25. Dinner

1.7K 86 0
                                    

Dylan mengalihkan tatapannya pada Alea yang juga sedang menatapnya.

"Bagaimana dengamu, Alea?"

"Apa?"

"Marsha mengajakku untuk ikut malam bersama kalian. Jika kau tidak—"

"Yah, karena kau yang akan memasak, aku tidak masalah. Bahan-bahan di dapurku juga masih banyak." Alea memalingkan wajah kemerahannya agar tidak terlihat.

Dylan lega bahwa gadis itu tidak menolaknya seperti beberapa hari yang lalu.

***

Saat ini Dylan tengah memasak dengan dibantu oleh Marsha. Alea hanya bisa duduk memandangi mereka berdua yang tengah sibuk dengan kegiatannya. Wajahnya cemberut karena merasa kehadirannya diabaikan.

Alea juga ingin memasak bersama Dylan! Tapi ia sama sekali tidak hobi dan tidak bisa memasak. Yang ia bisa hanya bisa menggoreng telor, memanggang roti, atau membuat bubur, sisanya ia tidak terlalu mahir.

"Marsha, kau terlihat mahir memasak." celetuk Alea.

"Aku memang terbiasa hidup mendiri terutama saat orangtuaku sudah tiada."

"Omong-omong, karena apa orangtuamu meninggal?"

"Ibuku sakit dan ayahku kecelakaan di tempat kerjanya."

"Maaf karena telah mengingatkanmu pada mereka." Marsha merespon dengan tersenyum hangat.

"Tidak apa."

"Berapa usiamu?"

"Delapan tahun."

"Hanya beda satu tahun ternyata dengan Alex."

"Siapa Alex?"

"Adik laki-lakiku."

"Apakah dia tampan?" tanya Marsha dengan raut wajah polosnya.

"Wajahnya terlihat mirip denganku. Menurutmu bagaimana denganku? Jika aku terlihat cantik, berarti adikku terlihat tampan," ucap Alea sambil mengibaskan rambutnya yang mulai memanjang sebahu.

"Bagaimana menurutmu? Apa dia terlihat cantik?" Gadis kecil itu malah bertanya pada Dylan membuat Alea terbelalak.

"Cantik," jawab Dylan dengan lancar sambil menatap Alea yang salah tingkah.

"K-Kenapa kau malah bertanya padanya? Kau sendiri yang harus menilaiku."

"Aku hanya meminta bantuan padanya."

"Anak kecil ini," gerutu Alea.

"Silakan, Nona."

Dylan menaruh piring berisi Risotto dengan asap yang masih mengepul. Aromanya sangat enak dan menggungah selera makan.

"Kenapa porsimu sangat sedikit?" tanya Alea pada Dylan setelah melihat piring lelaki itu dengan porsi setengahnya.

"Aku tidak terlalu suka makan malam, apalagi sekarang waktunya sudah terlewat. Lagi pula aku tidak terlalu lapar. Sayang jika nanti tersisa dan dibuang." Alea menganggukan paham.

"Jika kau tidak bisa memasak, bagaimana kau bisa makan?" celetuk Dylan.

"Aku biasanya meminta bantuan Bibi Mery atau Simoneta. Kadang aku ikut makan malam bersama mereka jika diajak."

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang