13. The Savior

2.2K 114 0
                                    

Saat ini Alea, Alona, dan Danilo sedang menikmati makan siang di kantin sekolah. Alea cukup senang jika mereka berdua masih bersedia menemaninya walau pun tanpa interaksi.

"Ini," Alea menggeser piring kecil berisi lemon cake-nya pada Alona. "Aku memberinya untukmu. Kau 'kan sangat menyukainya."

"Sudah cukup, Alea. Kau tidak usah berusaha berbuat baik padaku untuk mendapatkan Dylan."

Senyum Alea langsung luntur setelah mendengar perkataan yang dilontarkan Alona.

"Apa maksudmu?"

"Aku menyukainya, kau sudah tahu itu, 'kan? Tapi kenapa kau mendekatinya!"

"Maksudmu kau menyukai Dylan?"

"Jangan berpura-pura bodoh. Bahkan Danilo pun menyadarinya."

"Alona, sudah," tegur Danilo.

"T-Tapi aku benar-benar tidak tahu apa pun," cicit Alea. Sementara Alona hanya tersenyum remeh.

"Kau bahkan tidak tahu bahwa Danilo juga menyukaimu semenjak beberapa tahun kebelakang?"

"Alona!"

Alea membeliakkan matanya karena terkejut.

"Apakah itu benar, Danilo?"

Lelaki itu memijat pelipisnya karena tingkah Alona yang membeberkan rahasianya.

"Kasihan sekali Danilo harus jatuh cinta pada perempuan yang tidak peka sepertimu."

Alea hanya menundukan kepalanya. Selain keras kepala, ia juga adalah gadis yang tidak peka. Dylan dan kedua sahabatnya menjauhinya karena sikap buruknya itu.

"Maafkan aku..." Alea menggigit bibirnya menahan tangisannya.

"Hei, kenapa meminta maaf? Kau tidak salah apa pun di sini," ucap Danilo menenangkan. Tapi setelah itu Alea pergi meninggalkan berdua menuju toilet.

"Apa kau marah padaku?" tanya Alona melihat Danilo dengan wajah yang mengeras membuat pelipisnya bergerak-gerak karena menahan emosi.

"Menurutmu?" Setelah itu Danilo pergi ke kelas.

***

Seorang lelaki tengah berjalan di atas jalan setapak yang tidak tahu ke arah tujuannya. Ia sempat terpukau dengan pemandangan yang disuguhkan oleh alam. Kiri-kananya dihiasi oleh pohon-pohon musim gugur dengan daun yang sudah berwarna coklat.

Atensinya teralihkan oleh air yang mengalir cukup deras. Lalu lelaki dengan tampang kacau itu duduk di atas batu tepi sungai. Sudah satu setengah jam terlewati. Lelaki itu hanya terdiam dengan pandangan kosongnya.

Semenjak terbangun dari mimpi buruknya, ia tidak tertidur lagi membuat sekitar matanya membentuk lingkaran hitam. Butuh seharian penuh baginya untuk sembuh dari down-nya sehingga sekarang ia absent pekerjaannya. Memang bukan hal aneh baginya.

Saat ini Dylan tengah memikirkan mimpi semalam. Perkataan ibunya dan Kevin mengenai Alea terus terngiang di kepalanya. Kehadiran gadis itu di mimpi berhasil membuatnya tersiksa melebihi biasanya.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang