Notes : Chapter ini panjaaaaang banget! Jadi kalau mau di Skip, silahkan. Tapi khusus bagian akhir gak usah di skip, yaaa.. hehe.. 🙃
_________________________________
__________________________Menyaksikan kekalahan sang tunangan yang baginya tampak begitu memalukan dan menyedihkan, gadis itu pun mendengus kesal, dengan ekspresi tidak senang dan kecewa di wajahnya.
"Kalah dari seorang rakyat jelata? Memalukan sekali!" gerutu gadis itu, saat kedua matanya melihat sang tunangan, Samuel yang saat ini tengah berlutut kalah di tanah, dengan pedang kebanggaannya yang telah hancur berkeping-keping dan tersebar di tanah.
"Kau begitu percaya diri sebelumnya dan dengan bangga mengatakan padaku bahwa kau akan menang dengan telak! Bahwa kau akan membuat orang-orang itu berlutut dan memohon maaf di kaki kita. Tapi sekarang inilah yang terjadi?" gadis itu mengeluh kesal, dengan perasaan marah, frustasi dan kecewa yang menjadi satu. Sama sekali tidak menunjukkan perasaan khawatir sedikit pun kepada sang Tunangan yang baru saja kalah dari duel dan menderita beberapa luka.
"Kau bahkan tidak bisa melukai rakyat jelata itu sedikit pun! Bahkan serangan yang kau layangkan padanya selalu dapat ditangkis dan ditahan dengan mudah olehnya! Kemudian, kau kalah dengan konyol dalam kurun waktu kurang dari 10 menit saja dan pedang kebanggaanmu juga hancur berkeping-keping juga. Sialan! Kau memang hanya pandai berucap omong kosong saja!" geram gadis itu, dengan kedua tangan terkepal erat dan rahang wajah yang mengeras. Tampak Sangat kesal dan marah dengan kekalahan tunangannya dalam duel ini.
"Dasar laki-laki tidak berguna! Orangtuaku seharusnya menjodohkanku dengan Tuan muda yang lebih baik dan lebih hebat darimu!" Geramnya lagi, yang kini ditambah dengan perasaan menyesal karena telah menerima permintaan orangtuanya yang telah menjodohkannya dengan Samuel 3 tahun yang lalu.
"Bagaimana sekarang? Tunanganmu sudah kalah,"
Mendengar suara salah satu dari ke-4 temannya, gadis itu kemudian berbalik badan dan menatap ke-4 temannya itu dengan kening mengerut samar.
"Apanya yang bagaimana?" Tanya gadis itu kemudian. Nada suaranya terdengar sewot, lantaran terbawa rasa kesal dan marah dengan kekalahan sang Tunangan.
"Taruhan dalam duel ini. Kau masih ingat, kan?" Temannya mengingatkan.
Gadis itu mendengus kesal mendengarnya. Tentu saja ia ingat! Dan karena itulah ia semakin kesal dan marah!
Bersujud dan memohon maaf di-kaki Elf sombong, rakyat jelata dan anak haram itu?!
Selamanya ia tidak akan sudi melakukannya!
"Ayo pergi!" ia kemudian memutuskan dengan santai, yang membuat ke-4 temannya tersentak karena terkejut dengan keputusannya itu.
"Pergi? Begitu saja? Lalu bagaimana dengan taruhannya?" tanya salah satu temannya lagi, yang membuat gadis itu menghela nafas dan memutar kedua bola matanya jengah.
"Bagaimana dengan taruhannya? Tch.., kalian telah mengenalku sejak lama! Apakah kalian berpikir aku akan sudi merendahkan diriku dihadapan orang-orang seperti mereka itu?" gadis itu berkata dengan acuh tak acuh.
"Elf yang arogan, rakyat jelata dan anak haram keturunan pelayan rendahan. Aku tidak akan sudi bersujud dan merendahkan diriku dihadapan orang-orang rendahan dan menjijikan seperti mereka!" gadis itu melanjutkan. Ada nada mengolok-olok dan merendahkan dalam nada suaranya. Terlalu menganggap tinggi dirinya sendiri, sehingga menganggap orang lain yang tak layak di matanya sebagai orang yang lebih rendah darinya.
"Tapi bagaimana dengan Tunangamu? Apakah kita akan meninggalkan Samuel begitu saja? Dia tampaknya terluka dan butuh perawatan," celetuk salah satu temannya, yang melirik Samuel dengan tatapan prihatin dan khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn As A Lazy Villainess (Seri 1)
Fantasy(TAMAT) Ketika seorang Executive Mafia berdarah dingin terlahir kembali sebagai seorang Putri suatu kekaisaran setelah kematiannya.. "Aku ingat. Ishabelle Rubelious Dè Althair, Putri Mahkota kekaisaran Althair. Seorang Antagonis dan merupakan Bos...