47. Susceptible

1.4K 49 0
                                    

Pagi hari sudah tiba. Saat ini Diana sedang sarapan bersama Dylan dan Alea, tetapi ia tidak bisa menutupi rasa canggungnya ketika berinteraksi dengan dua sejoli itu.

"Ada apa, Diana? Kau banyak melamun."

"A-Ah? Tidak apa-apa."

Diana segera menyuap sendok berisi sereal dan roti buatan Alea karena salah tingkah.

Diana segera menyuap sendok berisi sereal dan roti buatan Alea karena salah tingkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana rasanya? Enak tidak?" tanya Alea.

"Hm? E-Enak. Enak sekali malahan."

"Benarkah?" Diana mengangguk dengan pandangan yang terus tertunduk, karena melihat dua sejoli yang berada di hadapannya malah teringat dengan adegan panas semalam.

"Terima kasih. Aku senang sekali."

"Diana." Suara Dylan terdengar tegas dan lugas di telinga Diana membuatnya terkesiap dan gemetar. Apa dirinya ketahuan telah mengintip mereka berdua semalam?

"Apa kau dapat dipercaya?"

"A-Apa?"

"Aku salah telah membawamu kemari, karena kau jadi mengetahui tempat tinggalku. Bisa saja kau memberitahukannya pada pria itu."

Ah, Diana kira dirinya sudah ketahuan.

"Aku tidak akan memberitahu keberadaanmu pada siapa pun, aku janji. Kau bisa mempercayaiku sepenuhnya."

"Mungkin dia telah memasangkan pelacak di tubuhmu atau tubuh Renata."

"Tidak. Daddy tidak mengetahui bahwa aku pergi untuk mencarimu."

"Lalu apa alasanmu?"

"Berlibur."

BRAKK!

Tidak hanya Diana, Alea pun sama terkejutnya mendengar suara gebrakan meja oleh Dylan. Sampai segitunya pria itu tidak ingin pulang ke rumah dan bertemu dengan ayahnya?

"Mana mungkin dia percaya, Diana!"

"Tenang saja, Dylan, aku tidak hanya mengunjungi kota ini, jadi dia tidak akan curiga."

"A-Ayo dilanjut lagi sarapannya," ucap Alea dengan kikuk karena suasana berubah menjadi tegang saat ini.

"Ehem! Diana, apa kau baik-baik saja? Semalam kau bermimpi buruk." Alea berusaha mengalihkan pembicaraan.

Wajah Diana langsung merah padam mendengarnya. Adegan panas antara kakaknya dan kekasihnya itu terus menempel di kepala, bahkan terbawa mimpi. Ya, semalam ia bermimpi bahwa Dylan memergokinya yang sedang mengintip. Karena panik, ia berlari dengan sekencang mungkin agar terhindar dari kejaran kakaknya yang marah. Begitulah kenapa dirinya menjadi terengah-engah saat tidur.

"Aku baik-baik saja."

"Benarkah?" Dyla memandang Diana dengan tampang skeptis. Ia hanya mengangguk sambil terus menundukan kepalanya.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang