60. It's Been A Long Time

1.6K 71 3
                                    

Hi! Ada yang nungguin gak nih? Oh, gak ada ya. Gak papa lah :(
Jangan lupa berikan vote. Kita timbal balik ya. Aku ngetik, kalian cuman klik bintang.

Tidak sadar Dylan memegang dada sebelah kirinya karena detak jantungnya berdetak sangat cepat setelah melihat pria yang berada di hadapannya. Ia memang sudah lupa bagaimana wajah kedua orangtua angkatnya dulu, tetapi jika dihadapkan begini ia masih bisa mengenali. Dan sekelebat kenangan pun tidak terelakan berputar di otaknya walau sedikit.

Dulu pria ini selalu membacakan buku dongeng dan mencium kedua pipinya ketika ia akan tidur, pria ini juga selalu memberikan banyak mainan dan makanan ketika dirinya menangis, juga merawatnya dengan baik ketika ia sakit. Pokoknya Devon selalu memberikan kebahagiaan yang ternyata ia inginkan juga sampai sekarang.

"Hey!"

Dylan mengerjap saat merasakan tepukan di bahunya. Devon sedikit heran melihat Dylan yang mematung dengan raut wajah syoknya.

"Bisakah kita berbicara sebentar?"

"Apakah Anda marah pada saya karena telah menghilang sembilan belas tahun yang lalu?"

Devon semakin mengernyitkan dahinya karena tidak mengerti maksud dari perkataan pria muda di hadapannya. Karena terlalu digelapkan oleh emosi, ia tidak sadar jika Dylan adalah anak yang selama ini dicari-carinya.

"Saya senang bahwa Anda masih mengingat saya," ucap Dylan dengan senyum sumringahnya.

Sungguh Devon tidak paham kenapa pemuda ini sangat bahagia melihat dirinya. Tetapi itu tidak membuat emosinya surut.

"Aku benar-benar tidak mengerti dengan ucapanmu. Yang terpenting aku ingin memukulmu karena berani sekali sudah menghamili dan meninggalkan putri kesayanganku."

Kali ini giliran Dylan yang dibuat kebingungan. Sejak kapan ia menghamili sembarang wanita, dan parahnya lagi merupakan putri dari orangtua angkatnya dulu.

Belum sempat rasa penasarannya terjawab, kerahnya sudah ditarik oleh pria paruh baya di hadapannya. Tidak lama ia merasakan sakit di pipi kirinya, dan tidak sekali Devon memukulinya.

"Devon!" Teriak seorang wanita sambil memegangi lengan suaminya.

Laura yang tengah menenangkan Alea seketika mengalihkan atensinya karena mendengar suara pukulan dan pekikan tertahan. Ia terkejut mendapati suaminya sedang memukuli seorang pria dengan cukup brutal, bahkan menendang perutnya.

"Aku belum puas memukulinya, Laura." Devon berusaha melepaskan pegangan istrinya.

"Setidaknya cukup sekali saja," gerutu Laura sambil menghampiri Dylan yang terduduk di lantai.

Deg

Saat ini Laura dan Dylan saling bersitatap membuat kilasan masa lalu memenuhi benak keduanya.

"A-Alvin?"

"Benar," jawab Dylan dengan cepat sambil menyentuh tangan Laura yang berada di pipinya.

Laura masih belum sadar jika pemuda ini adalah Dylan, pria yang telah menghamili putrinya.

"Devon, kenapa kau... " ucapan Laura tergantung karena tidak mendapati suaminya di tempat. Ia mengedarkan pandangannya dan melihat Devon sedang menuntun Alea pergi menjauh.

"Devon!" Panggilannya benar-benar diabaikan oleh suami dan anaknya.

"Apakah kau bisa berjalan?" tanya Laura setelah membantu Dylan berdiri.

"Aku baik-baik saja."

"Ayo kita kejar ayah dan adikmu." Laura menuntun Dylan.

"Adik?"

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang