Alea terus menangis sambil melihat punggung Dylan yang menghilang terbawa jarak. Ia sudah terima konsekuensinya. Ketika ia menyatakan perasaannya, hanya dua pilihan yang ia dapat. Ditolak atau perasaannya diterima dan dibalas.
"Basah semua," gumamnya sambil memeras bajunya hingga mengeluarkan banyak air.
"Bagaimana jika Papa dan Mama bertanya kenapa aku basah kuyup?"
"Ayolah otak mulai berpikir." Alea mengetuk-ngetuk pelipisnya.
Bagaimana caranya agar seluruh tubuhnya bisa cepat kering? Jika saja masih berbaikan dengan Alona, sudah pasti ia akan meminjam baju dan mandi di kediaman sahabatnya itu. Tidak ada siapa-siapa yang bisa membantunya.
"Rumah Danilo terlalu jauh."
"Dylan pergi. Pergi dari kehidupanku untuk selamanya." Alea kembali menangis mengingat lelaki itu.
Lalu Alea menaiki city bike putihnya meninggalkan tempat itu sambil menangis hingga menjadi pusat perhatian di kota. Ada yang menatapnya dengan kasihan dan aneh.
Sepedanya berhenti tepat di depan toko baju. Alea memasuki toko dengan kondisi wajah yang sembab membuat beberapa pegawai yang berjaga kebingungan.
"Ada yang perlu saya bantu, Nona?" ucap seorang pegawai wanita disertai senyum ramahnya.
"Aku hanya ingin baju santai," jawab Alea sambil mengelap ingus menggunakan punggung tangannya. Pegawai itu hanya tersenyum melihat tampilan kacau Alea.
"Mari saya antar."
Alea melihat-lihat kaos polos dengan berbagi warna tergantung di rak. Ia mengambil sebuah kaos dengan warna cream. Lalu ia beralih pada tumpukan celana. Ia mengambil celana pendek berwarna coklat.
"Ingin mencobanya, Nona?" Alea mengangguk. Pegawai itu lalu membawa Alea ke fitting room.
Serasa cocok dan nyaman dengan pakaian yang dipilihnya, Alea keluar menghampiri pegawai yang dari tadi menemaninya.
"Apa aku bisa langsung memakainya?"
"Silakan, Nona. Kalau begitu, boleh saya tahu merk, model, dan ukuran apa yang Nona kenakan?"
Setelah Alea menyebutkannya, pegawai itu mengambil salinan dari pakaian yang dikenakan Alea untuk diperiksa terlebih dahulu harganya.
"Terima kasih telah berbelanja di toko kami. Semoga harimu menyenangkan, Nona."
"Ya, semoga," lirih Alea.
Gadis itu kembali menaiki sepedanya menuju sebuah salon. Di sepanjang perjalan ia kembali menangis. Tangisannya hanya berhenti ketika sudah sampai tujuan saja.
Tring!
"Selamat datang. Hai, Alea," sapa seorang wanita paruh baya— yang merupakan pemilik salon— dengan ramah.
"Hai, cantik. Kenapa matamu sembab?" tanya Clara pada Alea setelah melakukan sesi cipika-cipiki.
"Aku patah hati."
"Hmm, jadi kau kemari ingin mengganti penampilanmu?" Alea mengangguk membuat Clara tersenyum geli.
"Bagaimana kabar ibumu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Romance[SEQUEL OF DESTINY] Untuk pertama kalinya Aleandra jatuh cinta pada seorang lelaki misterius yang telah menyelamatkan hidupnya. Walau pemuda itu selalu menghindar ketika mereka bertemu, tetapi Aleandra tidak akan mudah menyerah. Gadis itu akan melak...