48. The Past

1.3K 43 0
                                    

⚠️ Bab 48-49 akan menceritakan full masa lalu Dylan

HAPPY READING!

Dylan kecil keluar dari toilet umum setelah menyelesaikan urusannya. Ia celingukan mencari ibunya yang tadi menunggu di depan pintu masuk ke dalam toilet umum pria, tetapi nihil, tidak ada siapa pun di sini, kecuali pria dengan bersimbah darah di area bibirnya.

Pria yang mungkin hampir seumuran ayahnya itu masuk ke dalam toilet, dan tergantikan oleh seorang pria lain yang menawarkan bantuan padanya untuk mencari kedua orangtuanya.

Tetapi kenapa dirinya dibawa ke dalam area parkir di basement yang terlihat sepi? Itu membuat Dylan merasa takut. Tidak lama datanglah seorang pria yang tadi ditemuinya dalam keadaan babak belur.

"Halo, Alfian," sapa pria itu dengan ramahnya membuat rasa takut dalam dirinya menghilang.

"Dari mana Uncle tahu bahwa namaku Alfian?"

"Perkenalkan, aku Dominic. Aku disuruh orangtuamu untuk menjemputmu."

"Tapi aku dilarang pulang dengan sembarang orang tanpa izin dari mereka."

"Kau kan sudah dapat izin."

"Tapi aku belum pernah melihat Uncle sebelumnya."

Dominic menunjukan sebuah foto dirinya bersama Laura dan Brent, sebenarnya hanya dokumentasi perusahaan tentang kerja sama mereka, untung saja Dominic masih menyimpannya.

"Ini aku dan kakekmu. Pada saat kau mengunjungi rumah kakek, aku tidak berada di sana karena sedang di luar negri."

"Wow, hebat, kau bisa pergi ke luar negri."

"Kau ingin ke luar negri?" Dylan mengangguk dengan semangat.

"Bagaimana jika sebelum pulang, kita berkunjung ke luar negri, tapi hanya sehari saja."

"Bolehkah? Apakah Papa dan Mama akan mengizinkan?"

"Tentu saja. Aku akan menghubungi mereka untuk meminta izin."

Dengan segala tipu muslihatnya, Dominic berhasil menipu Dylan yang merupakan seorang anak kecil berusia empat tahun. Ia seolah-olah berhasil menghubungi Laura dan mendapatkan izin untuk membawa anak itu bersamanya.

"Negara yang mana yang ingin kau kunjungi?"

Dylan terlihat berpikir lama sebelum menjawab. Masalahnya ia tidak terlalu tahu tentang negara-negara di luar sana. "Ke negara yang pernah Uncle kunjungi."

"Bagaimana dengan Amerika? Aku memiliki sebuah mansion di sana."

"Keren! Ayo kita ke sana."

Pada hari itu juga Dominic dan Dylan melakukan penerbangan, dan tidak pernah kembali lagi ke negara itu.

Sudah tiga hari Dylan dikurung di dalam kamar mewah oleh Dominic. Selama itu juga Dylan kecil terus menangis merengek ingin pulang.

"Uncle, aku ingin pulang." Dylan menarik ujung jas yang dikenakan oleh Dominic. Kebetulan pria itu masuk ke dalam kamar untuk melihat kondisi putranya. Ya, anak laki-laki pertamanya.

Pria itu duduk di sisi ranjang dan menepuk sisi kosong di sebelahnya dengan raut wajah dinginnya agar Dylan segera duduk. Sungguh sikap yang berbeda ketika pertama kali mereka bertemu.

"Kau sudah pulang. Ini adalah rumahmu." Dylan menggeleng sambil terus menangis.

"Baca ini." Dominic memberikan beberapa kertas untuk dibaca oleh Dylan. "Kau bisa membaca, 'kan?" Anak lelaki itu mengangguk dan menerima kertas itu.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang