31. Missunderstand

1.5K 70 0
                                    

Dylan segera masuk ke dalam kamar Alea yang berbau harum dan berkesan hangat dan ceria. Lalu lelaki itu menarik laci putih paling bawah seperti yang dijelaskan oleh Alea.

"Pakaian dalamku berada di laci putih paling bawah. Di sana juga terdapat pembalut."

Ya, Dylan sudah bisa melihat isinya yang menampilkan pakaian dalam Alea dengan berbagai macam warna dan motif. Yang bisa ia simpulkan adalah Alea sama sekali tidak menyukai warna gelap. Buktinya tidak ada warna hitam, merah, biru atau abu-abu. Semuanya berwarna cerah.

Ah, Dylan jadi membayangkan bagaimana jika Alea mengenakan lingerie seksi berwarna hitam atau merah yang warnanya sangat kontras dengan kulit putih bersih gadis itu. Suatu saat nanti ia akan meminta Alea mengenakannya— Tunggu. Kenapa ia malah berubah mesum dan memikirkan hal itu

Dylan menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan pikiran kotornya. Lalu setelah itu ia mulai mengambil sebuah pembalut dari plastik berwarna merah muda dengan bertuliskan merk pembalut terkenal.

Lalu Dylan mengambil celana piyama panjang Alea berwarna merah muda dengan motif beruang-beruang kecil yang menggantung.

Setelah itu ia mulai keluar kamar dengan terburu-buru. Dylan tarik kembali kata-katanya. Ia tidak betah jika harus berlama-lama diam di kamar Alea, karena ternyata dapat membuatnya menjadi orang mesum.

Saat membuka pintu, ia baru ingat untuk memasukan pembalut Alea ke dalam saku celana. Masalahnya bagaimana jika ada orang yang melihat dirinya tengah membawa pembalut dan celana dalam wanita. Pembalut telah berhasilkan di masukan, tinggal celana dalam saja yang belum. Tapi sebelum itu ia harus merapikannya terlebih dahulu agar muat disakunya.

"Kau sedang apa di sana?"

Sialan. Pintu yang setengah terbuka menampilkan Allen dan Alona yang memandangi dirinya yang terlihat sedang memainkan sebuah celana dalam wanita. Lihatlah cara mereka memandanginya, sudah dipastikan bahwa mereka telah salah paham.

Kenapa Allen dan Alona berada di sini? pikirnya. Bukankah pria itu akan pulang tengah malam, karena akan mengunjungi suatu bar setelah mengajak adiknya berkencan.

"Bukankah itu celana dalam wanita?" tanya Allen dengan mata memicing curiga. "Karena kau berada di unit apartemen Alea, sudah dipastikan aku tahu siapa pemiliknya."

"B-Bukan." Dylan langsung menyembunyikan celana itu di balik punggungnya.

"Itu juga celana piyama perempuan, 'kan?" Allen melirik celana yang disampirkan di bahu lelaki itu.

Argh, kenapa dirinya tiba-tiba seperti yang lupa bagaimana caranya berbicara.

"Kalian sudah menyelesaikan makan malam? Di mana Alea sekarang?"

"Apa Alea berada di dalam?" tanya Alona sambil menunjuk unit apartemen Alea.

"T-Tidak."

"Kenapa kau seperti kesulitan berbicara?" Allen tersenyum miring melihat Dylan yang panik. "Sepertinya dia masih berada di dalam unit apartemenmu."

"Kita temui Alea saja di sana," lanjut Allen pada Alona yang diangguki gadis itu.

Dylan langsung berjalan cepat mendahului kakak-beradik itu, dan berhenti di depan pintu unit apartemennya.

"Jangan masuk."

"Kau ini aneh sekali, Dylan. Kau sudah membawa celana dalam Alea, lalu sekarang kami tidak boleh memasuki unitmu yang saat ini ditempati oleh Alea. Bahkan kau terlihat segar dan mengganti pakaianmu. Kau sudah mandi, ya? Jadi apa yang sudah kalian lakukan?"

Allen melipat lengannya dengan menerbitkan senyum jahilnya. Ah, ia suka sekali mengerjai Dylan dan melihat raut wajahnya paniknya. Sementara Alona hanya bisa tersenyum kaku karena pikirannya sudah ke mana-mana.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang