41. Puzzle

3.5K 68 0
                                    

Seperti yang diharapkan oleh Allen, negoisasinya dengan Dominic berjalan dengan lancar tetapi gagal. Jujur saja ia tidak terlalu tertarik pada Diana. Allen sudah memiliki mangsa sendiri untuk dijadikan mainannya. Dan ternyata pria itu masih menyayangi putrinya, sementara tidak memiliki senjata untuk melawan dirinya.

Allen tidak peduli jika keluarga, mantan kekasihnya, teman-temannya, atau bahkan seluruh manusia di bumi pun terancam dibunuh oleh Dominic. Allen bukan ingin membuktikan bahwa ia sangat setia pada Dylan, ia hanya ingin membuktikan bahwa Dominic tidak bisa mengalahkannya.

Saat ini ia sedang berada di bar hanya seorang diri. Allen terbahak-bahak sendiri mengingat kegilaannya tadi. Apakah sebenarnya ia lebih iblis dari Dominic? Suara tawanya yang kencang membuat seluruh orang yang berada di dalam bar memperhatikannya dengan tatapan bermacam-macam.

Tanpa sadar ia mengeratkan kepalan tangannya. Bagaimana pun Dominic adalah iblis manipulasi. Ia hanya bisa menyiapkan dirinya menerima kejutan dari iblis itu.

Ia menghubungi adiknya untuk menyembunyikan keberadaan Alea kepada siapa pun yang bertanya. Bagaimana pun Alea sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah antara Dylan dan Dominic.

***

Seorang pria tengah duduk di samping ranjang pasien rumah sakit. Ia memandang sendu ke arah kekasihnya yang sedang tertidur setelah terbangun dari komanya. Ia seharusnya bersyukur karena wanita tercintanya berhasil terhindar dari maut, tetapi melihat kondisinya yang sekarang membuat dirinya was-was juga.

Tidak lama, Julia terbangun dari tidurnya dan tersenyum sumringah tanpa beban ke arah Sebastian. Seharusnya Sebastian membalas senyumannya, tetapi kenapa rasanya sulit sekali. Setiap melihat senyuman Julia, lelaki itu merasa sakit dan tak bisa menahan air matanya.

"Minum?" Julia mengangguk dan langsung menerima sedotan yang diasongkan oleh Sebastian ke arah bibirnya.

"Kau dari tadi menemaniku?" dengan cara bicara yang tidak jelas.

"Iya," jawab Sebastian sambil mengelus surai Julia, lalu mengecup keningnya membuat si empunya tersenyum malu.

Tidak lama terdengar suara pintu terbuka menampilkan seorang gadis membawa beberapa buah, makanan, cemilan, dan bunga segar.

"Kau sudah bangun ternyata," ujar Diana.

"He'em," jawab Julia dengan riang dan senyum sumringahnya.

"Lihat, aku membawa bunga kesukaanmu dan beberapa cemilan yang aman untukmu." Diana mengangkat kedua tangannya yang dipenuhi dua buah kantong plastik sedang dan keranjang mini berisi bunga.

Julia memekik senang sambil bertepuk tangan. Ia merentangkan tangannya ingin segera memegang apa yang dibawa oleh Diana untuknya.

"Aku juga memberikan cemilan dan makan untukmu, Sebastian."

"Terima kasih. Maaf telah merepotkanmu."

"Aku tidak merasa repot, justru aku senang bisa membantu kalian. Semua yang aku lakukan sama sekali tidak sebanding dengan yang kalian dapatkan," ucap Diana sambil memandang Julia yang sedang memetik dan menyelipkan salah satu bunga ke daun telinganya.

"Cantik," puji Diana pada Julia. Sementara Sebastian hanya melirik sekilas. Ia benar-benar tidak kuat jika melihat kekasihnya dalam kondisi seperti ini.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang