45. Future Sister in Law

3.6K 58 9
                                    

Matanya terbuka menampilkan seorang wanita cantik yang masih tertidur pulas di dalam pelukannya. Pemandangan wanita itu tergantikan oleh polosnya langit-langit kamar.

"Hei, Dylan, pria itu menemuiku. Dia mencari keberadaanmu."

"Kau memberitahunya?"

"Tidak. Hanya saja aku ingin mengingatkanmu untuk mempersiapkan diri."

Saat ini di dalam pikirannya malah terisi oleh percakapan dirinya dengan Allen kemarin sore. Ia kembali menoleh pada kekasihnya yang masih tidur dengan damainya.

"Maafkan aku, Alea, kau telah memasuki neraka bersamaku."

Dylan mencium kening Alea dengan sayangnya membuat si empunya bergerak tidak nyaman. Tidak lama wanita itu membuka matanya dan menerbitkan senyumnya saat melihat kehadirannya.

"I love you, Alea," ucap Dylan dengan tiba-tiba.

"I love you too. Seharusnya kau mengatakan selamat pagi."

"Tapi ini sudah siang."

"Benarkah?" Alea langsung melirik jam dinding yang menunjukan pukul sebelas siang lebih beberapa menit. Ia memalingkan wajahnya kembali serasa Dylan mengecup pipinya.

"Cantik dan seksi sekali kekasihku ini. Aku sangat beruntung dapat memilikimu," ucap Dylan sambil terus menciumi pipi Alea membuat si empunya tersenyum malu dan memeluk dada bidangnya yang telanjang.

Karena tubuh telanjang mereka yang saling menempel di balik selimut, Alea dapat merasakan benda keras yang menyentuh perutnya. Entah kenapa ia selalu ingin menyentuh benda yang kini sedang terbangun itu membuat sang pemilik mendesis keenakan.

"Ternyata dia juga sudah bangun."

"Milik lelaki memang selalu terbangun saat pemiliknya bangun dari tidurnya."

"Benarkah? Aku baru tahu."

"Hmm."

"Kalau begitu lain kali aku akan melihat selangkangan ayahku atau adikku ketika baru bangun tidur— Aww!" Dylan menyentil dahi Alea.

"Lihat saja punyaku, sekarang dia juga milikmu."

"Sepertinya dia sedang merindukan sarangnya."

Dylan sedikit kaget mengetahui bahwa Alea bersedia melayaninya kembali— Tidak. Lebih tepatnya ia yang melayani nafsu birahi Alea.

"Kita mandi saja, Alea."

"Kau bekerja, ya?"

"Tidak. Sekarang aku libur. Bagaimana denganmu? Tidak ada mata kuliah?"

"Tidak ada— What? Aku lupa bahwa hari ini aku harus mengumpulkan tugas— Sshhh..." ringis Alea ketika ia akan bergerak bangun.

"Ada apa?" tanya Dylan ketika melihat wajah kekasihnya sarat akan kesakitan.

"Tidak apa. Hanya saja milikku sedikit perih."

"Masih sakit? Kita ke rumah sakit saja, ya?"

"Tidak usah. Katanya untuk pertama kali memang tidak sebentar menghilangkan rasa perihnya, bahkan Alona hampir seminggu merasakannya."

"Alona?" Dylan seharusnya tidak terlalu aneh mendengar bahwa kegiatan berhubungan seksual di luar pernikahan itu sudah dilakukan oleh adik dari temannya itu, tetapi entah kenapa rasanya tidak menyangka saja.

"Ya, dia sudah pernah melakukannya bersama mantan kekasihnya saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas."

"Hmm, sesakit itu, ya?"

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang