59. Hindrance

1.3K 66 1
                                    

Seorang wanita memasuki salah satu kamar hotel yang ditempati oleh lelaki pujaannya. Ia mendapati pria itu sedang tidur tengkurap dengan memakai kaos tanpa lengan yang menunjukan otot bisepnya. Jangan tanya dari mana ia bisa memasuki kamar itu, karena adik dari sang pujaan yang memberinya akses.

Saat ini ia tengah mengamati wajah tampan yang sedang memejamkan mata. Tangannya pun berusaha menyentuh alis kesukaannya itu. Benar, selain mata sayu yang tatapannya selalu dingin tetapi menduhkan, ia juga menyukai alis pria itu yang sangat rapi dan terbentuk.

Si empunya seketika mengernyitkan alis karena merasa tidak nyaman dan membalikan tubuhnya menjadi telentang. Melihat bibir tipis pria itu yang setengah terbuka membuat dirinya memberanikan diri untuk menciumanya.

Ah, akhirnya ia bisa mencium bibir pria idamannya. Sungguh, ciuman curian yang sangat memabukan dan akan menjadi favoritnya sepanjang hidup. Ciuman itu berubah menjadi panas dan menuntut membuat pria yang tengah tertidur itu membelalakan matanya karena merasa ada benda lembut yang menari di dalam mulutnya.

Pria itu terduduk sambil memegangi kepalanya yang pening karena tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Seperti baru sadar dengan situasi, ia pun mengalihkan atensinya pada wanita yang tengah tersenyum manis padanya.

"Selamat pagi, Dylan sayangku," sapa wanita itu dengan tertawa genit.

"Apa yang kau lakukan, Chaitlin?" Dylan melotot sambil meraba bibirnya.

"Menciummu."

"Pergi." Wanita itu menggeleng.

"Aku bilang pergi, Caithlin." Tatapan Dylan sangat penuh kebencian memandang wanita di hadapannya. Sejujurnya Chaitlin merasa takut dan sedih, tapi ia berusaha santai.

"Maafkan aku, Dylan, aku tahu aku sudah meninggalkanmu selama empat tahun." Wanita berkata dengan wajah penuh penyesalannya. "Ayo kita mulai lagi dari awal."

Sebenarnya Caithlin adalah saudara sepupu Dylan yang sudah menaruh hati selama enam tahun lamanya. Saat pertama kali bertemu dengan Dylan, Caithlin sudah menaruh hati pada pria itu, perasaannya pun semakin menjadi ketika mereka satu sekolah di junior high school.

Saat itu Dylan menolong Caithlin yang hampir terjatuh karena lantai basah di sekolahnya. Posisi mereka sangat intim dengan Dylan memeluk Caithlin dari belakang. Wajah mereka berdua sangat dekat hingga dapat merasakan terpaan nafas hangat yang menerpa wajah masing-masing.

Rasanya Caithlin terhipnotis melihat mata sayu milik Dylan yang juga sedang menatapnya. Dan sejak itu lah Caithlin semakin gencar mengejar Dylan tanpa memperdulikan perkataan orang lain.

Awalnya Dylan berusaha sabar dan mengabaikan kehadiran Caithlin yang terus mengejarnya, tetapi ketika dulu wanita itu mencium pipinya sembarangan, Dylan semakin geram dan membangun tembok setinggi mungkin di antara mereka.

Dan berayukurlah Caithlin menetap di London untuk melanjutkan pendidikannya sehingga mereka berdua tidak akan bertemu lagi. Namun kebahagiaan Dylan harus sesaat karena ternyata setelah menyelesaikan pendidikannya, Caithlin kembali pindah ke Las Vegas hanya untuk tetap bersamanya.

"Apa yang kau harapkan sebenarnya, Caithlin? Ingat, kau itu adik sepupuku."

Caithlin menggelengkan kepalanya sambil memegang lengan Dylan.

"Sesama sepupu diperbolehkan untuk berhubungan—"

"Bagaimana caranya agar kau berhenti mengejarku, Caithlin? Aku lelah... lelah sekali."

"Aku mohon, Dylan, biarkan aku berjuang—"

"Aku sudah memiliki calon istri."

"Bohong!"

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang