47. Kilas Balik 2 (S2)

5.4K 778 21
                                    


"ARGHHHH...!"

"SAKIT..! ARGHH..! LEPASKAN..! LEPASKAN AKU..! ARGHHH...!"

Siapapun yang mendengarkan jeritan nyaring yang memekakan telinga itu, pasti dapat mengetahui bahwa pemilik dari jeritan tersebut tengah amat menderita dan amat kesakitan. Suaranya terdengar seperti seseorang yang tengah mengalami siksaan hebat pada tubuhnya, dan sebenarnya memang itulah yang terjadi.

Dirinya, menatap datar pada pemandangan di hadapannya yang sebenarnya amat mengganggu dan tidak pantas untuk disaksikan.

Ia tidak hanya tengah menyaksikan penyiksaan yang tengah dilakukan seorang Psycopath gila pada seorang anak kecil. Karena yang saat ini tengah ia saksikan, adalah dirinya di kehidupannya yang sebelumnya, yang tengah diborgol di atas tempat tidur keras, dengan seorang pria gila yang tampak antusias ketika menyaksikan tubuhnya menggeliat karena tersiksa.

Ya.

Dia tengah menyaksikan kembali saat dimana dirinya menjadi seperti kelinci percobaan di kehidupannya yang sebelumnya.

Pemandangan di hadapannya, sejatinya adalah pemandangan yang amat memprihatinkan dan menyedihkan baginya. Melihat kembali dirinya yang masih kecil, lemah, tidak berdaya, dan tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya menjerit kesakitan pada siksaan yang ia terima, telah mendatangkan perasaan tidak nyaman pada dirinya yang selama bertahun-tahun ini hidup dengan berusaha melupakan dan mengabaikan setiap rasa sakit yang ia alami.

Sekarang setelah ia berhasil mengabaikan setiap derita dan rasa sakit yang dialaminya, kenapa ia harus kembali diingatkan dan diperlihatkan momen menyedihkan dari dirinya di masa lalu ini?

Jika dirinya memang sudah mati, maka akan lebih baik jika ia langsung berada di kehampaan atau menghilang seperti butiran debu yang terbawa angin, daripada harus berada disini, menyaksikan potongan-potongan momen dari setiap rasa sakit dan derita yang ia alami di masa lalu.

"Ini sangat menyebalkan," Batinnya, ketika sudut matanya berkedut tidak nyaman, saat ia melihat si pria gila dengan Almamater putih itu kembali menyuntikkan suatu cairan dengan warna hijau pekat ke lengan tangannya.

Itu adalah suntikan kedua yang disuntikkan padanya, ketika efek siksaan dari suntikan pertama telah mulai mereda.

Tubuh kecilnya tampak berkeringat dingin dan terengah-engah, dengan kedua mata terpejam dan wajah mengerut menahan sakit. Efek dari kejang-kejang dan sengatan menyakitkan pada tubuhnya baru saja berakhir, saat ilmuwan gila itu kembali menyuntiknya dengan cairan yang lain di lengannya.

Dirinya di masa kecil tahu, bahwa suntikan itu pasti akan mendatangkan rasa sakit yang lain. Terlihat dari raut wajahnya yang langsung menunjukkan ekspresi panik.

Tapi meskipun demikian, memangnya apa yang bisa ia lakukan?

Bagaimana bisa ia menghentikan atau kabur dari ilmuwan gila itu, ketika tubuhnya saja diborgol dan di tahan di atas tempat tidur seperti ini? Apa yang bisa ia lakukan dengan tubuh kecilnya yang lemah dan tidak berdaya ini?

Kesadaran itu telah menghantam telak kesadaran dari diri anak-anaknya di masa lalu. Membuat ia pada akhirnya pasrah pada keadaannya yang tengah menjadi objek penyiksaan seorang Ilmuwan gila.

"Ugh..,"

"ARGHHH...!!"

Kembali, diri anak-anaknya di masa lalu menjerit nyaring, kala efek dari suntikan kedua akhirnya mulai terasa kembali menyengat setiap bagian tubuhnya.

Dilihat dari bagaimana tubuh kecil itu kembali menggeliat keras dan meronta-ronta di atas tempat tidur, rasa sakit yang ia alami pasti tidak main-main.

Bagi orang normal, pemandangan itu pasti akan terlihat sangat memilukan dan akan membuat hati teriris saat melihatnya.

Reborn As A Lazy Villainess (Seri 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang