Setelah kepergian Putri Ishabelle dari ruang kerjanya, kini yang tersisa hanyalah ia dan ksatria pribadinya saja.Kaisar Orion kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya, lalu helaan nafas panjang keluar dari bilah bibirnya. Seakan-akan ia akhirnya bisa melepaskan diri dari perasaan yang membebani dan mencekiknya.
Di sampingnya, ksatria pribadi sekaligus sahabat dekatnya, Gallert memandang prihatin sosok Kaisar yang ia layani dengan sumpah setianya itu.
Pasti berat dan melelahkan bagi sang Kaisar, untuk menjalankan peran sebagai seorang Kaisar yang bijaksana dan seorang Ayah secara bersamaan.
"Hey, Gallert," Panggil Orion, dengan kedua mata merahnya yang menatap langit-langit mewah ruang kerjanya.
"Ya, Yang Mulia?" Sahut Gallert, yang berdiri tegap di sisi kanan sang Kaisar.
"Apakah Ishabelle secara tidak langsung telah mengatakan bahwa ia membenciku sekarang?" Tanyanya kemudian.
Gallert menolehkan kepalanya. Menatap Kaisar Orion yang masih menunjukkan Ekspresi datar tanpa emosi di wajahnya. Hal yang kini tidak lagi mengherankan, sebab sejak dulu, Kaisar Orion memang tidak pandai menunjukkan emosinya. Mungkin karena faktor dari didikan Ibunya yang keras, Ayahnya yang menuntut kesempurnaan, dan juga faktor dari permusuhan antar saudara untuk memperebutkan tahta.
"Saya pikir tidak demikian, Yang Mulia. Mungkin saja Putri hanya sedang merajuk," Gallert berupaya untuk menghibur. Tahu bahwa apa yang dikatakan Putri Ishabelle beberapa saat yang lalu telah memberikan pukulan pada sang Kaisar.
"Merajuk?"
"Ya. Merajuk! Anak-anak biasanya akan merajuk saat mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan," Jelas Gallert.
"Apa yang membuatnya merajuk? Bukankah apa yang dia inginkan selalu terkabulkan? Gaun mewah, perhiasan, makanan, taman bunga, dan bahkan aku mengabulkan keinginannya yang sempat tidak ingin belajar. Apa lagi yang ia inginkan yang tidak ia dapatkan?"
Gallert tersenyum tipis, meskipun dalam hati ia tengah meringis.
Saat ini, Kaisar memang tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Tapi Gallert tahu, bahwa Kaisar tengah merasa agak frustasi.
Dalam hati, Gallert merasa prihatin akan apa yang tengah dirasakan Kaisar sekaligus sahabatnya ini. Jika Orion digadang-gadang sebagai Kaisar yang bijaksana dan hebat, maka untuk gelar seorang Ayah, ia sangatlah payah.
"Putri sepertinya tidak terlalu menginginkan hal-hal yang anda sebutkan sebelumnya, Yang Mulia,"
Dan disinilah Gallert, untuk memberikan nasehat juga penghiburan pada Kaisar yang tengah dilanda stres karena masalah Ayah.
"Apa maksudmu?" Tanya Orion, yang kini menolehkan kepalanya untuk menatap Gallert.
"Dia jelas menginginkan semua itu. Dia selalu merengek dan menangis di hadapanku agar aku mengabulkan semua keinginannya itu. Lalu bagaimana bisa kau bilang jika dia tidak terlalu menginginkan semua itu sekarang?" Orion melanjutkan. Nada suaranya seolah mengatakan bahwa Gallert adalah pihak yang bodoh dan tidak mengerti disini.
Gallert masih tersenyum tipis. Meskipun dalam hati tengah berteriak histeris.
"Yang Mulia, sejatinya yang diinginkan sang Putri adalah perhatian anda. Putri selama ini merengek dan menangis bukan hanya karena menginginkan suatu barang mewah atau hal-hal lainnya. Putri sengaja merengek dan menangis agar ia bisa menarik perhatian anda dan membuat anda lebih peduli lagi padanya," Gallert menjelaskan. Sebab jika tidak segera diperjelas, sang Kaisar tampaknya tidak akan pernah mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn As A Lazy Villainess (Seri 1)
Fantasy(TAMAT) Ketika seorang Executive Mafia berdarah dingin terlahir kembali sebagai seorang Putri suatu kekaisaran setelah kematiannya.. "Aku ingat. Ishabelle Rubelious Dè Althair, Putri Mahkota kekaisaran Althair. Seorang Antagonis dan merupakan Bos...