🐑 8

3.1K 107 194
                                    

Sore itu, suara dentingan sendok terdengar dari ruang makan yang ditempati oleh keluarga yang sangat harmonis. Keluarga Sanjaya namanya. Seorang CEO terkaya dikotanya, memilih untuk menikahi gadis desa, dan dikaruniai seorang anak tunggal bernama Alatas Bumi Sanjaya.

Tiada hari tanpa adanya lelucon, sang Ayah yang suka menjahili istri, dan juga putranya, menambah kesan keharmonisan di keluarga mereka.

"Anakmu kemana, Ma?" tanya Sanjaya sembari mengiris omlet buatan istri tercintanya, bernama Arinna.

"Lagi nyari ayah baru!" sahut Arinna.

"Loh? Aku kan ayahnya," ucap Sanjaya.

"Kamu tadi bilang anakku, ya berarti Alatas bukan anakmu dong!" ujar Arinna merasa benar.

Sanjaya mencibir kesal. "Kalo nggak ada aku, nggak mungkin ada dia."

Arinna melirik sinis suaminya yang begitu tengil itu. "Kalo nggak ada aku, dia juga nggak lahir!"

Sanjaya membuang napas jengah, memang berdebat dengan istrinya adalah kesalahan terbesar. "Tapi kan dia mirip aku, ya berarti dia anakku," ucapnya masih tak mau kalah.

"Hidung dia mirip aku, mata dia mirip aku, kamu cuma nurunin sifat nyebelin! Ya berarti dia anakku!" timpal Arinna.

Mereka terus berdebat, hingga tak menyadari kehadiran Alatas yang tengah turun dari tangga sembari menempelkan ponselnya di telinga.

"Iya, aku cuma punya kamu, Ayang."

Suara Alatas berhasil membuat kedua orang tuanya cengo. Apa-apaan itu si Alatas, orang tuanya tengah berdebat memperebutkannya, cowok itu tanpa rasa berdosa mengklaim dirinya hanya milik sang kekasih.

Kurang ajar!

Melihat kedua orang tuanya yang memandanginya dengan tatapan tajam, membuat Alatas terkekeh sembsri menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ala matiin dulu telponnya, dari pada Ala yang dimatiin duluan, bye Ayang! Jangan lupa mandi."

Setelah berpamitan dengan kekasihnya, Alatas segera memutuskan sambungan teleponnya dan berjalan menghampiri kedua orang tuanya.

"Tugas, udah selesai?" tanya Sanjaya melirik sekilas putranya.

"Udah dong!" balas Alatas bangga.

"Enak diskors?" tanya Sanjaya lagi.

"En-- Enggak." Alatas menunduk lesu. "Nggak bisa ketemu Ayang."

"Lain kali, kalo diskors ajak sekalian pacarmu, dari pada nanti kamu diselingkuhin," ucap Sanjaya begitu sesat, dan membuat Arinna mencubit kecil lengan suaminya, hingga sukses membuatnya memekik.

"Kalo ngajarin itu yang bener!" Arinna melotot galak.

Wanita itu berdiri, dan kembali duduk di samping putranya. Tatapannya begitu tulus, tangan halusnya mengusap bahu Alatas yang tengah tersenyum menatapnya, entah senyuman itu sampai kapan terukir di bibirnya.

"Kalo capek, jangan bikin guru marah, Sayang. Ala boleh berhenti, Mama nggak maksa kamu harus te-"

"Ala masih pengin nikmati masa-masa sekolah, dan bikin bangga Ayah, sama Mama, meskipun Ala sering bandel," potong Alatas masih tetap menyunggingkan senyumnya.

Sanjaya terkekeh, sembari mendongakkan kepala berusaha menahan air matanya yang hampir keluar, ia mengusap pelan matanya dengan ibu jari, dan kembali menatap putranya.

 𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang