52. Resiko Yang Harus Ditanggung (S2)

5.5K 839 31
                                    

Note : Typo itu Maniusiawi :)

__________________________________
_______________________

"Apa kau yakin tidak merasakan rasa sakit dimana pun?" Tanya Eros sekali lagi kepada Putri Ishabelle, begitu  ia selesai memeriksa keseluruhan keadaan sang Putri dengan sihirnya. Kembali bertanya untuk memastikan apakah sang Putri benar-benar tidak apa-apa setelah tersadar dari koma 1 bulan.

Putri Ishabelle menghela nafas samar atas pertanyaan yang kesekian itu.

"Ya. Aku benar-benar baik-baik saja dan hanya sedikit pusing juga lemas. Kau sendiri sudah memeriksa keadaanku berkali-kali dan tidak menemukan kesalahan apapun, kan?" Balas Ishabelle.

"Kau baru tersadar dari koma. Aku hanya khawatir," Kata Eros, dengan menghembuskan nafas lega.

Syukurlah jika sang Putri memang benar-benar baik-baik saja.

"Jika memang masih pusing dan lemas, maka berbaring saja lagi! Tidak perlu memaksakan diri untuk duduk," Kata Orion, yang dengan setia menemani Putrinya dengan duduk di tepi kiri kasur sang Putri. Ada binar kelegaan di matanya ketika ia menatap sang Putri yang akhirnya sadar dari Koma-nya.

"Tidak apa-apa, Ayah. Aku perlu duduk untuk melemaskan tubuhku yang kaku setelah sekian lama terbaring dan tidak melakukan apapun.

Deg...

Ayah..?!

Mendengar panggilan yang baru saja dilontarkan padanya oleh sang Putri tersebut, membuat sang Kaisar terpaku di tempat lantaran terkejut.

Bukan Yang Mulia, tapi Ayah..?!

Memikirkannya lagi, bukankah sang Putri telah memanggilnya dengan panggilan Ayah sejak pertama kali ia sadar dari koma?

Ia awalnya tidak terlalu memikirkan hal tersebut karena terlalu senang dan bersemangat dengan kesadaran Putrinya. Tapi mendengar panggilan itu untuk kedua kalinya, Kaisar Orion akhirnya memiliki waktu untuk memproses dan bereaksi pada panggilan itu.

Sejak pertama kali Putrinya mengganti nama panggilannya dari Ayah menjadi Yang Mulia kurang lebih 5 tahun lalu, jujur saja Kaisar Orion merasa terkejut sekaligus kecewa. Terlintas dibenaknya jika sang Putri telah membencinya, dan perubahan sikap juga sifat sang Putri semakin menguatkan dugaannya.

Tapi pada akhirnya. dugaannya itu terbukti salah ketika ia memiliki lebih banyak waktu luang untuk dihabiskan bersama Putri sulungnya itu. Putrinya jelas tidak membencinya berdasarkan interaksi mereka. Karena jika memang sang Putri merasa benci, ia pasti tidak akan betah meluangkan waktu untuk bertemu, berbicara, juga mendengarkan dirinya. Sedangkan dari apa yang ia lihat, Sang Putri tampak santai dan menikmati saat-saat mereke berdua bersama.

Jadi jelas! Putrinya tidak membencinya!

Lalu, apa yang membuat panggilan sang Putri padanya berubah?

Memikirkan hal tersebut telah cukup membuat dirinya merasa frustasi.

Ia sangat merasa tidak nyaman juga kesal dengan panggilan formal yang Putrinya sendiri sematkan padanya. Rasanya, ketika Putrinya memanggilnya dengan formal, ia seakan di ingatkan bahwa hubungan mereka memiliki jarak dan tidak bisa lebih dekat dari jarak yang telah di tetapkan itu.

Dan merasa canggung juga jauh dari Putri sulungnya yang dulunya manja, telah membuatnya merasa sakit hati. Berpikir bahwa ia bukanlah Ayah yang baik dan merupakan Ayah gagal karena tidak bisa membangun hubungan baik dengan Putrinya sendiri dan tidak bisa mengerti aapa yang diinginkan juga dirasakan sang Putri.

Berkali-kali Kaisar Orion ingin meminta Putri Ishabelle untuk berhenti memanggilnya dengan Formal dan kembali memanggilnya Ayah! Tapi entah kenapa ia tak memiliki keberanian untuk melakukannya. Merasa takut jika ia malah akan memaksa dan menekan Putrinya, yang pada akhirnya berimbas pada hubungan mereka.

Reborn As A Lazy Villainess (Seri 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang