Dylan terbangun dari tidurnya. Ia terkejut tidak mendapati Alea di sisi ranjang. Sebelum keluar kamar, ia sempat melirik jam yang sudah menunjukan pukul setengah delapan malam. Waw, lumayan lama juga ia tertidur. Bagaimana tidak nikmat, tubuhnya beristirahat setelah merasakan ejakulasi yang berbeda dari biasanya.
Ia tersenyum kecil saat melihat Alea membelakanginya— entah tengah melakukan apa di meja pantry. Ia peluk kekasihnya dari belakang sambil menciumi tengkuk mulus yang terpampang karena Alea menguncir rambut pendeknya yang mulai memanjang melebihi pundak.
"Sedang apa?"
"Lihatlah apa yang sedang aku buat. Imut tidak?"
"Imut sekali seperti pembuatnya. Itu nasi, ya? Bagaimana dengan rasanya?"
"Kau meragukanku?"
"Kau sudah mencobanya?" Alea mengangguk.
"Baguslah. Kebanyakan orang-orang tidak mencicipi masakannya sendiri sebelum diberikan pada orang lain."
"Aku tidak separah itu. Kau meremehkanku, ya."
"Aku sangat mempercayai kekasihku. Jadi tidak sabar untuk mencicipi masakannya."
"Tenang saja. Sudah dari kecil aku tahu cara pembuatannya dari nenekku." Alea memindahkan kedua mangkuk itu pada meja makan.
"Benar juga. Kau keturunan Asia, ya." Dylan menarik kursi di hadapan Alea dan mulai mendudukinya.
"Natal nanti berarti kau akan mengunjungi Kakek dan Nenekmu, ya?"
"Biasanya begitu, tetapi kita lihat saja nanti, soalnya kau akan ikut merayakan natal bersama keluargaku, 'kan?"
"Kenapa?" tanya Alea saat mendapati Dylan yang memandanginya sambil melamun.
"Tidak apa. Ayo kita mulai makan malamnya."
Dylan mulai mengunyah masakan Alea dengan pelan sambil meresapi rasanya.
"Bagaimana? Enak tidak?"
"Ehm, sebenarnya aku tidak pernah memakan masakan seperti ini sebelumnya, jadi aku tidak tahu bagaimana rasa sebenarnya."
"Yah, sebenarnya rasanya berbeda jauh dengan masakan nenekku. Tetapi menurutku tidak terlalu buruk." Dylan mengangguk menyetujui.
"Kerja bagus, Alea. Ini adalah masakan asia pertamaku yang pernah kumakan. Aku baru tahu ternyata begini rasanya nasi. Terima kasih."
"Apa kau menyukainya?"
"Aku menyukainya. Aku beri tujuh dari sepuluh." Alea tersenyum sumringah mendengarnya.
"Besar juga," gumam Alea terlambat dan berhasil membuat perkataannya terdengar ambigu.
"Apanya yang besar?"
"Hem? Itu... angka yang kau berikan untuk masakanku. Memangnya apa yang kau pikirkan?"
"Tidak ada, makanya tadi aku bertanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Romance[SEQUEL OF DESTINY] Untuk pertama kalinya Aleandra jatuh cinta pada seorang lelaki misterius yang telah menyelamatkan hidupnya. Walau pemuda itu selalu menghindar ketika mereka bertemu, tetapi Aleandra tidak akan mudah menyerah. Gadis itu akan melak...