Laura dan Devon bukan bermaksud melarang Dylan menemui Alea, tetapi setelah semalam putrinya itu mengatakan kecewa dan membenci kehadiran Dylan, mereka berdua menjadi khawatir jika hubungannya semakin memburuk.
Devon dan Laura yakin jika Alea hanya belum siap saja untuk bertemu dengan Dylan dan mendengar segala penjelasan yang mungkin akan sulit diterima.
Saat ini Alea dengan santainya masuk ke dalam kamar mandi tanpa menutup pintunya. Laura yang memang masih berdiri di ambang pintu merasa heran karena tidak menemukan Dylan di dalam sana.
"Ada apa, Mom?"
"T-Tidak."
Setelah itu Laura melirik sebuah bathup yang tertutup gorden, dan sudah pasti Dylan sedang bersembunyi di dalam sana.
Tidak membutuhkan waktu lama, Alea pun menyelesaikan kegiatannya dan kembali ke dalam kamarnya.
Laura yang membuka pintu kamar mandi pun menemukan Dylan yang sedang berkaca di cermin dengan raut wajah panik dan bingung.
"Kenapa aku tidak boleh bertemu dengan Alea?" tanya Dylan dengan raut wajah cemasnya.
"Maaf, tapi Alea dari kemarin mengatakan tidak ingin bertemu denganmu. Kita beri waktu sebentar ya untuknya? Tadi saja raut wajahnya masih terlihat kecut."
"Kenapa dia tidak ingin bertemu denganku?"
"Sepertinya dia sakit hati padamu saat kemarin malam melihatmu dengan seorang wanita."
Dylan hanya bisa memijat pangkal hidungnya.
"Wanita itu hanya saudara sepupuku. Aku harus mejelaskannya dengan cepat."
"Nanti siang saja, ya? Semoga suasana hati Alea sudah membaik."
"Ayo, kita lanjutkan sarapannya." Laura pun membawa Dylan ke dapur.
"Hei, Al- Dylan, ayo makan bersama kami," ajak Devan.
"Aku sangat tidak nafsu makan."
"Berbanding terbalik dengan Alea, ya. Nafsu makannya malah bertambah dua kali lipat."
"Mama!" Suara Alea menggema hingga ke dapur membuat Dylan sangat panik. Tanpa pikir panjang, ia bersembunyi di bawah meja makan.
Sampai kapan ia bebas menemui Alea? pikirnya.
"Ada apa lagi, sayang?"
"Kenapa sarapannya belum diantarkan?"
"Eh? Oh, Mama kira kau akan makan nanti jam sembilan."
Alea berdecak kesal dan langsung duduk di salah satu kursi yang tadinya di tempati oleh Dylan. Sementara Dylan yang berada di bawah sana berusaha menghindari kaki Alea yang hampir menyentuhnya.
"Makan yang banyak, sayang."
Di tengah kegiatan sarapan mereka yang khidmat, tiba-tiba Devon berceletuk, "Janin-janinmu tidak merindukan ayahnya?"
"Tidak," jawab Alea dengan mantap dan percaya diri.
"Kalau kau ingin, Papa bisa mengantarmu ke sana atau kita bisa memanggilnya kemari."
"Nafsu makanku seketika menghilang membicarakannya," ucap Alea sambil meletakan cutlery-nya sedikit kasar.
"Aku ingin tidur lagi," lanjutnya sambil melenggang pergi ke arah kamar.
Dylan yang sedari tadi berjongkok di bawah meja seketika merasa sedih. Apakah Alea sudah tidak mencintainya?
***
"Sepertinya aku pulang saja," ucap Dylan.
"Kenapa terburu-buru?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Romance[SEQUEL OF DESTINY] Untuk pertama kalinya Aleandra jatuh cinta pada seorang lelaki misterius yang telah menyelamatkan hidupnya. Walau pemuda itu selalu menghindar ketika mereka bertemu, tetapi Aleandra tidak akan mudah menyerah. Gadis itu akan melak...