8. Couple?

2.8K 116 0
                                    

Tring!

Bel pintu kafe berbunyi dan terbuka menampilkan seorang gadis yang masih memakai seragam sekolahnya.

"Excuse me. Aku ingin mencari seorang barista yang bernama Anthony."

"Mohon menunggu. Akan saya panggilkan terlebih dahulu," ucap sang resepsionis sebelum ia memanggil orang yang bersangkutan.

Tidak lama, datanglah seorang lelaki dengan tatapan bingung mengarah pada Alea.

"Oh. Bukankah kau kekasih Dylan? Ingin mengembalikan helm, bukan?"

Kekasih katanya? Rumor dari mana itu? Tapi tentu saja Alea menerima rumor itu dengan senang hati.

"Ah, iya." Alea memberikan helm yang dibawanya.

"Terima kasih atas pinjamannya. Maaf aku baru mengembalikannya karena ternyata Dylan langsung tancap gas saat itu." Anthony tertawa mendengarnya.

"Tidak usah dipikirkan. Santai saja."

"Setelah ini, ingin minum kopi dulu atau mau ke mana?" lanjut lelaki itu berbasa-basi.

"Nngg-"

"Ah! Kebetulan sekali kekasihmu baru datang." Anthony menunjuk Dylan yang baru masuk ke dalam kafe.

"Kalau begitu aku ingin memesan Cappuccino khusus buatan Dylan."

"Baiklah. Hei, Dylan kau mendengarnya?" Anthony menyenggol lengan Dylan yang sudah berada di dekatnya.

"Jangan aneh-aneh," sahut Dylan dengan wajah malasnya.

"Pembeli adalah raja, Dylan."

"Hmm."

"Mau pesan apa?" tanya Dylan pada Alea.

"Cappuccino dengan banyak sirup mapel."

"Hmm."

"Hei, setidaknya kau ramah pada kekasihmu." Dylan menaikkan sebelah alisnya setelah mendengar kata di akhir kalimat yang dilontarkan Anthony.

"Kekasih-"

"Ayo! Ayo!" Alea menarik lengan Dylan agar melanjutkan langkahnya.

Lalu Dylan mulai membuat Cappuccino pesanan Alea. Sementara gadis itu hanya memandangi wajahnya, bukan teknik pembuatan Cappuccino-nya.

"Silakan."

"Karena aku adalah VIP, temani aku minum kopi di luar sana." Alea menunjuk salah satu meja kafe kosong berkesan outdoor.

"Siapa yang mengatakan bahwa kau adalah VIP?"

"Aku sendiri."

Dylan menghela napasnya kasar, tetapi akhirnya ia menemani Alea.

"Cepat diminum."

"Masih panas."

Alea hanya diam memandangi Dylan yang duduk di hadapannya.

"Hei, lain kali ajak aku ke kediamanmu." Dylan membelalak mendengar perkataan Alea.

"Untuk apa?"

"Hanya berkunjung."

"Kau cari mati, ya. Aku laki-laki dan tinggal sendiri."

"Kalau kau suka tempat yang ramai orang, kau saja yang berkunjung ke rumahku."

Dylan mengusap wajahnya frustasi.

"Kau ini memang tidak mengertii atau pura-pura bodoh?"

"Apanya?"

"Lupakan."

"Umurmu berapa? Sampai sekarang aku belum mengetahuinya."

Hening.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang