Sebagai salam perpisahan karena Allen akan pulang siang ini, pria itu sengaja mengajak Dylan ke kafe sambil berkencan dengan adiknya. Saat ini mereka bertiga tengah duduk di bangku berkesan outdoor kafe tersebut.
"Harusnya aku juga mengajak Alea, ya," gumam Allen.
"Aku sudah menghubunginya. Katanya dia akan menyusul," sahut Alona.
"Bagus. Aku benar-benar lupa tadi."
"Aku akan pergi dulu." Dylan bersiap beranjak dari duduknya.
"Ini." Allen memberikan kunci mobilnya pada Dylan. "Kau ingin menjemput Alea, 'kan? Pakai saja mobilku."
"Dylan!"
Gerakan tangannya yang akan mengambil kunci mobil di tangan Allen seketika terhenti ketika mendengar suara wanita memanggilnya.
"Bisakah aku meminta bantuanmu?" tanya wanita itu.
"Bantuan apa?"
"Karena kebetulan kau berada di sini, bisakah kau mengganti Nick di shift pagi? Ternyata pagi ini kafe kita lumayan ramai. Aku tahu hari ini kau libur, jadi aku akan membicarakannya pada leader agar memberimu reward."
Dylan melirik Allen dan Alona seolah meminta izin dan bantuan dari keduanya.
"Biar aku saja yang menjemput Alea," cetus Alona sambil mengambil kunci mobil.
"Maaf aku tidak bisa bergabung dengan kalian."
"Santai saja."
Wanita itu terkejut melihat siapa yang bersuara. Ternyata dunia ini sangat sempit, pikirnya.
"Kau, 'kan..."
Allen yang ditunjuk oleh wanita itu bersikap biasanya. Bahkan tatapan matanya cenderung dingin.
"Kalian saling mengenal?" tanya Felicia pada Dylan dan Allen.
"Dia temanku dari Milan," jawab Dylan santai.
"Ternyata dunia ini sangat sempit, ya."
"Kau siapa?" tanya Alona.
"Oh, aku rekan kerja Dylan dan pernah berkencan dengan dia."
Kencan? Kencan katanya? Menurut Allen tentu saja tidak.
"Jangan didengarkan. Cepat sana jemput Alea," usir Allen yang langsung dituruti oleh Alona.
"Kalau begitu aku juga akan ke ruang loker," pamit Dylan meninggalkan Allen dan Felicia berduan saja.
"Kau seolah-olah tidak mengenalku," gerutu Felicia.
"Kita memang tidak saling mengenal."
"Kalau begitu mau berkenalan denganku sekarang? Kau juga hanya sendirian saja di sini, mau aku temani?"
"Hei, bekerjalah yang benar. Bahkan Dylan pun meninggalkanku demi pekerjaannya." Wanita itu terlihat tersinggung dengan perkataan dari pria tampan di hadapannya.
"Perempuan tadi siapa? Adikmu, ya?"
Kenapa Felicia menebak seperti itu? Karena ia bisa melihat kemiripan di keduanya, bahkan interaksi mereka yang dekat tidak memiliki keromantisan.
Allen tidak menjawab. Ia terus pandangi wanita yang berada di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan, dan itu mampu membuat Felicia tercekik rasanya.
"K-Kalau begitu aku pergi dulu." Setelah itu Felicia masuk ke dalam kafe sambil menahan rasa kesalnya. Tidak Dylan, tidak Allen, keduanya sama-sama sok jual mahal. Padahal giliran dirinya mengangkang, mereka berdua pasti akan bertekuk lutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Romance[SEQUEL OF DESTINY] Untuk pertama kalinya Aleandra jatuh cinta pada seorang lelaki misterius yang telah menyelamatkan hidupnya. Walau pemuda itu selalu menghindar ketika mereka bertemu, tetapi Aleandra tidak akan mudah menyerah. Gadis itu akan melak...