Sepertinya kita butuh ini
Selamat membaca🤍
"Huaaa ... Mamaa kepalaku cakit kena latto-latto, huaaa ...."
"Iyaa Nak, bentar Mama lagi ngejar ini! Heii berhenti kaliann! Tanggung jawab!"
Seorang gadis berambut sebahu tengah berlari sembari menggandeng cowok berkacamata, agar terhindar dari kejaran seorang wanita paruh baya.
Mereka adalah Tika, dan Alatas.
"Bentar berhenti dulu, ada yang lepas!" Tika melepaskan tautan jari mereka, dan bergegas bersembunyi di balik punggung tegap Alatas.
"Apanya? Itu emak-emak udah deket!" ucap Alatas panik.
Tika menoleh ke arah sekitar dan menemukan sebuah pos ronda di dekat tikungan.
"Kita sembunyi di sana!" Tika kembali menyeret lengan Alatas, untuk mengajaknya bersembunyi di balik bangunan itu.
"Kak Ala, tutupin Tika dong! Ada yang lepas, bahaya kalau dibiarin." Tika menyuruh Alatas agar berjongkok membelakanginya.
"Apanya yang lepas sih?" tanya Alatas masih belum paham. Cowok itu hendak menoleh ke belakang. Namun kepalanya segera ditahan oleh Tika.
"Kancing, jangan nengok ke belakang dulu!" balas Tika sembari meraba punggungnya.
"Ha? Kancing? Kancing apaan?" Alatas menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kancing BH!"
Seketika tangan kanan Alatas segera menutup mulut rombeng pacarnya itu, kebetulan di waktu yang sama wanita paruh baya tadi telah tiba di depan pos ronda.
"Kemana mereka? Awas kalo ketemu, bisa-bisanya bikin anakku nangis!"
Alatas menjulurkan kepalanya di balik pos ronda, mengintip wanita itu yang telah beranjak pergi. Terdengar hela'an napas lega dari Alatas. "Pergi juga akhirnya."
Ia kembali melirik gadis di belakangnya yang sepertinya masih kesulitan untuk mengancing.
"Udah belum? Lama amat," celetuk Alatas.
"Bentar, susah banget tau!" Tika menggerutu kesal.
"Mau gue bantu?" Alatas tersenyum jahil sembari menaik-turunkan kedua alisnya.
"Modus teross!" sembur Tika, membuat Alatas tergelak.
"Lagian ada bocah lagi seru-serunya main, lo malah ganggu," kata Alatas.
"Tika nggak bermaksud ganggu, Tika cuma pengen rambutan yang dimakan tuh bocil," ucap Tika setelah berhasil mengancing kaitan bra-nya yang terlepas.
Awalnya Tika, meminta dengan cara baik-baik. Namun anak itu malah menjauhkan buahnya dari Tika, bahkan bersiap melempar latto-latto ke arah gadis itu karena telah menggangu keseruannya. Akan tetapi mainan itu justru mengenai kepalanya sendiri dan membuat wanita yang tengah asik bergosip tiba-tiba tercekat saat anaknya menangis keras.
"Lain kali minta ke gue, ntar gue beliin satu kotak kalau lo mau," ucap Alatas lalu meraih tangan gadis itu untuk berdiri.
"Lo tau sendiri kan, bocil sekarang udah pada punya senjata," lanjutnya sembari menggandeng gadis itu untuk pergi dari pos ronda.
"Apa senjatanya?" Tika mendongkkan kepalanya, menatap Alatas yang lebih tinggi darinya.
"Itu yang bunyinya etek-etek," balas Alatas meniru suara latto-latto tadi. "Kayak suara kentutnya Altra."
"Iya juga, kalo kena kepala bisa benjol jidatnya!" Tika mengangguk membenarkan.
"Tapi Tika masih pengin rambutan, Kak Ala!" Gadis itu menggoyang lengan Alatas.
