🐑 26

1.7K 78 248
                                    

This chapter is supported by deesar💅🏻

Happy Reading..

Jam telah menunjukkan pukul 3 sore, di mana waktu yang ditunggu-tunggu seluruh murid SMA Merpati untuk meninggalkan sekolah.

Sama halnya dengan Altra yang kini telah duduk di depan teras bengkel untuk menunggu Aksa, selepas mengantar Stella kembali ke rumah. Sudah 15 menit berlalu si Aksa belum menampakkan batang hidungnya, rupanya cowok itu masih dihujani berbagai pertanyaan oleh Pak Adit selaku pemilik bengkel.

"Kamu yakin? Mau ngajak dia gabung di bengkel kita?" tanya Pak Adit dengan raut wajah tak percaya.

Aksa mengangguk yakin, "Dia tau dunia mekanik, Paman."

Pak Adit menghela napas gusar, "Iya, tapi kamu tahu kan, ayah dia itu siapa?"

"Anaknya Pak Vano," balas Aksa.

Pak Adit mengangguk membenarkan, "Pak Vano juga pengusaha sukses! Rumahnya kayak istana Presiden. Apa yang bakal Paman katakan kalau dia tahu putranya bekerja di bengkel kumuh kayak gini?"

"Tuh lihat, dari tadi aja dia garuk-garuk kulit karena di sini banyak nyamuknya," lanjut Pak Adit sembari menatap punggung Altra dari kejauhan.

"Paman tenang aja, itu kemauan Altra sendiri. Aku nggak maksa dia buat kerja di sini," ucap Aksa menenangkan Pak Adit.

Terdengar hela'an napas dari pria paruh baya itu, dan sesaat kemudian dirinya mengangguk tanda setuju untuk menerima Altra sebagai karyawan baru di bengkelnya.

"Ya sudah, dia boleh bekerja di sini. Jangan lupa kasih tau dia kalau bayaran di sini dua puluh ribu per jamnya, paman ada urusan, besok suruh dia temuin saya dulu," ucap Pak Adit sembari menepuk bahu Aksa.

"Wah, makasih banyak Paman! Nanti Aksa bilang ke Altra," balas Aksa begitu antusias membuat Pak Adit tergelak.

🐑

Sementara di teras bengkel, Altra yang masih setia duduk di kursi panjang, menatap seorang cowok yang baru saja menyetandarkan motor sport di depannya.

Terlihat dari name tag cowok itu bernama Ridan Arigani.

"Huh, sampai juga!" ucap cowok yang biasa dipanggil Ridan setelah duduk di samping Altra tanpa permisi.

Pandangan Ridan beralih menatap Altra yang masih terlihat tak peduli.

"Mau nambal ban juga?" tanya Ridan memecah keheningan.

Altra menggeleng. "Mau lamar kerja."

"Kan lo masih sekolah!" Ridan mengkerutkan dahinya, pasalnya cowok yang ada di sampingnya ini masih sekolah, terlihat dari seragamnya yang tertera logo SMA Merpati.

"Gue punya istri di rumah," balas Altra jujur, dan tentu saja itu keceplosan.

Ridan dibuat melongo oleh penuturan Altra, ia jadi menebak jika cowok di sampingnya ini masih bocah, dan sedang bermain "Mama-Papah'an" seperti jaman Sekolah Dasarnya dulu. Namun bedanya dia SMA.

"Heh! Sekolah yang bener! Udah mikirin istri aja lo!" ujar Ridan tanpa sengaja mendorong bahu Altra.

Berhubung cowok di samping Altra ini orang asing, maka sebisa mungkin menahan diri untuk tidak membalas.

"Pasti lo kelamaan jomblo, jadi sekalinya pacaran terus manggilnya Mamah-Papah, hayo ngaku!"

Ini bocah didiemin makin ngelunjak, anak siapa sih?! Batin Altra menatap sinis.

"Gue beneran punya istri!" Altra mulai terpancing. Memang kesabaran Altra setipis kertas buram yang dibagikan gurunya saat remidi.

"Masa?" Ridan semakin gencar menjahilinya.

