Di sepanjang perjalanan menuju kediamannya, Alona jadi banyak diam semenjak dirinya melihat pertemuan Alea dan Dylan.
Sebenarnya Danilo pun tidak jauh berbeda. Hanya saja lelaki itu memang biasanya jarang bicara jadi tidak terlihat mencolok.
"Danilo, apakah menurutmu mereka mulai berpacaran?"
"Entahlah."
"Aku tahu, Danilo, kau menyukai Alea sudah sejak lama."
"Kelihatan, ya?"
"Sangat. Alea saja yang tidak melirikmu."
"Sejak kapan kau menyadarinya?"
"Dua tahun yang lalu mungkin."
"Omong-omong kau santai sekali. Memangnya tidak sakit hati?" tanya Alona.
"Memang sakit hati tapi aku tidak punya hak. Bisa saja mereka hanya bersahabat."
"Positive thinking sekali."
"Jangan sampai persahabatan kita hancur hanya gara-gara cinta."
"Kau tidak ada niatan menyatakan cinta pada Alea?"
"Belum ada waktu yang tepat. Aku juga sudah nyaman dengan status kami saat ini. Bisa berdekatan dengan Alea saja aku sudah senang."
"Kau harus gerak cepat sebelum Dylan merebut."
"Yah belum tentu juga Dylan menyukai Alea."
"Kau tidak lihat tadi dia diam saja menerima perlakuan Alea."
"Jika aku menyatakan cinta lalu dia menolakku, bisa kau bayangkan sendiri interaksi kami setelah itu bagaimana."
"Atau jika kami berhasil menjadi sepasang kekasih dan suatu hari nanti kami putus, sepertinya jarang ada yang akur dengan mantannya."
"Aku sudah memikirkan kedepannya. Aku tidak ingin bersikap gegabah, Alona," jelas Danio panjang lebar.
"Danilo, kau tahu? Aku juga menyukai Dylan."
"Aku tahu. Kau terlalu menunjukannya."
"Benarkah?" Alona tersenyum miris. "Sepertinya Alea pun menyadari perasaanku untuk Dylan, tetapi kenapa dia semakin mendekatinya! Padahal satu bulan ini aku merasa sudah cukup dekat dengannya." Mata Alona mulai berkaca-kaca.
"Mereka melakukannya di belakang kita. Tidakkah kau merasa dikhianati?" Kali ini ia mulai menangis sesenggukan.
"Masuklah, Alona, di luar dingin."
***
Alea masih menemani waktu Dylan beristirahat, bahkan gadis itu membelikan minuman berenergi untuk lelaki pujannya walau pun Dylan sudah berusaha menolak dan mengusir.
"Kau juga bekerja di sini?"
"Menurutmu?"
"Kerja sampingan, ya?"
"Hmm, aku di sini hanya hari sabtu sampai minggu pagi atau siang saja." Karena memang balapan liar diadakan setiap malam minggu.
"Kau di sini hanya sebagai montir, 'kan?"
"Iya. Hanya untuk membantu teman dan menyalurkan kemampuanku saja. Kenapa? Kau tidak suka dengan pekerjaanku kali ini?"
"Tidak. Justru aku akan selalu mendukungmu apapun itu pekerjaannya, asalkan jangan melakukan kriminalitas saja."
Dylan sempat tertegun mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan Alea. Tetapi tidak bisa ia pungkiri juga bahwa hatinya menghangat dan sedikit cemas mendengar bahwa Alea akan selalu mendukungnya. Itu berarti dirinya tidak sendirian di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Romance[SEQUEL OF DESTINY] Untuk pertama kalinya Aleandra jatuh cinta pada seorang lelaki misterius yang telah menyelamatkan hidupnya. Walau pemuda itu selalu menghindar ketika mereka bertemu, tetapi Aleandra tidak akan mudah menyerah. Gadis itu akan melak...