1. My Prince

9.6K 252 2
                                    

Ini adalah cerita keduaku, jadi harap dimaklumi jika tutur katanya masih berantakan 😮‍💨
Aku cuma minta kalian untuk vote dan komen walau kalian baca beberapa tahun kemudian karena vote kalian bisa bikin ranking hastag cerita ini naik dan komen bisa meramaikan lapak dan menarik peminat pembaca lain. Itung-itang kalian bantu promosi cerita ini 🙏

 Itung-itang kalian bantu promosi cerita ini 🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1. My Prince

Aleandra Lenore Griffith merupakan putri pertama dari pasangan Devon dan Laura. Ia memiliki seorang adik lelaki yang masih berusia sembilan tahun karena ibunya menunda kehamilan anak keduanya cukup lama.

Saat ini, gadis yang sering disapa Alea itu tengah duduk sendirian di halte bus lingkungan tempatnya kursus berbahasa inggris. Parahnya ponselnya kehabisan baterai sehingga ia juga tidak bisa menghubungi sopir atau ayahnya untuk menjemput.

Sudah dipastikan bahwa Deni-sopir pribadi keluarganya, akan menjemputnya sore hari nanti sesuai jadwal dirinya selesai kursus. Sementara guru lesnya mendadak sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit satu jam yang lalu sehingga kursus terpaksa diliburkan.

Hari sudah hampir petang dan tidak ada satu pun kendaraan umum yang lewat. Tidak seperti biasanya juga suasana di sekitar sedikit lebih sepi dan mencekam untuk hari ini.

"Tumben sepi." Alea memeluk tubuhnya sendiri karena merasa merinding.

Niat awalnya ingin pulang naik bus, malah menjadi menunggu sopir pribadi menjemputnya. Bisa di bilang lingkungan yang ditempati Alea tidak strategis sehingga jarang sekali orang melewati jalan itu.

Gadis itu juga tidak tahu menahu tentang transportasi umum sehingga tidak tahu rute dan jadwal transportasi umum. Namun Alea tahu apa tentang dunia? Karena biasanya ia langsung pulang karena Deni sudah menunggu untuk menjemputnya.

Tanpa disadari, sedari tadi Alea diperhatikan oleh tiga orang asing. Gadis itu bersikap santai karena tidak merasa curiga. Ia berpikir bahwa orang-orang tersebut adalah warga sekitar, namun tidak lama mereka menunjukan gelagat aneh.

Siapa mereka? Apakah hanya komplotan preman atau para penguntit yang memang sengaja untuk mencelakainya? Alea merasa tidak memiliki musuh karena ia selalu berusaha hidup tenang dan damai walau perundungan di sekolah oleh para kakak kelasnya tidak bisa dihindarinya.

Ya, hanya karena masalah lelaki mereka merundung Alea yang menyebabkan para gadis cemburu dan iri padanya, padahal ia pun sama sekali tidak tertarik dengan lelaki playboy.

Sampai Alea berpikir, apakah mungkin para penguntit itu adalah musuh ayahnya.

Mereka bertiga menghampiri Alea. Dan dengan gesitnya, Alea berlari berusaha menghindari tiga orang tersebut yang mulai mengejarnya.

Saat ini Alea tidak bisa berpikir jernih karena panik. Ia malah berlari ke arah gang yang ternyata adalah jalan buntu sehingga para penguntit tersebut dapat mengepung Alea.

"Siapa kalian?" tanya Alea dengan wajah paniknya. Tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaan Alea.

"Apa salahku? Aku bahkan tidak mengenal kalian." Mata Alea sudah mulai berkaca-kaca.

Salah satu di antara mereka mengeluarkan pisaunya untuk menyerang Alea. Jahat sekali. Kasar sekali mereka pada wanita. Dan Alea sudah tidak bisa menahan air matanya. Ia menangis, tubuhnya pun bergetar karena takut.

"Siapa pun, tolong selamatkan aku," batin Alea dalam hati sambil merapalkan doa.

"Jangan sakiti dia!"

Terdengar suara lantang seorang lelaki yang membuat ketiga orang tersebut mengalihkan perhatiannya pada asal suara.

"Akhirnya ada seseorang yang menyelamatkanku!"

Salah seorang memberikan kode kepada kedua temannya untuk menghajar lelaki yang berlaga menjadi pahlawan kesiangan itu dengan cara keroyokan.

Lelaki tersebut sudah mengambil pose kuda-kuda siap melawan ketiga orang tersebut. Sementara Alea hanya bisa terdiam sambil terus berdoa. Ia ingin lari tapi jalannya terhalang oleh mereka.

Lelaki itu memang berhasil menjatuhkan dua lainnya, tapi ia lengah ketika melawan orang yang memiliki senjata tajam.

Sreekk!

"Akh-"

Lawannya berhasil menggores bagian perutnya cukup dalam, tapi masih belum terlalu parah. Lalu lelaki itu menghampiri Alea dan langsung mengamit tangannya, mengajak kabur dari tempat itu karena ia merasa tidak akan menang jika kondisinya seperti ini.

Karena para penguntit itu masih mengejar, mereka berdua terpaksa bersembunyi di bangunan kosong yang terbengkalai.

Posisi mereka saat ini berdiri di balik pintu yang sulit ditutup dengan lelaki tersebut yang memeluk Alea dari belakang. Lelaki itu pun menutup lukanya dengan tangan dan jaket yang dipakainya agar tidak menodai pakaian yang dikenakan oleh Alea.

"Kau terluka," bisik Alea pada lelaki yang tidak diketahui namanya tersebut. Tentu saja lelaki itu tahu bahwa dirinya tengah terluka.

"Sssttt... Jangan berisik!"

Alea mengusap matanya yang sebelumnya terhalangi oleh air mata. Sekarang ia bisa melihat dengan jelas wajah pria tersebut, apalagi saat ini posisi mereka begitu dekat.

Alea merutuki kebodohannya karena sempat-sempatnya terpesona pada lelaki yang sedang menolongnya.

"Maaf. Gara-gara aku, kau harus-" Lelaki itu langsung menutup mulut Alea dengan tangannya ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

"Di mana mereka?!"

"Cari yang benar!"

-to be continue

────── ──────

ʚ Thanks for reading ɞ

Don't forget to vote and comment 💗

Hope you like this story.
See you in the next chapter, sweetie!

***

Alea cantik banget 😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alea cantik banget 😍

Silakan yang mau denger suara Dylan 😌

Guys, please aku minta vote-nya, ya. Jangan kayak cerita awal, jumlah pembaca dan jumlah vote-nya jomplang bgt 😢 mengsedih.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang