2. Love at First Sight

6.4K 279 1
                                    

Alea dan lelaki itu menahan suara dan pergerakan agar persembunyiannya tidak diketahui oleh para penguntit. Sayangnya Alea tidak bisa menahan tangisannya. Selain karena takut, ia juga merasa bersalah pada lelaki yang menolongnya.

Beruntungnya para penguntit tersebut hanya sekedar masuk dan tidak memeriksa secara detail. Setelah itu mereka pun keluar dari bangunan karena memang tidak betah jika harus berlama-lama di dalam bangunan terbengkalai itu.

Alea dan si lelaki yang tidak diketahui namanya itu menunggu sepuluh menit setelah kepergian para penguntit sebelum akhirnya keluar dari tempat persembunyian.

"Terima kasih telah menolongku."

"Cepatlah pulang." Lelaki tersebut tidak mengindahkan ucapan terima kasih Alea, bahkan nada suaranya terkesan dingin.

"Tapi kau harus ke rumah sakit."

"Aku bisa sendiri."

"Ehm... Namaku Aleandra. Panggil saja Alea. Namamu siapa?"

Hening.

Lelaki itu benar-benar tidak merespon apapun, bahkan tidak perlu repot-repot menatap Alea yang berada di hadapannya.

Alea memperhatikan lelaki itu dari ujung kaki sampai kepala. Sangat tampan dan mengesankan. Rasanya baru pertama kali seorang lelaki berhasil menarik perhatian dari seorang Alea.

Berdekatan dengan lelaki ini membuat dadanya berdebar-debar. Tatapannya yang dingin juga membuat kupu-kupu bagai beterbangan di dalam perut gadis itu.

Karena merasa diperhatikan, lelaki tersebut melirik ke arah Alea. Ia memergoki Alea yang tidak berkedip memandanginya.

"Kenapa?" Alea membuang mukanya yang sudah semerah tomat karena malu.

"Kau sepertinya lebih tua dariku, ya?"

"Memang."

"Kau kuliah atau kerja?"

Kembali hening. Lelaki itu sangat tidak ingin identitasnya diketahui oleh orang lain.

"Dari tadi diam terus," gerutu Alea sambil mengerucutkan bibirnya lucu.

Lelaki tersebut memberhentikan taxi yang lewat. Beruntungnya masih ada transportasi umum yang lewat di daerah itu.

"Masuklah."

"Kau juga."

"Tidak usah."

Alea menarik tangan si lelaki agar ikut masuk bersamanya ke dalam taxi, dan ia merasakan panas ketika menyentuh tangan itu.

"Panas sekali tubuhmu."

Setelah dipikir-pikir wajah lelaki ini sedikit pucat dari tadi.

"Masuklah."

"Ayo kita ke rumah sakit." Alea tidak menyerah menarik lelaki itu hingga membuatnya kehilangan keseimbangannya.

BRUKK!

Tubuh lelaki itu menabrak tubuh Alea. Karena Alea tidak siap dan tidak bisa menahan berat tubuhnya, maka lelaki tersebut terjatuh ke tanah.

"Astaga!"

"Bangun!" Alea menepuk-nepuk pelan pipi lelaki tersebut.

"Excuse me! Tolong bantu saya," ucapnya pada sopir taxi agar membantunya membawa lelaki misterius itu masuk ke dalam mobil.

Alea melihat noda darah yang ada di baju lelaki tersebut menjadi melebar. Itu berarti darah yang keluar semakin banyak.

Dengan segera Alea melarikan lelaki itu ke rumah sakit terdekat. Dan sekarang ia tengah menunggu lelaki itu untuk melakukan pemeriksaan dan penjahitan di luka tusuknya.

"Adik adalah keluarganya?" tanya seorang dokter.

"Iya, saya adiknya."

"Orangtuanya mana, Dik?"

"Kami hanya tinggal berdua." Alea merutuki kebohongannya sendiri.

"Untungnya kakakmu tidak sampai kehabisan darah. Dia pingsan karena sebelumnya tidak makan apapun selama beberapa hari, jadi memang sudah sakit dari hari sebelumnya."

Tentu saja Alea terkejut mendengarnya. Sudah tidak makan beberapa hari? Apakah lelaki itu adalah gelandangan? Tetapi tampilannya terlihat sangat rapi walau terlihat sedikit urakan.

"Oh, begitu. Saya tidak mengetahuinya. Omong-omong, kapan kakak saya bisa dipulangkan?"

"Dia bisa pulang besok lusa."

"Ini resep obatnya. Bisa ditebus di apotek rumah sakit.

"Terima kasih, Dok."

"Silakan jika ingin masuk, dia sudah bangun."

Alea segera memasuki ruang rawat dan mendapati lelaki itu yang mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Kenapa belum pulang?"

"Kau harus dirawat di sini selama dua hari. Tenang saja, aku yang akan menangani biayanya."

"Tidak usah. Aku juga punya uang."

"Setidaknya itu sebagai rasa terima kasihku kepadamu."

"Pulanglah, dan beritahu orangtuamu bahwa kau diserang oleh orang asing, tapi jangan berbicara tentang pertemuan kita."

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan katakan kepada siapa pun."

"Besok aku akan ke sini lagi." Alea tidak mengindahkan peringatan yang dilontarkan lelaki tersebut.

"Tidak perlu. Hubungan kita sudah selesai sampai di sini."

"Jika kita bertemu di tempat umum tanpa disengaja, bersikaplah seperti tidak mengenalku," lanjut lelaki itu yang berhasil membuat raut wajah Alea berubah menjadi sendu dan kecewa.

"Untuk terakhir kalinya, siapa namamu?"

Lelaki tersebut hanya memandang wajah Alea dengan tatapan datar, tak berminat menjawab pertanyaan.

"Maaf. Karena aku tidak tahu namamu, tadi aku mendaftar memakai nama asal yang aku berikan."

Hening.

"Kalau begitu aku pulang. Jaga dirimu baik-baik."

"Dylan."

Langkah Alea langsung terhenti ketika mendengarnya.

"Apa?"

"Tidak ada pengulangan."

***

Seperti biasa, pasti jumlah vote dan pembaca sangat jomplang ☺️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa, pasti jumlah vote dan pembaca sangat jomplang ☺️

Btw kalian suka ga sama covernya? Soalnya aku ganti tema profilku.

Jangan lupa berikan vote dengan cara menekan ikon bintang di pojok kiri bawah ⭐️ karena dapat membuatku semangat untuk membuat cerita ini dan mempublikasikannya untuk dibaca semua orang.

Jika kalian membaca cerita ini dengan mode offline, kalian masih bisa memberikan vote karena pada suatu saat kamu online, bintangnya akan otomatis terkirim.

Jangan sungkan berikan komen di setiap paragraf yang memiliki kata-kata yang sulit dimengerti dan berbelit-belit.

Terima kasih telah membaca 🌷

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang