Suasana kantin mendadak jadi sunyi dan mencekam, begitu Putri Ishabelle menampakkan dirinya dengan aura mengintimidasinya yang membuat hampir semua orang merinding dan gelisah.Tatapan Putri Ishabelle sangatlah tajam dan menusuk, kala ia memperhatikan setiap orang yang berada di kantin, terlebih lagi saat kedua matanya menatap 4 pelaku yang telah menindas Maxime Gracias.
Siapa pun yang berada di kantin saat ini, tidaklah buta untuk mengetahui bahwa Putri Ishabelle tengah dilanda amarah.
"Apa yang kalian lakukan padanya?" Tanya Ishabelle, sembari melangkahkan kakinya mendekati Maxime dan ke-4 orang yang telah menindasnya.
Nada suaranya dingin, rendah, tajam dan terdengar berbahaya. Membuat ke-4 orang pelaku penindasan itu tersentak dan merinding di tempat, dengan perasaan gelisah, cemas dan sedikit takut yang tiba-tiba saja menerpa.
Sesuatu dalam benak dan pikiran mereka seakan memperingatkan mereka untuk segera lari!
Tapi karena ego dan gengsi tinggi mereka sebagai seorang bangsawan, ke-empatnya tetap berdiam diri di tempat dengan menunjukkan sikap percaya diri dan seolah kedatangan Putri Ishabelle tidak menakuti mereka sama sekali.
Sayangnya bagi mereka, Putri Ishabelle dan beberapa orang dengan penglihatan tajam di kantin itu, dapat mengetahui dan melihat usaha sia-sia mereka dalam terlihat berani dan tidak gentar.
"S-salam kepada Yang mulia Putr..
Sret..
Putri Ishabelle dengan segara mengangkat tangan kanannya ke udara. Memberi isyarat dengan sangat jelas agar sapaan untuknya itu dihentikan.
Menelan ludah dengan gugup, salah satu dari 4 penindas yang diyakini sebagai ketua dari kelompok kecil itu, pun segera menutup rapat mulutnya dan menghentikan diri dari memberikan salam hormat yang tidak sempat ia selesai ucapkan.
"Tidak perlu fomal begitu! Ini adalah Akademi dan kesetaraan diberlakukan. Bersikap santai saja padaku!" Kata Ishabelle setalahnya. Nada suaranya mengandung ketenangan dan kelembutan yang entah kenapa terasa berbahaya.
Langkah sang Putri kemudian terhenti, tepat ketika ia berada di hadapan pemimpin dari kelompok kecil yang telah menindas Maxime. Membuat sosok dengan rambut cokelat pasir dan mata abu-abu gelap itu merasa semakin gelisah dan tidak nyaman karenanya.
Di samping itu, Putri Ishabelle menatap datar pada sosok laki-laki yang tubuhnya lebih tinggi darinya itu. Laki-laki yang ia ketahui sebagai Putra sulung Marquess Warrent, Jhonny Warrent.
Mengetahui latar belakang keluarganya, Putri Ishabelle sekarang mengerti terkait kenapa semua orang di Kantin tidak ada yang bergerak untuk menghentikan Jhonny Warrent dan kelompok kecilnya dalam menindas Maxime.
Selain karena mereka tidak peduli dan menikmati penindasan yang ada, sebagian dari mereka pasti tidak berani untuk berurusan dengan Putra seorang Marquess. Terlebih lagi jika itu adalah Putra Marquess Warrent, bangsawan tua yang telah setia melayani dan menjalin kerja sama dengan Duke Gracias dari generasi ke generasi. Fakta ini membuat Marquess Warrent menjadi Bangsawan yang kedudukannya berada tepat dibawah 4 Duke yang menjadi pilar kekaisaran ini. Kedudukannya bahkan bisa dibilang setara dengan bangsawan Duke lainnya.
Dengan kata lain, Keluarga Marquess Warrent bukanlah bangsawan sembarangan dan terlibat masalah dengan mereka tidak akan berakhir baik.
Meskipun Akademi ini telah memberlakukan kesetaraan untuk setiap siswa, tetap saja rasa takut pada yang lebih memiliki kekuasaan dan rasa rendah diri karena tidak memiliki kekuasaan masihlah ada. Tentu akan sangat sulit untuk mengubah apa yang telah tertanam di pikiran hampir semua orang semenjak mereka lahir ke dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn As A Lazy Villainess (Seri 1)
Fantasy(TAMAT) Ketika seorang Executive Mafia berdarah dingin terlahir kembali sebagai seorang Putri suatu kekaisaran setelah kematiannya.. "Aku ingat. Ishabelle Rubelious Dè Althair, Putri Mahkota kekaisaran Althair. Seorang Antagonis dan merupakan Bos...