"Kita beli ya aja ya? Gue ambil mot-" Alatas menjeda kalimatnya saat tatapannya tak sengaja menjumpai seorang gadis yang masih mengenakan seragam yang sama dengan mereka berdua.
"Kenapa Kak?" tanya Tika heran menatap gelagat Alatas.
"Liat tuh!" Alatas menunjuk ke arah seberang jalan dengan dagunya.
Tika mengikuti arah pandangan Alatas.
"Kak Naora? Eh, samperin yuk!" ajak Tika hendak menggandeng tangannya, tapi Alatas justru segera merangkul bahu gadis itu, dan membawanya pergi dari sana.
"Lo lupa? Gue nggak suka lo deket sama dia," peringat Alatas.
Gadis itu lantas berdecak, "Emang kenapa sih? Kak Ala ada masalah apa sama Naora?"
Alatas hanya diam, dan tetap membawa gadis itu agar menjauh dan tak menghampiri Naora.
🐑
Sedangkan di pinggir jalan sana, Naora tengah menatap tajam pada pria tua berkostum badut yang baru saja selesai mencari nafkah.
"Bapak mikir dong! Temen-temen di sekolah semua punya ponsel, sedangkan aku? Udah nggak punya apa-apa, dibully. Bapak nggak pernah mikirin aku kan?!" bentak Naora untuk kesekian kalinya.
"Bapak kerja dulu ya, Nak. Doain aja uangnya bisa buat beli ponsel," ucap Pak Syam terdengar parau.
"Kalau kerjanya gini terus, kapan bisa beli ponsel, Pak?!" bentak Naora begitu lantang. Ia tak peduli dengan atensi semua orang yang mengarah padanya.
Pak Syam mengusap matanya yang bersiap mengeluarkan buliran bening. Hatinya yang lelah terasa ditusuk ribuan jarum ketika Naora membentaknya.
"Maafin Bapak–"
"Maaf-maaf! Nggak kenyang gue kalau tiap hari minta maaf terus!" potong Naora.
Gadis itu membuang napas berat dan melempar makanan yang dibeli Pak Syam untuknya. "Ambil! Gue nggak butuh makanan murahan!"
"Tapi kamu belum makan, Nak," ucap Pak Syam hendak menahan lengan Naora, tapi buru-buru gadis itu menepis tangannya.
"Nggak usah pegang-pegang! Ntar temen sekolah ada yang tau kalau lo orang tua gue!" Setelah melayangkan kalimat menusuknya, Naora melengos pergi meninggalkan sang Ayah yang menatapnya dengan pandangan terluka.
Tak jauh dari sana, Stella yang sedari tadi menyaksikan mereka dari dalam mobil langsung keluar dan berlari menghampiri Pak Syam.
"Pak!" panggil Stella dan membuat Pak Syam menghentikan langkahnya.
"Ada apa, Nak?" tanya Pak Syam disertai senyuman ramahnya.
Hal itu membuat hati Stella merasakan nyeri.
"Pak ... Bapak pulang ya? Udah siang, mana panas banget. Nanti kalau sakit gimana?" ucap Stella lalu segera merogoh dompetnya dan mengeluarkan semua uangnya yang ada di dalam. "Harus diterima! Tadi aku nggak sengaja denger kalau anak Bapak mau ponsel kan? Semoga cukup ya, Pak!"
Pak Syam menerimanya dengan tangan gemetar. Sungguh, ia tak pernah memegang uang sebanyak ini.
"Tapi--loh? Nak! Kok langsung pergi?!" Pak Syam berteriak memanggil Stella yang berlari cepat menghampiri mobilnya.
Sedangkan Stella hanya membalasnya dengan lambaian tangan. Ia buru-buru pergi karena takut uangnya akan ditolak.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)
Teen FictionEnd✔ R 17+ "Altra kalau kita nanti terpisah, aku bakal cari cara buat kita kembali." Sesuai seperti apa yang Stella janjikan untuk Altra, ia rela mengorbankan semuanya untuk seseorang yang sangat berarti di masa lalunya. Altra kehilangan memori inga...