39. First Date

2.8K 64 0
                                    

Ting Tong!

Sebuah pintu besar terbuka menampilkan seorang maid yang dengan ramahnya menyambut tamu.

"Selamat siang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"

"Aku ingin bertemu dengan Devon dan Laura," ucap seorang pria paruh baya yang hampir seusia dengan Devon.

"Baik. Silakan masuk. Saya akan memanggil Mr. Griffith dan Mrs. Griffith terlebih dahulu."

Maid tersebut mengantarkan pria dan seorang gadis menuju sebuah ruangan tamu. Setelah kedua tamu duduk, maid yang lain langsung menjamu dengan berbagai kudapan.

Tidak lama datanglah seorang pria si pemilik rumah dengan raut wajah menahan emosi. Bahkan langkah kakinya yang menghentak sudah terdengar dari jauh. Kedatangannya di susul oleh istrinya dengan raut wajah takut bercampur dengan emosi.

"Ada perlu apa kemari?" tanya Devon tidak ramah pada Dominic. Bahkan ia tidak mau repot-repot ikut duduk dan memakan kudapan bersama. Sedangkan Laura hanya berdiri jauh di dekat pintu ruangan tersebut.

Waktu cepat berlalu, dan Dominic benar-benar kehilangan jejak putra pertamanya itu. Saking frustasinya ia mencari Dylan, ia terpaksa menemui Devon dan Laura secara langsung. Jika saja ia mengetahui keberadaan Alea, sudah pasti ia mengetahui di mana Dylan berada. Ternyata Devon mahir juga menyembunyikan putrinya.

"Baiklah, aku tidak akan berbasa-basi. Tolong kembalikan Dylan, putraku."

Dominic sangat tidak ingin jika Griffith kembali merebut Dylan darinya. Ditambah putranya itu mempunyai hubungan dengan putri mereka.

"Dylan? Bahkan kami tidak pernah mendengar namanya. Dengar ini, Dominic, kami sudah tidak ingin berurusan denganmu lagi."

"Apa jaminannya jika kau tidak menyembunyikan putraku?"

"Untuk apa aku menyembunyikan putramu yang bahkan aku pun tidak kenal!"

"Apa Anda benar-benar tidak tahu apa pun mengenai kakak saya?" tanya Diana dengan hati-hati. "Sudah beberapa bulan ini dia tidak pulang ke rumah."

Devon terkekeh mendengarnya. "Pantas saja anakmu kabur jika memiliki orang tua sepertimu." Tanpa sadar Dominic mengeratkan kepalan tangannya karena apa yang dikatakan Devon adalah benar.

"Kau tidak bercanda dengan jawabanmu, 'kan?"

"Untuk apa juga aku berbohong. Bodoh sekali kau mencari putramu kemari yang bahkan tidak ada hubungan apa pun dengan kami."

Dominic hanya bisa memijat pangkal hidungnya. Satu fakta yang ia ketahui adalah ternyata Devon dan Laura masih belum mengetahui tentang kebenerannya. Haruskah ia beritahu semuanya pada mereka? Tapi jika mereka mengetahuinya, maka Dylan akan semakin jauh darinya. Astaga, ia merasa bimbang.

Diana mengusap lengan Dominic agar ayahnya itu merasa tenang. Semenjak kehilangan Dylan, kesehatan Dominic semakin menurun rasanya. Maka dari itu Diana akan terus membantu mencari Dylan.

"Tuan dan Nyonya, aku tahu kalian tidak memiliki hubungan apa pun lagi dengan kami, tetapi mungkin salah satu kenalan kalian ada yang mengenal kakakku. Jadi aku sebagai adiknya, dengan sangat meminta pertolongan pada kalian untuk bertanya-tanya saja."

"Aku mohon, Mr. dan Mrs. Griffith." Bahkan Diana menyatukan kedua tangannya meminta permohonan pada pasangan suami-istri itu dengan wajah frustasinya.

Ah, kalau begini rasanya Devon dan Laura kalah. Mereka tahu bagaimana rasanya kehilangan anak. Bahkan Laura membutuhkan beberapa bulan bangkit dari keterpurukannya saat itu.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang