"Biar aku saja," ucap Alea pada Dylan yang tengah mencuci piring.
"Tidak usah. Kau bersihkan saja mejanya."
"Kau marah padaku, ya?"
"Hm? Marah karena apa?"
"Aku belum menjawab pertanyaanmu, 'kan?"
"Aku tidak marah, Alea. Lagipula mencuci piring tidak ada hubungannya dengan itu semua."
"Harusnya kau yang marah, bukan? Untuk apa aku membahas tentang perasaanmu yang merupakan hal sensitif untuk dibicarakan," lanjut Dylan.
"Memangnya jarimu tidak sakit terkena air?" Alea berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Ini sama sekali tidak ada apa-apanya."
"Ya sudah, aku menonton televisi saja."
"Hmm."
Setelah itu Alea pergi ke arah ruang tamu untuk menonton televisi. Sayangnya, acara televisi di setiap chanel tidak ada yang menarik bagi gadis itu dan berakhir celingak-celinguk melihat unit apartemen Dylan yang terkesan kosong.
"Siapa ini?" Alea menarik sebuah foto yang terselip di sebuah surat kabar.
"Ini 'kan..."
"Sedang apa?"
Alea terperanjat kaget ketika Dylan menyapanya dan menghampirinya. Harusnya lelaki itu yang panik dan kaget dengan apa yang berhasil ditemukan Alea sekarang.
"Kau dapat foto ini dari mana?" Alea menunjukan foto dirinya saat berusia lima tahun tepat di depan mata lelaki itu.
Dylan tidak bisa menutupi rasa terkejutnya. Ia melotot dan langsung berusaha merebut foto tersebut. Tetapi tidak behasil karena Alea menjauhkan tangannya.
"Dari mana kau menemukan itu?" tanya Dylan dengan raut wajah paniknya.
Ah, Dylan ingat jika tadi malam dirinya ketiduran di sofa setelah memandangi foto masa kecil Alea. Ya, selalu memandangi foto Alea sebelum tidur adalah sebuah kebiasaan baginya
Jujur saja, malam tadi ia sedang mabuk setelah pembicaraannya dengan Allen. Sementara temannya itu pergi bersenang-senang dengan wanita di klub malam.
"Jawab dulu pertanyaanku, kau dapat foto kecilku dari siapa?"
"Alea."
"Dylan."
"Alea, kembalikan."
"Ini 'kan fotoku, kenapa harus dikembalikan padamu? Jangan-jangan..." Alea menunjukan senyum jahilnya pada Dylan.
"Allen yang membawanya."
"Allen? Untuk apa? Kau yang meminta, ya." Alea masih terus memasang senyum jahilnya menggoda lelaki yang wajahnya sudah memerah karena malu.
"Tanyakan saja pada orangnya, kenapa dia membawa foto masa kecilmu."
"Jika ini adalah milik Allen, seharusnya kau tidak perlu panik dan malu."
Sialan. Dylan sudah tidak bisa berkata-kata.
"Terserah."
"Terserah? Ya sudah aku bawa saja fotonya, ya."
"Jangan diambil, please," batin lelaki itu sambil terus mengawasi gerak-gerik Alea yang akan memasukan fotonya ke dalam saku celana. Rasanya tangannya juga sudah sangat gatal untuk merebut foto itu.
"Kenapa? Atau kau yang ingin menyimpannya? Tapi untuk apa, ya." goda Alea ketika melihat Dylan sempat menahan kata-katanya dengan sedikit menunjukan raut wajah cemas yang gagal disembunyikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Romance[SEQUEL OF DESTINY] Untuk pertama kalinya Aleandra jatuh cinta pada seorang lelaki misterius yang telah menyelamatkan hidupnya. Walau pemuda itu selalu menghindar ketika mereka bertemu, tetapi Aleandra tidak akan mudah menyerah. Gadis itu akan melak...