23. Cerita ini dimulai..

9.8K 1.4K 40
                                    


"Kau tahu jika kau membunuhku, itu tidak akan berakhir baik padamu, bukan?" Ucap seorang wanita bersurai hitam dan bermata ruby itu, kepada sosok laki-laki bersurai kuning keemasan dan bermata merah darah yang berdiri menjulang si hadapannya.

Hanya ada mereka berdua di ruangan yang tampak luas dan mencekam itu. Ruangan yang merupakan tempat kursi singgasana kekaisaran Althair berada.

Sang wanita bersurai hitam legam tampak bersimpuh di atas lantai, dengan penampilannya yang tampak berantakan, dan noda darah segar di bibirnya. Sedangkan sang Pria masih berdiri tegap di depannya, dengan tampilan yang juga berantakan dan dipenuhi bercak darah. Tapi darah itu bukanlah miliknya, melainkan darah dari para musuh yang ia hadapi dalam perjalanannya ke ruangan ini.

"Saya tahu. Oleh karena itulah saya akan mengajukan tawaran pada anda," Balas pria bersurai kuning keemasan itu. Tatapannya dingin, saat ia menatap sosok wanita yang bersimpuh di bawahnya setelah berhasil ia kalahkan sebelumnya.

"Jika anda masih ingin hidup, saya akan membiarkan anda. Tapi syaratnya adalah, anda harus merelakan sihir anda disegel dan menjadi tahanan rumah sepanjang hidup anda di istana ini. Juga, tentu saja gelar anda sebagai Empress di kekaisaran ini akan dicabut dengan tidak hormat atas kejahatan anda," Pria itu melanjutkan dengan nada suara yang sama dinginnya.

Tapi sebagai tanggapan atas ucapan pria itu, sang wanita justru tertawa dengan dinginnya, sebelum ia mendongakkan kepalanya dan melayangkan tatapan tajam dari kedua mata ruby-nya kepada pria di hadapannya itu.

"Seolah-olah aku sudi untuk menerima tawaran itu! Hahahaha...,"

"Kalau begitu, anda lebih memilih mati?" Tanya pria itu, dengan genggamannya yang semakin mengerat pada gagang pedang peraknya yang berlumuran darah.

"Jika kau berani membunuhku, maka lakukan saja! Aku lebih memilih mati daripada harus hidup sebagai orang biasa dan terkurung di istana seumur hidup. Terlebih lagi harus hidup dengan menanggung kekalahan darimu. Aku tidak akan pernah sudi!" Balas wanita itu. Racun dalam nada suaranya.

"Tapi, itu jika kau berani membunuhku? Khehehe..," Lanjut sang wanita, dengan kekehan dingin terurai dari bibir merahnya.

Genggaman sang pria pada gagang pedangnya semakin mengerat, sedangkan  ekspresi wajahnya masih menunjukkan ekspresi datar dan tatapan mata yang dingin.

"Saya tahu, jika saya nekat membunuh anda, maka saya akan melanggar sumpah saya pada anda. Sumpah untuk tidak berkhianat, untuk tidak menyakiti anda, dan untuk tidak tertarik pada tahta kekaisaran. Sumpah yang akan membuat saya dan keturunan saya terkena kutukan gelap apabila melanggarnya,"

"Tapi... " Cengkraman pria itu pada gagang pedangnya semakin mengerat lagi.

"Saya tidak peduli apabila saya melanggar sumpah itu sekarang! Sebab anda harus dihentikan! Dan saya adalah satu-satunya yang bisa menghentikan anda! Jadi saya harus melakukan ini, meskipun kelak saya akan mendapatkan kutukan yang akan menelan jiwa saya!" Pria itu melanjutkan dengan tekad.

Tapi bukannya takut atas perkataan penuh tekad dari sang pria yang benar-benar akan membunuhnya, wanita yang merupakan empress atau kaisar kekaisaran Althair saat ini itu, justru mengulas seringai lebar yang tampak menantang.

"Kalau begitu, lakukan saja! Bunuh saja aku, brengsek! Kemudian tanggung lah kutukan yang akan menelan jiwamu dan keturunanmu di masa depan!" Kata wanita itu. Ada kilatan gila di mata merah darahnya.

Gigi pria itu bergemeletuk dengan rahang yang mengeras, saat ia mengangkat pedang di genggaman tangan kanannya ke udara. Siap untuk memenggal kepala wanita yang bersimpuh di hadapannya itu.

Reborn As A Lazy Villainess (Seri 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang