Sudah lebih dari tiga puluh menit Alea menunggu Dylan menyelesaikan pekerjaannya, dan sekarang lelaki itu malah menghilang. Jujur saja, Alea tidak suka sendirian, terutama di tengah keramaian seperti ini.
"Permisi. Aku mau menanyakan keberadaan Dylan," ucap Alea kepada salah satu karyawan.
"Sepertinya dia berada di ruang loker."
"Boleh aku ke sana?"
"Yah, pada intinya kau bisa ke sana tetapi hanya bisa menunggu di luar."
"Baiklah, kalau begitu aku izin menuju ruang loker."
"Silakan, Nona."
Alea melangkahkan kakinya menuju ruang loker seperti yang ditujukan karyawan lelaki tadi padanya.
Dari jarak jauh ia bisa melihat sebuah pintu yang menandakan bahwa itu adalah ruang yang ditujunya. Alea menaikan kecepatan langkah kakinya dan mendapati pintu ruang loker yang terbuka tetapi tidak terlalu lebar.
Alea bisa melihat siluet dan suara-suara tidak jelas dari dalam ruangan yang menandakan bahwa ada keberadaan seseorang di dalam. Mungkinkah Dylan?
"Permisi," lirih Alea sambil sedikit mendorong pintu agar orang di dalam mengetahui keberadaannya.
Yang mengetahui atensinya adalah Felicia, sementara Dylan sudah tuli karena terlalu fokus dengan amarahnya.
Alea gemetaran melihat pemandangan di dalam sana. Karena posisi Dylan yang tengah berbisik pada Felicia dan terlihat intim membuat gadis itu salah paham.
"Siapa kau?!" tanya Felicia dengan setengah menyentak dan mendorong dada bidang Dylan.
"M-Maaf aku tidak bermaksud mengganggu kalian," ucap Alea dengan gemetaran.
Dylan yang mengenal suara itu langsung mengalihkan atensinya pada gadis yang terlihat takut dan gemetaran berdiri di ambang pintu. Felicia langsung menghampiri Alea dengan tatapan garang dan songongnya.
"Kau tidak baca bahwa ruangan ini adalah khusus pegawai?!"
"T-Tapi aku tidak masuk. Aku hanya ingin bertemu dengan Dylan, tidak bermaksud mengganggu aktifitas kalian atau mencuri barang-barang di dalam loker. Maaf..." Setelah itu Alea langsung berlari seolah lupa dengan tujuannya.
"Alea!" panggil Dylan.
"Berani sekali kau membentaknya!"
"Tapi dia sudah lancang."
"Kau juga sama lancangnya karena telah membuka lokerku dan menyentuh barang-barang yang berada di dalamnya." Dylan melempar kameja seragam yang sempat dipegangnya pada sebuah bangku panjang.
"Sepertinya aku tidak bisa bekerja di sini jika salah satu karyawannya sangat tidak memiliki etika."
Felicia dibuat kalang kabut. Gawat. Dirinya sudah membuat salah satu karyawan tidak betah bekerja di kafe tempatnya bekerja.
"Terima kasih atas bimbingan dan kerja kerasnya, Felicia. Maafkan atas sikap kasarku tadi. Aku pamit." Dylan segera berlari menyusul Alea.
"Dylan!"
"Dylan! Jika kau mau aku memafkanmu, kau harus tetap bekerja di sini!" teriak Felicia yang diabaikan oleh lelaki itu yang sudah menghilang di balik tembok.
***
Dylan mengedarkan pandangannya mencari seorang gadis di tengah keramaian jalanan kota Bologna. Dapat. Ia bisa melihat Alea yang berjalan sedikit cepat dengan gaya ikatan rambut nyentriknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Romance[SEQUEL OF DESTINY] Untuk pertama kalinya Aleandra jatuh cinta pada seorang lelaki misterius yang telah menyelamatkan hidupnya. Walau pemuda itu selalu menghindar ketika mereka bertemu, tetapi Aleandra tidak akan mudah menyerah. Gadis itu akan melak...