"Lo anak siapa sih? Ngeselin banget, baru ketemu juga!" omel Altra lalu beralih menatap name tag pada seragam cowok itu. "Ririn."

Ridan mengkerutkan dahinya, dan beralih menatap name tag miliknya.

"Heh! Lo sekolah nyogok, ya? Bisa baca nggak sih lo?! RI-DAN! R-I-D-A-N!" kata Ridan sambil menunjuk satu persatu huruf di name tag-nya. "Bukan Ririn!" protes Ridan. Enak saja, nama kebanggaan pemberian orang tuanya diubah oleh cowok freak seperti Altra.

Ridan pun tak mau kalah, ia balas membaca name tag milik Altra yang bertuliskan "Xevano Altraksa. D"

"Altraksableng," ucap Ridan yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari si pemilik nama.

"Ngomong apa lo tadi?! Ulangin!" ujar Altra begitu geram. Baru kali ini ia bertemu orang asing yang sangat menyebalkan.

"Altraksableng," ulang Ridan menurut, dengan wajah mengejek.

Altra lantas berdiri, seakan mengibarkan bendera perang. "Ngajak ribut lo?!"

Sementara Aksa yang masih ada di dalam segera berlari keluar menghampiri asal suara keributan. Ia tercengang saat Altra, seorang cowok yang sudah menjadi pelanggan di bengkelnya terlihat berpelukan dengan gerakan tak teratur.

"Awas ya lo! Gue pites kepala lo!" ujar Altra.

"Wlee ... nggak kena!" Ridan berusaha menghidari tangan Altra yang mengarah ke kepalanya.

"Eh-eh, Ya Tuhan, udah woi, udahh!" Aksa berusaha melerai keduanya, dan menarik tubuh Altra agar menjauh dari Ridan.

"Pulang sana!" usir Altra dengan kancing seragamnya yang telah terbuka 2.

"Al, lo ngapain sih?!" desis Aksa menahan malu. Beruntung tak ada pelanggan lain yang melihat kejadian ini.

"Lo tanya aja dia!" ujar Altra masih dengan tatapan sinis pada Ridan.

Aksa tergagap, dan beralih menatap Ridan, karena Aksa tak mau kehilangan 1 pelanggan, maka sebisa mungkin cowok itu tersenyum ramah untuk Ridan.

"Maafin teman saya ya, Bang. Dia emang gini, suka banget kalau disuruh berantem, tapi aslinya dia juga ramah kok, Bang," bujuk Aksa merasa tak enak.

"Nggak! Kata siapa gue ramah?"

Aksa menginjak sepatu Altra begitu kuat, hingga membuat sang empu meringis.

"Ah kecewa saya, Bang!" sahut Ridan, memasang wajah pura-pura terluka. "Pelayanannya nggak ramah. Kalau ojol udah dapet bintang satu, nih. Masa saya minta tambalin ban, malah diajak berantem!"

Aksa menjadi kikuk, "Gimana kalau saya ganti rugi?"

"Boleh." Ridan sumringah, lalu menyeringai. "Tambalin ban motor gue, tapi gratis!"

"Enak aja lo! Nyari kesempatan banget nih anak!" ujar Altra hendak menghampiri Ridan, tapi segera ditahan oleh Aksa.

"Dih, kok lo yang sewot?" Ridan masih tak mau kalah.

"Oke, Bang. Silahkan ditunggu ya." Aksa lebih dulu menyahut sembari mendorong Altra untuk masuk ke dalam. Ia harus meminta Altra untuk membayar semua kerugiannya.

Sesampainya di dalam, Aksa menghentikan langkahnya dan menatap Altra dengan pandangan membunuh. "Lo jangan nyari ribut, Nyet! Baru juga diterima kerja!"

Mata Altra seketika berbinar. "Jadi serius? Gue diterima kerja?"

Aksa mengangguk, lalu tersenyum miring.

"Tapi ada syaratnya!"

"Apa'an?" tanya Altra penasaran.

Aksa segera menarik lengan Altra, dan membisikkan sesuatu.

"Agsjajiskalaljsjsl!"

"Lo gila?!" ujar Altra seketika.

"Nggak mau yaudah, hehe." Aksa tertawa licik.

Tbc

 𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang