07. Jatuh Sakit

16.9K 1.8K 14
                                    


Kedua kelopak matanya mengerjap pelan, membiasakan pantulan cahaya yang memasuki kedua matanya. Entah berapa lama ia terlelap? Ia tidak tahu. Tapi yang jelas, setiap ia terbangun dan kembali membuka kedua matanya, tubuh kecilnya bagaikan remuk dan ia tak memiliki tenaga untuk bergerak. Di tambah lagi, tempatnya berbaring bukanlah kasur empuk yang nyaman. Tapi kasur padat keras yang lebih terasa seperti permukaan meja.

Entah sudah berapa lama ia berada dalam keadaan seperti ini? Beberapa bulan, satu tahun, dua tahun, atau lebih? Ia tidak tahu.

Yang jelas, sudah lama sekali semenjak pertama kali ia berada disini. Sudah terlalu lama, sampai ia melupakan hari dan waktu yang terus berjalan. Sampai ia lupa siapa dirinya sendiri. Sampai ia lupa rasa hangatnya sinar mentari dan sejuknya semilir angin. Sampai ia lupa berbagai macam emosi dan perasaan yang seharusnya manusia rasakan. Dan sampai ia lupa terakhir kali rasa sakit membuatnya menjerit histeris.

Sekarang, semuanya terasa hambar baginya. Bagi gadis kecil malang yang telah lupa akan jati dirinya sendiri, lantaran tak pernah ada disini yang memanggil namanya.

"Seperti biasa, kau sangat mengagumkan, 1001! Kau adalah mahakarya-ku yang luar biasa!" Kata seorang pria kurus, dengan kantung mata hitam di kedua matanya, rambut panjang yang agak berantakan dan berminyak, juga wajah keriput yang benar-benar tampak tidak ramah.

Pria kurus dengan almamater putih itu. Bagaimana mungkin dirinya bisa lupa akan sosoknya yang hampir setiap hari tiada bosan bermain dengannya?

Yang dengan bahagianya mencekoki ia berbagai macam cairan, juga menusukkan ribuan suntikan berwarna aneh ke tubuhnya. Pria gila yang telah dengan seenak hatinya bermain dengan tubuhnya sambil tertawa layaknya seekor iblis gila.

Pria ini. Adalah sumber segala penderitaannya yang kini terasa hambar.

"Aku tahu kau pasti bisa menahannya! Hebat sekali, 1001! Kau adalah kelinci paling berharga yang amat spesial bagiku! Tidak seperti rekan sampahmu lainnya, yang telah berakhir di tempat pembuangan. Ahhh..., kelinciku yang manis. Untungnya aku menemukanmu! Berlianku yang berharga!"

Lagi. Pria ini kembali mengoceh layaknya orang gila dengan nada suara mendayu layaknya obsesi.

Ya. Pria ini memang terobsesi padanya. Terobsesi untuk memberikan penderitaan tak berujung pada jiwa raganya yang sebenarnya telah membusuk.

Berapa lama lagi ia akan bertahan dan berada disini? Ia juga tidak tahu.

Sedikitnya ia berharap agar berakhir seperti rekan-rekan sampahnya yang lain, tapi ia selalu berujung kembali ke dunia nyata alih-alih ke akhirat.

Entah ini keberuntungan, atau kesialan?

"Kali ini, berkatmu percobaannya berhasil! Selamat! Sebagai imbalannya, kau akan mendapatkan tidur tambahan selama 2 jam untuk satu minggu! Manfaatkan itu baik-baik, ya!" Kata Pria gila itu lagi.

Dua jama. Seberapa lama waktu 2 jam itu? Apakah akan cukup untuk memulihkan tenaga dari tubuhnya yang mati rasa?

Tapi meskipun waktunya cukup sekali pun, pada akhirnya, ia akan kembali lagi ke ruangan ini. Kembali lagi berhadapan dengan orang-orang gila yang tiada henti melakukan banyak percobaan pada tubuhnya.

Percobaan yang kini membuatnya merasa hampa dan mati rasa.

Berharap di selamatkan?

Alih-alih berharap omong kosong demikian, dirinya lebih berharap untuk pergi ke Akhirat secepatnya.

Reborn As A Lazy Villainess (Seri 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang