Dylan mengejar dan menahan pergerakan Alea dengan menggenggam lengan gadis itu. Tatapan keduanya memancarkan aura permusuhan.
"Lepaskan!"
"Aku akan mengantarmu pulang." Alea menggeleng dengan masih memberontak.
"Kali ini saja menurut padaku demi kebaikanmu, Alea." Gadis itu sedikit tertegun mendengar Dylan yang menyebut namanya. Ia suka. Dulu ia selalu menginginkan hal itu.
Tanpa sadar genggaman tangan Dylan semakin erat membuat Alea sedikit meringis. Lelaki itu sudah habis kesabaran menghadapi Alea yang keras kepala.
Serasa tidak ada perlawanan, Dylan menarik lengan Alea dan membawanya menuju Alona dan Marsha yang sedang menunggu. Melihat wajah lelaki itu yang penuh emosi membuat Marsha ketakutan. Alona yang sadar segera menggenggam tangan gadis kecil itu.
"Kau tidak perlu takut. Sebenarnya dia adalah lelaki yang baik, hanya saja temanku sedikit bandel."
Sambil menunggu taksi yang lewat, tanpa sadar Dylan tidak melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan Alea. Lelaki itu melirik ke arah Alea yang menahan isakannya. Sialan, apakah ia terlalu kasar? Sudah dipastikan setelah ini hubungan mereka semakin renggang.
"Alea, di mana apartemenmu?" tanya Alona.
"Di Moonshine apartment."
"Hmm. Bagaimana denganmu, Dylan?"
"Aku satu apartemen dengan Alea. Kami bertetangga." Raut wajah terkejut Alona tidak bisa disembunyikan, bahkan ia tersenyum kecut.
"Lalu anak ini bagaimana?"
"Untuk sementara aku akan membawanya ke kediamanku." Alea yang dari tadi menunduk langsung mengalihkan pandangannya pada Dylan.
"Besok aku akan mengantarnya ke suatu tempat," lanjut lelaki itu setelah mendapatkan entah tatapan apa itu dari Alea.
Tidak lama mereka berempat memasuki sebuah mobil taksi yang berhenti. Para gadis duduk di kursi penumpang belakang, sementara Dylan duduk di kursi penumpang samping pengemudi.
Sang sopir terlebih dahulu mengantar Alona ke apartemennya atas permintaan Dylan. Saat Alona hendak melakukan pembayaran, Dylan mencegah karena semua biaya ongkosnya ia yang tanggung.
"Terima kasih, Dylan." Lalu Alona menatap Alea, sahabatnya yang sudah lama tidak berinteraksi dengannya.
"Sampai jumpa, Alea. Hati-hati di jalan, kalian."
"Lain kali aku akan mengunjungimu, Alona," ucap Alea dengan mata berbinar.
"Aku tunggu."
Sebelum mobil taxi melaju membelah jalanan kota Bologna yang sepi, mereka menunggu hingga Alona benar-benar masuk ke dalam gedung apartemennya.
***
Alea melangkahkan kakinya menaiki tangga yang menuju lantai dua— di mana unit apartemennya berada— disusul oleh Dylan dan Marsha yang tepat berada di belakangnya.
Alea menghentikan langkahnya tepat di depan pintu unit apartemennya. Ia berbalik memandang ke arah Dylan yang sedang menatap bingung padanya.
"Apa sebaiknya gadis itu tidur di unitku saja?"
"Kalau kau tidak keberatan, silakan saja."
"Marsha, kemarilah. Kau akan tidur di tempatku." Gadis kecil itu hanya mengangguk patuh dan segera menghampiri Alea.
"Masuklah. Besok dia harus bangun pagi. Sekitar jam tujuhan aku akan menjemputnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Romance[SEQUEL OF DESTINY] Untuk pertama kalinya Aleandra jatuh cinta pada seorang lelaki misterius yang telah menyelamatkan hidupnya. Walau pemuda itu selalu menghindar ketika mereka bertemu, tetapi Aleandra tidak akan mudah menyerah. Gadis itu akan melak...