella mengurung niatnya untuk duduk saat Altra hendak ikutan duduk di sampingnya. Perempuan itu menjauh dari bangkunya dan beralih menatap Tika yang ada di belakang.
"Tika, gue duduk sama lo ya?"
Gadis yang tengah asik bermain game itu lantas mendongak menatap Stella yang telah berdiri di depannya. Pandangan gadis itu beralih menatap Altra yang menggelengkan kepalanya seakan menyuruh gadis itu untuk menolak.
"Hari ini aja, besok gue cari bangku lain," lanjut Stella.
"Tapi di sini kursinya Naora," ucap Tika sembari melirik Altra. Sebenarnya gadis itu bingung apa yang terjadi pada mereka.
"Biar dia duduk di depan." Tanpa menunggu persetujuannya, Stella langsung meletakkan ranselnya dan berjalan keluar kelas tanpa mempedulikan suaminya yang terus menatapnya.
Altra membuang napas gusar, hatinya sakit saat merasakan perubahan Stella yang begitu drastis.
"Mantanku galau nih, mau aku kasih yang unyu-unyu nggak?" celetuk Tika dan membuat cowok itu beralih menatapnya.
"Apa'an?" tanya Altra terdengar tak minat.
Gadis tengil itu menyodorkan sekotak wadah korek bekas ke arah Altra. "Buka deh!"
Dengan malas Altra meraihnya, sepertinya ia lupa jika dirinya dulu pernah mendapat jebakan yang sama dari dalam kotak kecil seperti ini.
Hal itu terbukti saat tubuhnya tiba-tiba terlonjak kaget, dan tak segan melempar kotak kecil berisi kaki seribu yang melingkar di dalam sana.
Sedangkan gadis yang mengerjainya itu, tertawa puas sembari memegangi perutnya yang terasa kram.
"Mantan laknat lo!"
🐑
"Arel!"
Cowok yang tengah sibuk memakan sarapannya di kantin lantas menoleh, dan mendapati Stella berlari kecil menghampirinya.
Senyum cowok itu mengembang dan menggeser sedikit tubuhnya saat Stella hendak duduk di sampingnya.
"Udah sarapan, La?" tanya Arel setelah menyedot es teh miliknya.
Stella mengangguk sembari tersenyum. "Udah, oh iya nanti bisa anterin gue nggak?"
"Kemana?"
"Cari novel, nanti sekalian kita nonton! Gue yang traktir deh!" bujuk Stella begitu semangat, membuat Arel tak bisa untuk menolak ajakan perempuan itu.
"Boleh, pulang sekolah langsung ke sana," balas Arel sembari mengacak puncak kepala Stella dan membuat perempuan itu memudarkan senyumnya.
Stella menunduk, ia merasa telah menjadikan Arel sebagai pelampiasannya.
Tak jauh dari sana, Altra yang hendak menuju ke kantin bersama teman-temannya seketika menghentikan langkahnya. Hatinya kembali bergemuruh panas ketika mendapati Stella tengah duduk bersama Arel di bangku kantin.
"Heran gue, jam segini udah laper aja," celetuk Genta sembari mengusap perutnya.
"Udah nggak lama lagi itu," sahut Alatas begitu asal.
"Ehh! Maksud lo apa, Dugong?! Dikira gue mau metong gitu?" ujar Genta tak terima.
"Berisik banget lo berdua, udah cepetan keburu ma--loh, Altra ketinggalan kemana?!" Aksa menoleh ke kanan-kiri mencari Altra.
"Tuh!" tunjuk Arshan dengan dagunya mengarah pada Altra yang masih berdiri di belakang.
"Woi, ayo buruan! Jadi makan nggak lo?" panggil Alatas sembari berkacak pinggang menatap Altra.
Altra masih saja diam dengan pandangannya yang terus menyorot ke salah satu bangku kantin.
Pandangan teman-temannya mengikuti sorot mata Altra dan mendapati Stella dan Arel tengah asik bergurau.
"Bahaya sih ini!" celetuk Alatas.
"Kalau di diemin bisa-bisa baku hantam lagi tuh!" sahut Aksa.
"Bawa pergi Altra!" ujar Arshan bergegas menghampiri Altra dan menarik cowok itu agar kembali ke kelas.
"Arel as--hmph!"
Genta membekap mulut Altra saat kalimat kotor hendak dilayangkan untuk Arel. Ke-4 temannya bersusah payah menarik Altra yang berusaha memberontak agar meninggalkan koridor kelas. Mereka tak ingin kejadian sebelumnya terulang kembali.
Beberapa saat kemudian, Stella menoleh ke belakang. Dia pikir Altra akan mengikutinya, tapi justru hanya mendapati koridor kelas yang masih sepi.
Stella sadar bahwa dirinya masih berharap Altra datang menghampirinya dan memaksanya untuk ikut bersama seperti kemarin.
Altra, gue kangen.
Tbc
🤍🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)
Teen FictionEnd✔ R 17+ "Altra kalau kita nanti terpisah, aku bakal cari cara buat kita kembali." Sesuai seperti apa yang Stella janjikan untuk Altra, ia rela mengorbankan semuanya untuk seseorang yang sangat berarti di masa lalunya. Altra kehilangan memori inga...